Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Novel Sedih yang Memberi Harapan Palsu sebelum Menghancurkannya

buku Never Let Me Go (Instagram.com/huonggbereading)
buku Never Let Me Go (Instagram.com/huonggbereading)

Dalam dunia sastra, beberapa novel memiliki kekuatan unik untuk memunculkan harapan dan kemudian menghancurkannya dengan cara tak terduga. Novel-novel ini sering kali menarik pembaca dengan cerita yang menjanjikan kebahagiaan, hanya untuk mengungkapkan realitas yang keras dan memilukan di akhirnya.

Pengalaman emosional ini tidak hanya membuat pembaca terhubung dengan karakter-karakternya, tetapi juga mengajak untuk merenungkan kompleksitas kehidupan dan kerapuhan harapan manusia. Berikut rekomendasi novel yang meskipun menyakitkan menawarkan pandangan jujur tentang kehidupan dan kekuatan emosional tak terlupakan.

1. Never Let Me Go — Kazuo Ishiguro

sampul buku Never Let Me Go (goodreads.com)
sampul buku Never Let Me Go (goodreads.com)

Never Let Me Go berlatar di sebuah sekolah asrama fiksi, di mana manusia dibiakkan hanya untuk mendonorkan organ sebelum mati. Para donor ini diberikan kehidupan nyaman dengan makanan sehat dan hubungan sosial yang aneh. Mereka perlahan mengetahui nasib tragisnya. Namun, ada harapan melalui rumor tentang pengecualian bagi mereka yang benar-benar jatuh cinta.

Melalui kisah cinta dua karakter utama, novel ini mengajak pembaca untuk berharap bahwa mereka dapat lolos dari takdir yang kejam. Namun, seiring berjalannya cerita, pembaca dibawa kepada kenyataan pahit bahwa semua itu hanya rumor belaka. Semua harapan hancur dan kita diajak merenungkan harga kemanusiaan saat identitas lebih diutamakan daripada nilai jiwa.

2. Noughts and Crosses — Malorie Blackman

sampul buku Noughts and Crosses (penguin.co.uk)
sampul buku Noughts and Crosses (penguin.co.uk)

Noughts and Crosses adalah novel YA berlatar di dunia orang kulit putih yang menjadi budak. Kisah ini menceritakan dua kekasih yang tidak seharusnya bersama karena perbedaan ras. Novel ini menawarkan premis menarik yang memikat remaja dengan eksperimen pemikiran tentang rasisme.

Seperti Romeo dan Juliet modern, novel ini membawa pembaca ke dalam hubungan yang penuh tantangan di tengah kebencian rasial. Harapan untuk akhir bahagia dipatahkan ketika protagonis laki-laki digantung di tiang gantungan atas tuduhan pemerkosaan yang tidak dilakukannya. Blackman dengan brilian mengeksplorasi ketidakadilan rasisme melalui kisah cinta yang tragis.

3. No Longer Human — Osamu Dazai

sampul buku No Longer Human (goodreads.com)
sampul buku No Longer Human (goodreads.com)

No Longer Human oleh Osamu Dazai adalah novel epistolari yang membawa perasaan mengganggu dari awal hingga akhir. Protagonisnya, Oda, merasa terasing dari manusia dan mengungkapkan rasa bersalah serta rasa malu dalam setiap halamannya.

Dazai dengan efektif menampilkan kehancuran hidup Oda melalui tindakan-tindakan destruktifnya sendiri, dari merusak pernikahan hingga menjadi pecandu. Harapan untuk pemulihan hancur ketika Oda akhirnya terisolasi dalam alam yang sepi, dan ini mencerminkan akhir tragis Dazai sendiri. Pembaca diajak memahami ketidakmampuan Oda untuk terhubung dengan kemanusiaan.

4. Lord of the Flies — William Golding

sampul buku Lord of the Flies (britannica.com)
sampul buku Lord of the Flies (britannica.com)

Lord of the Flies mengisahkan sekelompok anak-anak yang terdampar di sebuah pulau dan perlahan-lahan berubah menjadi brutal dan tidak manusiawi. Buku ini menunjukkan hasil bencana dari kurangnya bimbingan dan moralitas.

Golding dengan cerdas menggambarkan kebrutalan yang bisa muncul dari manusia ketika berada di luar kendali. Novel ini menyoroti bagaimana anak-anak ketika dibiarkan tanpa aturan bisa berubah menjadi sosok yang mengerikan. Pembaca disuguhi pandangan tentang kegelapan manusia melalui lensa masa kecil dan young adult.

5. The God of Small Things — Arundhati Roy

sampul buku The God of Small Things (publishersweekly.com)
sampul buku The God of Small Things (publishersweekly.com)

The God of Small Things mengeksplorasi diskriminasi kasta dan konflik kelas melalui mata anak-anak di India Selatan. Novel ini mengisahkan pemberontakan seorang ibu tunggal melalui hubungan terlarangnya dengan seorang dari kasta terendah.

Roy dengan mahir menampilkan bagaimana harapan sedih untuk kehidupan yang lebih baik sering kali hancur oleh realitas keras diskriminasi dan manipulasi keluarga. Pembaca dihadapkan pada kegagalan manusia dan ketidakadilan sosial yang sangat menyakitkan. Novel ini meninggalkan kesan mendalam tentang perjuangan dan penderitaan.

6. A Fine Balance — Rohinton Mistry

sampul buku A Fine Balance (thebookerprizes.com)
sampul buku A Fine Balance (thebookerprizes.com)

A Fine Balance berlatar di India era Indira Gandhi yang mengisahkan empat tokoh utama berjuang melawan kemiskinan dan ketidakadilan. Novel ini menawarkan harapan melalui usaha keras mereka untuk keluar dari kemelaratan.

Mistry dengan indah menyeimbangkan narasi dengan momen-momen kegembiraan di tengah tragedi yang tak terelakkan. Pembaca dihadapkan pada kenyataan pahit ketika harapan para tokoh utama dihancurkan oleh nasib yang kejam. Novel ini memperlihatkan kerapuhan harapan manusia dalam menghadapi realitas keras kehidupan.

Melalui alur cerita penuh liku dan pengembangan karakter dalam keenam novel di atas, pembaca diajak untuk merasakan euforia dan harapan sebelum akhirnya dihadapkan pada kenyataan pahit yang sering kali menghancurkan hati. Mau nonton yang mana aja?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Emma Kaes
EditorEmma Kaes
Follow Us