5 Kiat Bahasa Jurnalistik untuk Penulisan Berita, Yuk Pahami!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apakah kamu ingin berkarier sebagai jurnalis? Jika iya, kamu perlu memahami bahasa jurnalistik yang cukup berbeda dengan bahasa sehari-hari. Bahasa ini tetap harus baku, namun mampu untuk dipahami banyak orang.
Dalam webinar IDN Times X FJPI "Bahasa Indonesia Jurnalistik", Sabtu (30/1/21), Ketua Forum Bahasa Media Massa, TD Asmadi membagikan kiat-kiat penggunaan bahasa jurnalistik untuk penulisan berita dengan tepat. Kira-kira, bagaimana ya?
1. Menulis bukan untuk diri kita, namun untuk orang lain
Jurnalisme merupakan pekerjaan mengumpulkan dan menulis berita di media massa cetak atau elektronik. Hasil berita ini akan disebarkan oleh khalayak, sehingga kita perlu menulis untuk orang lain, bukan untuk diri kita sendiri.
"Pahami bahwa kita menulis untuk orang lain yang bermacam-macam pekerjaan, pendidikan, status, dan kesukaannya," tuturnya.
Asmadi pun menjelaskan bahwa apa yang nyaman dari kita, belum tentu nyaman untuk orang lain juga. Oleh karena itu, kita perlu menggunakan bahasa yang universal.
2. Ada kaidah yang harus diikuti dan rasa bahasa yang perlu dipahami
Selanjutnya, bahasa jurnalistik juga memiliki kaidah yang tak jauh berbeda dengan kaidah Bahasa Indonesia pada umumnya. Kaidah ini antara lain singkat, padat, lugas, dan sesuai dengan kaidah etika atau Ejaan yang Disempurnakan (EYD).
Selain kaidah, Asmadi juga menekankan rasa bahasa yang bisa membedakan nyawa dalam tulisan jurnalistik. "Menulis 'orang itu mati' dengan 'orang itu meninggal dunia' ada beda rasa walau maknanya sama," contohnya.
3. Hemat tetapi tetap efektif
Editor’s picks
Penulisan berita juga tidak boleh terlalu panjang dan bertele-tele. Oleh karena itu, bahasa jurnalistik mementingkan kehematan kalimat, tapi juga tetap efektif. Efektivitas kalimat ini bisa terlihat dari pemahaman audiens.
"Kalimat menjadi efektif karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh pembicara atau penulis, dapat diterima dan dipahami oleh pendengar atau pembaca, sama dengan yang dipikirkan atau dirasakan oleh penutur," terang pengajar Lembaga Pers Dr.Soetomo (LPDS) itu.
Baca Juga: Selain Bahasa Inggris, 5 Ahli Bahasa Ini Banyak Dicari Perusahaan Lho!
4. Baku, dengan beberapa kelonggaran dalam judul berita
Bahasa jurnalistik juga baku, yakni sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia, baik dalam diksi (pilihan kata), struktur kalimat, maupun ejaan. Meskipun begitu, terdapat beberapa kelonggaran yang bisa disesuaikan dalam judul berita, antara lain:
- Menghilangkan me- di judul
- Mengawali judul dengan angka
- Melesapkan subjek
- Paragraf bisa satu kalimat
5. Ada pelanggan yang perlu dipahami
Terakhir, karena media juga salah satu bentuk bisnis, maka bahasa jurnalistik juga perlu memahami pelanggannya. Bagaimana segmentasi media dan gaya bahasa apa yang sesuai dengan segmentasi ini?
Secara lebih spesifik, bahasa ini juga bisa menyesuaikan rubrik yang dipegang dalam media. Setiap rubrik tentu memiliki kekhasan bahasanya tersendiri.
Baca Juga: IMS 2020: Woro Windrati, 20 Tahun Berkarya di Dunia Jurnalistik