10 Rekomendasi Novel Romance Berdasarkan Album Taylor Swift Favoritmu
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Berhasil menelurkan 10 album dalam 16 tahun, Taylor Swift bisa dibilang salah satu musisi paling produktif abad ini. Tak asal-asalan, album-albumnya selalu bombastis dan populer. Bahkan album-album lawasnya yang sudah berusia belasan tahun masih terus diperdengarkan sampai sekarang, seolah tak lekang oleh waktu.
Ada satu faktor yang bikin album Taylor Swift selalu dinanti dan sukses, yakni kepiawaiannya menulis lirik yang bercerita dengan detail-detail menawan dan rima yang ciamik. Mendengarkan musiknya bak sedang baca novel atau bahkan kumpulan puisi.
Untuk itu, rasanya menjadikan album Taylor Swift sebagai referensi untuk mencari bacaan baru bukan hal yang sukar dilakukan. Ini salah satu kurasi yang bisa kamu jadikan rujukan. Rekomendasi novel ini berdasarkan album musik Taylor Swift, lho!
Baca Juga: 5 Buku Berlatar Minimarket dan Toko Kelontong, Comfort Book!
1. Album debut Taylor Swift satu vibrasi dengan novel romantis A Very Large Expanse of Sea
Album self-titled Taylor Swift yang rilis pada 2006 penuh kisah-kisah cinta masa muda. Ada yang manis, tetapi tak sedikit juga yang masih naif. Kalau kamu menyukai tema beranjak dewasa di album itu, coba telusuri kategori novel romantis young adult (YA). Salah satunya novel A Large Expanse of Sea karya Tahereh Mahfi yang terbit pada 2018.
Novel ini ditulis dari sudut pandang Shirin, seorang remaja dari keluarga imigran muslim di Amerika Serikat yang harus mengalami diskriminasi setelah peristiwa 9/11 terjadi. Shirin secara tak sadar mulai mengisolasi diri hingga bertemu dengan sosok rekan sekelasnya, Ocean yang menyakinkannya untuk mulai membuka diri.
2. Beberapa cerita dalam album Fearless relevan dengan plot novel The Idiot
Tema beranjak dewasa masih diangkat Taylor Swift dalam album Fearless (2008). Bedanya konflik yang diangkat jelas lebih beragam dan kompleks seiring bertambahnya usia. Ada sentuhan hopeless romantic pula di dalamnya, persis dengan tema besar novel Elif Batuman yang berjudul The Idiot.
Kalau novel sebelumnya mendapuk karakter murid SMA, The Idiot akan mengajakmu mengenal sosok mahasiswa baru bernama Selin. Sebagai maba yang harus hidup jauh dari orangtua, ini pertama kalinya Selin mengecap berbagai bentuk kebebasan baru. Termasuk memilih jenis kegiatan dan siapa saja yang berhak menyita waktunya.
3. Album Speak Now cocok didengar sambil baca novel Violeta karya Isabel Allende
Album Speak Now (2010) kiranya cocok didengar sambil membaca Violeta karya Isabel Allende. Bila diperhatikan, lagu-lagu dalam album Taylor Swift satu itu lebih banyak bertema pengakuan dan refleksi. Mulai dari pengalaman naksir seseorang, kesalahannya mematahkan hati mantan kekasihnya, sampai perjuangannya jadi musisi muda di industri dengan persaingan ketat.
Sama persis dengan Violeta, lakon dalam novel Allende yang diceritakan telah berusia 100 tahun dan mencoba menyelami memori masa lalunya. Ia kemudian teringat berbagai pengalamannya tumbuh besar di tengah kalangan terpandang, pengaruh konstelasi politik pada kehidupannya di Chile, kisah cintanya dengan sang suami, dan lain sebagainya.
4. Cerita cinta chaotic ala album Red ada di novel Paul
Dalam album Red (2012), Taylor yang beranjak dewasa pun membagikan pengalaman percintaannya yang tak pelak problematik bahkan traumatik untuk dirinya sendiri. Lagu "All Too Well", misalnya, satu vibrasi dengan novel Paul karya Daisy Lafarge. Keduanya berkisah soal dinamika hubungan dua sejoli yang terpaut usia cukup jauh.
Bedanya, novel ini ditulis dari dua sudut pandang yang membuatnya terasa lebih berimbang, sekaligus reflektif. Buat yang tertarik dengan novel romantis dengan karakter dewasa dan ditulis bak observasi, ini buku yang ideal.
5. Berbagai drama adulting di album 1989 bisa kamu temukan pula dalam Love in the Big City
Album 1989 dirilis pada 2014 saat Taylor Swift masuk usia pertengahan 20-an. Tak heran kalau caranya bercerita soal pengalaman percintaannya pun jauh lebih bijak. Tidak hanya menyalahkan mantan pasangannya, Swift mulai mengakui kalau kegagalan hubungan adalah faktor dua orang yang terlibat di dalamnya.
Editor’s picks
Tema adulting juga jadi topik besar dalam novel Korea karya Park Sang Young, Love in the Big City. Lakonnya Young, mahasiswa yang berbagi apartemen dengan sahabatnya, Jaehee. Terlena dengan kenyamanan dan absennya komitmen dalam hidupnya saat ini, Young akhirnya tertampar kenyataan kala Jaehee meninggalkannya untuk tinggal bareng pasangannya.
Baca Juga: 5 Rekor yang Taylor Swift Pecahkan di 2023, Tembus 100 juta Pendengar!
6. Mentalitas femme fatale ala album Reputation bisa kamu temukan di novel Bunny
Reputation bisa dibilang album paling eksperimental dalam karier Taylor Swift. Album ini ia rilis di tengah kemelut konflik dengan beberapa rekan sesama artis, bahkan mantan kekasihnya sendiri. Tak heran kalau album ini mengisyaratkan mentalitas femme fatale dan unhinged woman, yakni perempuan yang melampiaskan amarah dan kekecewaannya pada ketidakadilan lewat aksi-aksi di luar nalar.
Itu yang terjadi pula dalam novel Bunny karya Mona Awad. Ini soal Samantha, mahasiswa pascasarjana di sebuah kampus tersohor yang teralienasi dari rekan-rekannya. Satu hari ia dapat tawaran untuk bergabung di sebuah komunitas misterius yang mengubah hidup dan pemikirannya. Plotnya tak tertebak dan penuh lika-liku mencengangkan.
7. Hello Beautiful juga cerita soal manis pahitnya hubungan asmara orang dewasa layaknya album Lover
Lover sering disebut era optimisme Taylor Swift. Ia menulis album ini saat masih menjalin hubungan asmara dengan Joe Alwyn yang disebut penggemar sebagai hubungan paling ideal dan stabil dalam hidup sang musisi. Selain banyak lagu kasmaran, Lover juga menandai kedewasaan Taylor Swift kala menghadapi kritik dan konflik dalam hidupnya.
Ini beresonansi kuat dengan novel-novel romantis dengan karakter matang. Salah satu yang bisa kamu tengok adalah Hello Beautiful tulisan Ann Napolitano. Buku itu merupakan kisah cinta William dan Julia, dua orang dewasa dengan karakter dan latar belakang berbeda, tetapi menemukan koneksi. Mirip dengan sosok Taylor Swift dan Joe Alwyn yang meski cocok, tetap harus menghadapi tantangan dalam hubungan mereka.
8. Kisah cinta dengan latar pedesaan seperti album folklore ada juga di novel terbaru Ann Patchett, Tom Lake
Taylor Swift menulis folklore selama masa karantina mandiri akibat pandemik COVID-19. Ia seolah kembali ke jalur folk dan country dan bikin album ini seolah sedang membawa pendengarnya ke sebuah kabin di hutan yang rindang dan asri.
Sama persis dengan upaya Ann Patchett lewat novel terbarunya, Tom Lake. Novel ini ditulis dari sudut pandang ibu tiga anak yang tinggal di sebuah rumah pedesaan di Michigan. Ia kemudian mengingat memorinya saat masih aktif jadi seniman dan berbagi panggung dengan sosok bernama Tom Lake. Ini bukan novel romantis biasa. Ann Patchett punya gaya bercerita reflektif dan piawai mendeskripsikan hubungan nonromantis seperti kakak beradik, anak dan orangtua, dan lain sebagainya.
9. Shark Heart yang bergenre magical realism bakal mengingatkanmu pada album evermore
Dalam evermore, Taylor Swift mulai menyertakan elemen-elemen magical-realism lewat majas dalam lirik-lirik gubahannya dan tim. Ini membuatnya jadi tandem ideal untuk novel bergenre serupa berjudul Shark Heart karya Emily Habeck.
Novel ini mengikuti kisah cinta pasutri Lewis dan Wren yang harus terinterupsi sebuah diagnosa medis aneh. Lewis diceritakan akan berubah jadi hiu dalam waktu dekat dan keduanya berpacu dengan waktu untuk bisa menemukan cara agar bisa tetap terkoneksi.
10. Sama seperti album Midnights, kumpulan cerita dalam Outline karya Rachel Cusk mengajak kita berkontemplasi
Seolah ditulis oleh orang yang insomnia kemudian overthinking pada tengah malam, Midnights jadi salah satu album paling kontemplatif yang pernah ditulis Taylor Swift. Mirip dengan novel Outline karya Rachel Cusk yang juga mengajakmu merenung lewat cerita-cerita orang yang ditemui seorang penulis tanpa nama di Yunani ini.
Ada banyak isu menarik dalam novelnya, mulai cara orang meredakan rasa duka citanya, sulitnya membangun hubungan asmara pada era modern, sampai dinamika hubungan keluarga yang ada-ada saja tantangannya.
Satu lagi cara menemukan referensi bacaan baru, yakni lewat album atau lagu favoritmu. Selain Taylor Swift, kamu bisa coba bikin daftar serupa pakai album musisi kegemaranmu lainnya.
Baca Juga: 5 Novel Berlatar Asia Tenggara non-Indonesia Rilisan Terbaru
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.