5 Novel yang Mengkritisi Peran Polisi dari Berbagai Negara

Pernah dengar nasihat semakin besar kuasa, semakin besar pula tanggung jawab yang diemban? Nasihat itu adalah salah satu kata mutiara yang keluar dalam dialog film Spider-Man (2002) dan masih jadi yang paling diingat penonton. Nyatanya memang tidak semua orang bisa bertanggung jawab atas kuasa yang mereka punya dan akhirnya banyak terjadi penyimpangan seperti yang kita lihat.
Sama dengan beberapa pemberitaan negatif soal polisi beberapa waktu belakangan. Di Amerika Serikat seiring dengan banyaknya penyalahgunaan kekuasaan polisi berdasar stigma ras, gerakan "Defund the Police" alias relokasi anggaran kepolisian ke sektor lain pernah digaungkan pada 2020. Beberapa negara juga memilih untuk tidak mempersenjatai polisi mereka karena tahu risiko yang bisa terjadi.
Kasus polisi korup juga sudah jadi rahasia umum di berbagai negara. Rasanya tak ada habisnya membicarakan polemik peran mereka. Seperti yang akhirnya dilakukan para penulis berikut. Lewat cerita fiksi, mereka mencoba mengkritik minimnya peran polisi, bahkan memotret potensi hingga bukti penyimpangan kekuasaan yang dilakukan. Segreget apa? Baca lima novel berikut ini, yuk!
1. Disappearing Earth (Rusia)

Disappearing Earth adalah novel kriminal berlatar Kamchatka, wilayah terluar di Rusia yang dihuni beberapa kelompok etnis pribumi selain etnik mayoritas Rusia. Novel berawal dari kasus penculikan dua kakak beradik yang kemudian mempengaruhi hidup orang-orang di kota itu secara tak langsung. Menariknya, ada beberapa bagian yang cukup menampar, terutama yang memotret karakter pribumi, yakni fakta bahwa mereka enggan berurusan dengan polisi karena pengalaman buruk. Seperti laporan yang diabaikan atau justru balik dicurigai sebagai pelaku.
2. The Hate U Give (Amerika Serikat)

The Hate U Give adalah novel Young Adult yang berkutat pada kasus penembakan polisi terhadap warga kulit hitam Amerika Serikat. Sudah berkali-kali terjadi, alasan mereka sama saja, menganggap gerak-gerik sekecil apapun yang dilakukan orang kulit hitam sebagai ancaman. Novel kemudian berorbit pada remaja bernama Starr yang jadi saksi kunci kematian sahabatnya di tangan polisi. Ia berada di persimpangan jalan karena privilese yang dimilikinya. Haruskah ia melepas semua privilese itu demi membela kawannya?
3. Nightcrawling (Amerika Serikat)

Nightcrawling adalah novel fiktif yang terinspirasi skandal jaringan perdagangan seks yang melibatkan kepolisian Oakland, California, Amerika Serikat. Novelnya berlakonkan tokoh fiktif bernama Kiara, remaja yang tinggal bersama adik laki-lakinya setelah kehilangan dua orangtua. Demi bertahan hidup, Kiara terpaksa jadi pekerja seks. Pada fase itulah, Kiara menemukan keterlibatan polisi lokal dalam bisnis ilegal itu, termasuk memeras dan mengeksploitasinya. Untuk menulis novel ini, Leila Mottley melakukan wawancara terhadap beberapa remaja perempuan yang pernah jadi korban.
4. Offended Sensibilities (Rusia)

Offended Sensibilities akan mengajakmu mengarungi Dagestan, Rusia dan berbagai skandal korupsi dan nepotisme di dalamnya. Konflik bermula dari kematian seorang pria tak dikenal karena sebuah insiden ganjil. Nikolai, seorang pegawai di perusahaan konstruksi adalah saksi kuncinya, tetapi ia memilih tak melaporkan kejadian ini ke polisi untuk menghindari hal-hal yang akan merugikannya. Kematian si pria juga mempengaruhi kehidupan istrinya yang justru makin terancam oleh seorang jaksa yang sejak lama mengincar keluarganya karena jabatan sang suami.
5. Hard by a Great Forest (Georgia)

Hard by a Great Forest ditulis dengan gaya psikedelik, tetapi cukup nampol komentar sosialnya. Ditulis dari perspektif pemuda Georgia yang besar di Inggris karena orangtuanya bermigrasi saat terjadi perang sipil pada 1990-an, novel turut membahas sekilas soal reformasi polisi yang pernah dilakukan pemerintah setempat pada awal 2000-an. Mirisnya, restrukturasi itu tidak benar-benar mengubah tendensi korup aparat di sana. Kalau kata salah satu karakter di buku, "a snake in a glass box is still a snake", merujuk pada fakta bahwa kantor-kantor polisi di Georgia dibangun ulang dan berbahan kaca dengan semangat transparansi.
Membaca itu politis, mungkin adalah slogan tepat untuk kelima novel di atas. Lewat buku-buku tadi, para penulis pun sedang menjalankan fungsinya sebagai pengawas yang tentu bakal mengkritik dan menyebarluaskan hal-hal yang dianggap belum dibenahi.