Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kesalahan Umum Mahasiswa Tingkat Akhir yang Bikin Skripsi Macet

ilustrasi mengerjakan skripsi (freepik.com/jcomp)
ilustrasi mengerjakan skripsi (freepik.com/jcomp)
Intinya sih...
  • Menunda-nunda revisi sampai deadline melewati batas.
  • Terlalu perfeksionis sampai gak pernah mulai.
  • Gak aktif komunikasi sama dosen pembimbing.

Menyusun skripsi itu ibarat naik roller coaster, ada bagian menegangkan, bikin pusing, tapi juga bisa jadi momen paling berkesan selama kuliah. Sayangnya, gak semua mahasiswa bisa menikmati proses ini dengan mulus. Banyak yang akhirnya terjebak dalam kemacetan skripsi hanya karena hal-hal yang sebenarnya bisa dihindari. Padahal, skripsi bukan cuma tentang menulis bab demi bab, tapi juga soal bagaimana mengatur waktu, menjaga semangat, dan tetap fokus sampai garis finish.

Kesalahan-kesalahan sepele yang sering disepelekan bisa jadi bom waktu buat mahasiswa tingkat akhir. Mulai dari urusan manajemen waktu sampai masalah komunikasi dengan dosen pembimbing, semua punya potensi besar bikin skripsi mandek di tengah jalan. Kalau udah stuck, biasanya mulai muncul rasa malas, overthinking, bahkan keinginan buat menyerah. Biar gak keburu frustrasi, mending kenali dulu kesalahan umum yang sering jadi biang kerok skripsi gak kelar-kelar berikut ini.

1. Menunda-nunda revisi sampai deadline melewati batas

ilustrasi mengerjakan skripsi (freepik.com/jcomp)
ilustrasi mengerjakan skripsi (freepik.com/jcomp)

Salah satu penyakit klasik mahasiswa tingkat akhir adalah suka banget menunda revisi. Entah itu karena alasan “butuh waktu mikir” atau “lagi sibuk”, ujung-ujungnya revisi yang bisa diselesaikan dalam satu atau dua hari malah molor sampai berminggu-minggu. Padahal, semakin lama revisi ditunda, semakin susah juga buat memulainya lagi karena udah kehilangan momentum. Rasa malas itu tumbuh subur saat dibiarkan terlalu lama tanpa aksi nyata.

Kebiasaan menunda ini bikin ritme skripsi jadi berantakan dan susah buat dikendalikan lagi. Kalau udah mepet deadline, mahasiswa jadi panik sendiri dan terpaksa begadang maraton ngerjain skripsi yang harusnya bisa dicicil pelan-pelan. Akhirnya, hasilnya pun gak maksimal, bahkan sering kali justru harus direvisi ulang oleh dosen pembimbing. Lebih parahnya lagi, dosen bisa kehilangan kepercayaan karena merasa progress skripsi gak serius dikerjakan.

2. Terlalu perfeksionis sampai gak pernah mulai

ilustrasi mengerjakan skripsi (freepik.com/freepik)
ilustrasi mengerjakan skripsi (freepik.com/freepik)

Perfeksionisme sering dikira sebagai tanda mahasiswa yang serius dan teliti. Tapi kalau gak dikendalikan, sifat ini justru bisa berubah jadi bumerang yang menghambat progress skripsi. Banyak mahasiswa yang terlalu fokus ingin membuat bab satu yang sempurna, sampai akhirnya gak pernah puas dan gak pernah lanjut ke bab berikutnya. Proyek skripsi yang harusnya jalan terus malah jalan di tempat.

Perfeksionis juga bikin mahasiswa overthinking terhadap hal-hal kecil, kayak pemilihan kata, urutan paragraf, sampai format penulisan yang sebenarnya masih bisa diperbaiki belakangan. Alih-alih bergerak maju, waktu habis cuma buat bolak-balik mengoreksi halaman yang sama. Padahal, dalam skripsi, progress lebih penting daripada kesempurnaan. Bab yang masih mentah tetap bisa direvisi, tapi skripsi yang gak pernah ditulis gak akan bisa diselesaikan.

3. Gak aktif komunikasi sama dosen pembimbing

ilustrasi komunikasi dengan dosen pembimbing (freepik.com/freepik)
ilustrasi komunikasi dengan dosen pembimbing (freepik.com/freepik)

Hubungan mahasiswa dan dosen pembimbing itu kayak tim kerja yang harus saling percaya dan saling dukung. Sayangnya, banyak mahasiswa yang justru menghindari komunikasi dengan alasan malu, takut dikritik, atau merasa belum siap. Akibatnya, progress skripsi jadi gak jelas arahnya karena gak ada feedback dari pembimbing. Lebih parah lagi, bisa-bisa pembimbing merasa ditinggalkan dan gak lagi antusias buat bantu.

Masalah ini makin rumit kalau mahasiswa jarang atau bahkan gak pernah balas pesan dari dosen. Komunikasi satu arah bikin proses bimbingan jadi mandek, sementara dosen juga punya banyak mahasiswa lain yang harus dibimbing. Kalau gak di-manage dengan baik, bisa-bisa mahasiswa kehilangan kesempatan bimbingan atau bahkan harus ganti pembimbing. Padahal, komunikasi yang rutin bisa mempercepat proses dan membangun relasi akademik yang positif.

4. Terlalu sering gonta-ganti judul dan topik

ilustrasi mengerjakan skripsi (freepik.com/freepik)
ilustrasi mengerjakan skripsi (freepik.com/freepik)

Mencari judul skripsi emang butuh waktu, tapi terlalu sering gonta-ganti topik justru jadi penghambat utama. Banyak mahasiswa yang gak yakin sama pilihannya sendiri, terus-terusan merasa kurang cocok, sampai akhirnya gak pernah benar-benar mulai. Satu judul dicoba, lalu merasa kurang menarik, ganti lagi. Begitu terus sampai waktu mepet, sementara skripsi belum juga jalan.

Gonta-ganti topik juga bikin proses bimbingan jadi gak fokus karena dosen pembimbing harus terus menyesuaikan arah bimbingan. Ini bikin waktu terbuang sia-sia dan bikin mahasiswa terlihat gak serius. Padahal, hampir semua topik punya potensi kalau digali dengan sungguh-sungguh. Bukan seberapa keren judulnya, tapi seberapa kuat komitmen buat menyelesaikannya sampai akhir.

5. Kehilangan motivasi dan gak punya target jelas

ilustrasi kehilangan motivasi (freepik.com/jcomp)
ilustrasi kehilangan motivasi (freepik.com/jcomp)

Skripsi itu perjalanan panjang yang butuh motivasi kuat dan target yang jelas biar gak tersesat di tengah jalan. Sayangnya, banyak mahasiswa yang kehilangan arah begitu masuk fase stagnan. Rasa jenuh, capek, dan beban mental bikin mereka kehilangan motivasi buat lanjut. Kalau dibiarkan, bisa-bisa skripsi jadi proyek yang terbengkalai tanpa tahu kapan akan selesai.

Gak punya target juga bikin mahasiswa gampang terdistraksi sama hal-hal lain, kayak kerja part-time, organisasi, atau sekadar scrolling media sosial. Tanpa target waktu, skripsi bisa terus ditunda karena merasa “masih ada waktu”. Padahal, tanpa batas waktu yang tegas, motivasi akan terus turun dan progres gak akan pernah signifikan. Punya timeline pribadi dan tujuan jangka pendek bisa jadi kunci buat tetap semangat dan konsisten.

Skripsi itu bukan soal siapa yang paling pintar, tapi siapa yang paling tahan banting dan konsisten. Hindari lima kesalahan di atas kalau gak mau perjalanan akademik berhenti di tengah jalan. Semakin cepat mengenali dan mengatasi hambatan, semakin cepat juga menuju kelulusan. Ingat, skripsi bukan akhir segalanya, tapi langkah besar menuju dunia yang lebih luas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us