6 Kebiasaan Sehari-hari Mahasiswa yang Terkesan Sangat Tidak Intelek

Pernahkah kamu mengalaminya? Menulis hanya untuk tugas-tugas dari dosen yang seringkali tidak dijiwai penuh dan sekadar menggugurkan kewajiban. Dampaknya, kamu pasti menyelesaikannya dalam tempo singkat dan mendekati deadline. Membuat kontennya tidak bernas dan terasa dangkal. 

Akan berbeda ceritanya jika kamu menulis opini yang berasal dari keresahan dan kegalauanmu dalam berbagai aspek. Pasti itu berasal dari perenungan dan pengamatan yang dalam, melebihi riset yang seharusnya. Maka, hasil tulisannya mampu menggugah nurani pembaca. Sesuatu yang disampaikan dengan hati maka akan sampai ke hati juga.  

Banyak mahasiswa justru meninggalkan budaya membaca buku atau literatur di bangku kuliah. Biasanya, karena kaget dengan intensitas kesibukan aktivitas kampus yang cukup tinggi ketimbang masa sekolah. Padahal, dunia yang perlu dilihat oleh kepala mahasiswa jauh lebih kompleks. Politik, sosial, budaya, ekonomi dan wawasan kebangsaan adalah tema-tema pengetahuan yang diperdalam oleh mereka. 

Ngerumpi tak hanya digandrungi oleh kaum cewek, tapi juga para cowok yang satu visi sembari membawa gitar atau gendang, entah itu di kantin, kelas maupun sekretariat organisasi mahasiswa. Para cewek hanya senang membicarakan rekomendasi produk make up, koleksi drama korea dan kisah asmara sedangkan para lelakinya sibuk mengulas games, film, animasi, perempuan yang ditaksirnya. Mereka lupa merancang hidup pasca kuliah, memikirkan karir yang diinginkan dan pengabdian yang bisa diberikan kepada masyarakat.

Tidak sedikit mahasiswa yang enggan memikirkan problema yang menimpa masyarakat. Hal itu bisa dibuktikan dengan seberapa banyak dan dalam wawasan terkait problem ekonomi, politik, sosial dan budaya yang muncul saat ini. Mereka melemparkan diri dalam kesibukan tugas kuliah tanpa membangun value, keegoisan dalam kerja kelompok dan fokus penyelesaian skripsi. Mereka tidak terbiasa menerima tugas yang banyak dan bercabang serta berpikir strategis agar semuanya dapat ia raih tanpa mengorbankan prioritas lain. 

Sejatinya, diskusi merupakan sarana yang bagus untuk mempertajam wawasan dan retorika mahasiswa. Melalui diskusi, pengalaman dan wawasan baru bertambah. Diskusi juga cenderung mengantarkanmu pada pembicaraan yang berbobot seperti sharing program, sistem organisasi dan perkembangan politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Selain baca buku, mahasiswa juga paling malas kalau menyimak debat atau mengikutinya. Iya gak, sih? Bahkan, diminta untuk tampil public speaking saja kebanyakan nolak. Padahal, sebagai iron stock, mahasiswa harus mampu tampil berani dalam berbagai bidang seperti jadi pembicara, debat dan kompetisi. Tanpa pengalaman tersebut, kamu akan kesulitan saat sudah terjun di dunia kerja nanti. Tidak punya kompetensi dan mudah dibodohi. Tentu, bukan generasi seperti ini yang diharapkan oleh bangsa. 

Budaya atau kultur gak intelek itu adalah 'racun' mematikan bagi generasi muda kita. Semoga kita bisa menghindarinya sejauh mungkin!