Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi rencana membaca tidak berjalan lancar
ilustrasi rencana membaca tidak berjalan lancar (pexels.com/George Milton)

Intinya sih...

  • Menetapkan target kuantitas, bukan kualitas: Banyak fokus pada jumlah buku tanpa memperhatikan waktu dan kualitas pemahaman. Lebih baik fokus pada kebiasaan membaca harian.

  • Rencana bacaan terlalu kaku dan tidak fleksibel: Jadwal membaca yang terlalu kaku membuat proses membaca terasa seperti kewajiban. Rencana bacaan seharusnya fleksibel.

  • Mengabaikan masa jenuh sebagai bagian dari proses: Masa jenuh membaca adalah hal wajar. Istirahat sejenak bisa membantu memulihkan semangat membaca.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kita semua pasti pernah bersemangat membuat rencana bacaan di awal tahun. Rasanya menyenangkan saat membayangkan tumpukan buku yang akan selesai dibaca dalam waktu tertentu. Namun, sering kali semangat itu memudar di tengah jalan dan daftar bacaan pun terbengkalai begitu saja.

Kegagalan itu sebenarnya bukan karena kita tidak suka membaca, tetapi karena cara kita merencanakannya yang kurang tepat. Membuat rencana membaca yang berhasil membutuhkan keseimbangan antara motivasi, strategi, dan fleksibilitas. Berikut lima penyebab umum rencana bacaan sering gagal dan bagaimana kita bisa memperbaikinya.

1. Menetapkan target kuantitas, bukan kualitas

ilustrasi kebiasaan membaca buku (pexels.com/cottonbro studio)

Banyak dari kita terlalu fokus pada jumlah buku yang ingin diselesaikan. Misalnya, menargetkan membaca lima puluh buku dalam waktu satu tahun tanpa mempertimbangkan waktu dan kualitas pemahaman. Saat target itu mulai terasa berat, motivasi pun menurun karena kita merasa tertinggal.

Padahal, membaca seharusnya menjadi kegiatan yang memberi makna, bukan beban angka. Sehingga lebih baik kita fokus pada kebiasaan membaca harian, meski hanya beberapa halaman setiap harinya. Dengan begitu, proses membaca terasa lebih ringan dan berkelanjutan.

2. Rencana bacaan terlalu kaku dan tidak fleksibel

ilustrasi membuat rencana bacaan (pexels.com/alleksana)

Kita sering kali membuat jadwal membaca yang terlalu kaku. Misalnya, memaksa diri menyelesaikan satu buku dalam waktu tertentu tanpa memperhatikan kondisi dan suasana hati. Akibatnya, proses membaca terasa seperti kewajiban yang menekan, alih-alih membuatnya sebagai kegiatan yang menyenangkan.

Rencana bacaan yang baik seharusnya memiliki ruang untuk menyesuaikan diri. Saat merasa jenuh, kita bisa berpindah ke bacaan yang lebih ringan untuk sementara. Fleksibilitas ini membantu menjaga semangat membaca tanpa harus merasa bersalah karena keluar dari rencana semula.

3. Mengabaikan masa jenuh sebagai bagian dari proses

ilustrasi bosan membaca (pexels.com/Karola G)

Setiap pembaca pasti pernah mengalami masa jenuh membaca, atau yang sering disebut sebagai book slump. Banyak yang menganggap fase ini sebagai tanda kegagalan, padahal nyatanya kondisi itu sangat wajar terjadi. Pikiran dan perhatian kita memang butuh jeda setelah mengonsumsi banyak informasi.

Kita tidak perlu memaksakan diri untuk membaca saat sedang jenuh. Istirahat sejenak bisa membantu memulihkan semangat dan membuat kegiatan membaca terasa menyenangkan lagi. Justru kegagalan yang sebenarnya akan terjadi ketika kita berhenti membaca sama sekali tanpa berusaha memulai kembali.

4. Membaca buku yang terlalu berat secara berturut-turut

ilustrasi buku yang tebal (pexels.com/Olha Ruskykh)

Membaca buku yang terlalu berat secara berurutan dapat membuat kita merasa cepat lelah. Misalnya, setelah menyelesaikan buku filsafat, kita langsung beralih ke buku akademik lainnya tanpa diimbangi dengan jeda. Hal itu membuat otak menjadi jenuh dan sulit mempertahankan fokus.

Kita bisa menjaga semangat membaca dengan menggabungkan jenis bacaan. Setelah buku yang berat, pilih buku ringan seperti novel, biografi singkat, atau kumpulan esai. Perpaduan ini membantu menjaga keseimbangan antara belajar dan hiburan, sehingga rencana bacaan lebih mudah dijalankan.

5. Tidak ada waktu membaca yang terjadwal

ilustrasi membaca buku (pexels.com/Ramon Hughley)

Sering kali kita menunggu waktu luang untuk membaca, padahal waktu luang jarang datang dengan sendirinya. Akibatnya, membaca menjadi kegiatan yang terus tertunda. Padahal, kebiasaan membaca dapat terbentuk saat kita menjadikannya bagian dari rutinitas harian.

Kita bisa mulai dengan mengatur waktu khusus untuk membaca, misalnya tiga puluh menit sebelum tidur atau lima belas menit saat istirahat siang. Kebiasaan membaca akan lebih mudah terbentuk jika dilakukan secara konsisten setiap hari. Dengan begitu, membaca menjadi rutinitas menyenangkan yang bisa kita nikmati tanpa menunggu waktu luang.

Kegagalan dalam menjalankan rencana bacaan bukan berarti kita tidak disiplin, tetapi sering kali karena sistem yang kurang mendukung. Jika kita memperbaiki cara merencanakannya, membaca akan terasa lebih alami dan berkelanjutan. Kuncinya adalah menjaga keseimbangan antara target dan kenyamanan pribadi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team