7 Tips agar Gak Merasa Sendirian saat Berjuang Mengerjakan Skripsi

Mengerjakan skripsi bisa jadi masa-masa paling sunyi dalam perjalanan akademik kita. Meski banyak teman seperjuangan, tetap aja kadang rasa kesepian datang diam-diam.
Apalagi kalau progres jalan di tempat sementara teman-teman udah sidang, rasanya kayak tertinggal di tengah gurun yang sepi. Rasa cemas, overthinking, bahkan ngerasa gagal pun bisa tiba-tiba menyergap tanpa aba-aba.
Tapi tenang, kita gak sendiri dalam perasaan ini. Banyak pejuang skripsi di luar sana yang mengalami hal serupa. Justru, ini saatnya buat ngasah mental dan belajar bertahan, meski dalam sunyi. Nah, biar perjalanan skripsi gak terasa sendirian, berikut tujuh tips yang bisa bantu kita tetap waras dan termotivasi sampai titik akhir perjuangan.
1. Bangun circle skripsi yang suportif dan lakukan rutinitas bersama

Cari teman seperjuangan yang bisa jadi tempat curhat dan diskusi soal skripsi. Kita bisa bikin grup kecil buat saling update progres, sharing ide, atau sekadar saling menyemangati. Kadang, tahu ada yang berjuang bareng aja sudah cukup buat bikin hati lebih tenang.
Contohnya, kita bisa bikin grup WhatsApp bareng tiga atau empat teman dekat yang juga lagi skripsian. Sesekali adakan virtual meeting atau nongkrong bareng di kafe untuk menulis bareng. Suasana yang dibangun dari circle ini bakal jadi bensin tambahan biar semangat kita gak padam.
2. Ikut komunitas atau forum online tentang skripsi

Kalau belum punya circle di dunia nyata, kita bisa cari di dunia maya. Sekarang banyak banget komunitas online buat mahasiswa, mulai dari forum diskusi, grup Telegram, sampai page Instagram yang bahas skripsi dan akademik.
Di sana, kita bisa berbagi pengalaman, bertanya berbagai hal teknis, sampai dapat insight baru dari orang lain yang sudah lebih dulu selesai. Rasanya seperti dapat support system virtual yang mengerti apa yang sedang kita rasakan.
3. Aktif berkonsultasi dengan dosen pembimbing

Dosen pembimbing gak hanya sebagai pengoreksi, tapi juga bisa jadi teman diskusi yang bikin kita merasa didampingi. Meskipun kadang bikin deg-degan, tapi makin sering kita komunikasi, makin kuat rasa percaya diri dan arah skripsi kita.
Selain itu, dosen juga bisa bantu kita lepas dari kebuntuan ide atau kesalahan teknis yang bikin kita stuck. Percaya deh, komunikasi yang baik sama dosen bakal bikin proses skripsi lebih ringan dan terasa gak sendirian.
4. Curhat kepada orang terdekat yang bisa dipercaya

Gak semua orang bisa mengerti bagimana rasanya skripsian, tapi punya satu-dua orang yang bisa dengerin curhat itu penting banget. Bisa keluarga, sahabat, atau pasangan. Kadang, cuma didengerin saja sudah bisa bikin hati kita lebih lega.
Misalnya, cerita ke kakak soal betapa stres-nya revisi dari dosen bisa jadi outlet untuk mengeluarkan beban. Gak selalu butuh solusi, cukup ada yang bilang, “Kamu hebat udah sejauh ini,” rasanya bisa bikin kita semangat lagi. Jangan simpan semuanya sendiri.
5. Cari tempat kerja yang nyaman

Kadang rasa kesepian datang karena suasana sekitar yang terlalu sepi atau monoton. Cobalah cari tempat yang suasananya nyaman dan bisa memantik semangat, misalnya taman, kafe, atau coworking space yang tenang.
Mengerjakan skripsi di tempat baru bisa memberikan energi baru juga. Kita bisa melihat orang-orang lain yang juga sibuk dengan urusannya masing-masing. Tanpa sadar, suasana ini bisa jadi penyemangat buat kita terus lanjut menulis.
6. Luangkan waktu untuk tetap bersosialisasi dengan orang lain

Biarpun sibuk menulis bab pembahasan, jangan sampai kita mengorbankan kehidupan sosial sepenuhnya. Waktu hangout bareng teman, ngobrol sama keluarga, atau sekadar ikut nongkrong virtual bisa jadi penyelamat mental. Jangan menunggu kelar skripsi dulu baru mau "hidup" lagi.
Contohnya, atur jadwal seminggu sekali buat ngopi santai sama teman lama. Gak perlu membahas skripsi, cukup obrolkan hal-hal ringan secara random buat isi ulang energi. Interaksi seperti ini bikin kita ingat bahwa dunia luar masih ada dan mendukung kita, sehingga rasa sendiri jadi perlahan menghilang.
7. Kalau memang dirasa perlu, jangan takut minta bantuan profesional

Kadang, perasaan sendiri itu sudah terlalu dalam sampai kita ngerasa lumpuh buat ngerjain apapun. Di titik ini, kita perlu keberanian buat minta bantuan profesional. Konselor kampus atau psikolog bisa bantu kita mengenali akar masalah dan memberikan strategi buat mengatasinya.
Meminta bantuan bukan berarti kita lemah. Hal ini justru merupakan bentuk keberanian dan tanggung jawab terhadap diri sendiri. Gak semua luka bisa disembuhkan sendiri, dan gak semua perjuangan harus dilalui tanpa pertolongan. Kesehatan mental kita jauh lebih penting dari sekadar deadline.
Nah, itulah tadi tujuh tips yang bisa kita lakukan agar gak merasa sendirian ketika sedang mengerjakan skripsi. Mengerjakan skripsi memang gak mudah, tapi juga bukan sesuatu yang harus dijalani dalam kesepian total.
Ingat, kita gak sendiri dalam fase ini. Banyak yang sedang berjuang di jalur yang sama, dan banyak pula yang siap jadi support system kita. Jadi jangan ragu buat membuka diri, meminta bantuan, dan menjaga koneksi sosial. Skripsi akan selesai pada waktunya, tapi kesehatan mental dan kebahagiaan kita jauh lebih penting untuk dijaga sepanjang prosesnya. Semangat, guys!