Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Buku tentang Kemiskinan bagi Pencinta Serial Netflix Maid

novel yang mengangkat tema kemiskinan (instagram.com/ashleysbooknook_)
novel yang mengangkat tema kemiskinan (instagram.com/ashleysbooknook_)

Sejak tayang 1 Oktober 2021 lalu, serial Maid rilisan Netflix menjadi salah satu tontonan yang mencuri perhatian. Terinspirasi dari buku berjudul sama karangan Stephanie Land, serial ini berhasil memotret kemiskinan di negara maju dengan cukup akurat. Rasanya nonton satu musim tak cukup.

Sambil menunggu apakah bakal ada musim keduanya, kamu bisa menghibur diri dengan membaca beberapa buku dan novel bertema kemiskinan berikut ini. Membuka mata dan menginspirasi.  

1. The Glass Castle

The Glass Castle karya Jeannette Walls (instagram.com/_bookish_babe_)
The Glass Castle karya Jeannette Walls (instagram.com/_bookish_babe_)

Sama dengan Maid, memoar Jeanette Walls ini sudah difilmkan dan dibintangi Brie Larson beberapa tahun lalu. The Glass Castle merupakan pengalaman seorang perempuan yang sejak kecil hidup nomaden karena pilihan karier orangtuanya. Dengan imbang, ia mencoba menemukan sisi positif dari kehidupannya yang serba pas-pasan itu. Meski tak bisa dimungkiri cekak secara ekonomi berpengaruh pada kondisi psikologis mereka sebagai keluarga.  

2. Educated

Educated oleh Tara Westover (instagram.com/sophieslittlebookreviews)
Educated oleh Tara Westover (instagram.com/sophieslittlebookreviews)

Mirip dengan The Glass Castle, Education adalah memoar yang ditulis Tara Westover tentang perjalanannya keluar dari kemiskinan dan pandangan hidup yang serba konservatif. Tara tinggal di desa terpencil di Amerika Serikat bersama keluarganya yang secara turun temurun hidup tradisional dan tak pernah mengenal pendidikan.

Ia baru bisa mengakses pendidikan formal di usia 17 tahun setelah bertahun-tahun belajar secara otodidak untuk bisa lolos seleksi masuk universitas. 

3. Girls Burn Brighter

Girls Burn Brighter oleh Shobha Rao (instagram.com/literarylaila)
Girls Burn Brighter oleh Shobha Rao (instagram.com/literarylaila)

Novel ini mengekspos kesenjangan ekonomi dan sosial di India lewat persahabatan Poornima dan asisten rumah tangganya, Savitha. Berusia sama, nasib keduanya sangat berbeda. Poornima yang kehilangan semangat hidup karena kematian ibunya belajar banyak hal dari ketabahan dan optimisme Savitha. 

Novel ini juga mengangkat isu-isu yang sering meliputi perempuan di pusara kemiskinan seperti perjodohan paksa hingga prostitusi. 

4. Sold

Sold oleh Patricia McCormick (instagram.com/apretale)
Sold oleh Patricia McCormick (instagram.com/apretale)

Sold adalah cerita Lakshmi, gadis asal Nepal yang dikirim keluarganya untuk bekerja mencari nafkah sebagai asisten rumah tangga di kota besar. Namun, bukannya menjadi ART seperti yang dibayangkan, Lakshmi terjebak dalam bisnis prostitusi tanpa dibayar. 

Kisah ini boleh fiktif, tetapi hal serupa ternyata benar-benar terjadi di Nepal. Menjebak banyak gadis di bawah umur dalam perdagangan manusia dan perbudakan. 

5. Salvage the Bones

novel Salvage the Bones oleh Jesmyn Ward (instagram.com/accordingtoalina)
novel Salvage the Bones oleh Jesmyn Ward (instagram.com/accordingtoalina)

Buku ini mengikuti perjalanan Esch dan ketiga saudara laki-lakinya yang harus mengurus hidup mereka sendiri tanpa orangtua yang bisa diandalkan. Sepeninggal ibu mereka, sang ayah menjadi pemabuk berat yang tak mampu mengasuh dan menafkahi anak-anaknya. Hidup dengan kondisi seperti itu saja sudah berat, masih ditambah badai Kathrina yang mengintai mereka. Potret kejamnya dunia diekspos benar di novel terbitan tahun 2011 tersebut. 

6. The Rent Collector

The Rent Collector oleh Camron Wright (instagram.com/carpelibrum_always)
The Rent Collector oleh Camron Wright (instagram.com/carpelibrum_always)

Buku lain yang serupa Maid adalah The Rent Collector. Sang Ly bekerja sebagai pemulung di salah satu tempat pembuangan sampah terbesar di Kamboja. Dengan kualitas hidup yang sangat memprihatinkan tersebut, ia masih dibebani dengan biaya sewa dan biaya pengobatan anaknya. Nada buku ini cukup optimis dengan harapan dan jalan yang muncul di tengah keterbatasan.

Namun, banyak juga yang mengkritik gaya bahasa novel ini yang agak tak realistis. Mengingat posisi sang lakon, seharusnya ia ditulis dari sudut pandang kelas bawah di Kamboja, tetapi terasa seperti ditulis seorang perempuan kelas menengah asal Amerika. 

Masih banyak buku yang belum kamu sentuh dari target bacaanmu tahun ini? Boleh masukkan dulu dalam wishlist, kok. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Ayu Silawati
EditorDwi Ayu Silawati
Follow Us