Guru pendamping: Putu Ayu Swarni, S.Pd
Penulis: Ni Putu Demiva Sarasstiani, Ketut Wahyu Dyatmika, Ni Komang Dama Utami
Desainer visual: I Kadek Bayu Prana Dinatha, Ni Wayan Melanny Adi Putri, Ni Luh
Diastari Pradnyaniti
Fotografer: I Kadek Bayu Prana Dinatha, Ni Wayan Melanny Adi Putri
Videografer: I Kadek Bayu Prana Dinatha, Ni Luh Diastari Pradnyaniti
[MADING] Great Move Great Future: Bumi Butuh Aksi, Bukan Sekadar Janji

Hijau itu asik! Kami tim Luxterra dari SMA Negeri 2 Amlapura, dalam lembar-lembar mading ini, kami titipkan kisah tentang napas alam yang berhembus dengan cahaya energi yang tak akan padam dan tentang tarian tangan kecil yang mampu menjahit kembali harmoni antara manusia dan BUMI. Mading kami bertemakan lingkungan, tapi bukan mengajak kalian untuk menanam pohon bersama, sekadar berisi informasi yang diharapkan dapat menumbuhkan rasa ingin tahu pembaca. Isi mading ini membahas langkah-langkah sederhana yang dapat membantu menjaga kelestarian bumi. Tidak bersifat memaksa, tetapi bertujuan untuk mengajak pembaca merenung, dan berpikir “Oh, iya juga, ya.”
Tim redaksi kami terdiri dari:
Karya ini dibuat untuk keperluan kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.
Esai : Latar Belakang

Permasalahan lingkungan hidup menjadi isu global yang semakin kritis dari tahun ke tahun. Bumi kita menghadapi berbagai krisis yang krusial seperti deforestasi, pembakaran serta penumpukan sampah plastik yang mencemari ekosistem. Semua ini terjadi akibat ulah manusia yang mengabaikan kelestarian lingkungan demi kepentingan sendiri. Jika tidak ditanggulangi, krisis lingkungan akan berdampak besar bagi kehidupan manusia, terutama generasi mendatang. Berdasarkan siaran pers Kementerian Kehutanan (Kemenhut), luas lahan kritis yang perlu pemulihan mencapai 12,7 juta hektare. Kemenhut memperkirakan memerlukan hingga 60 tahun untuk memulihkan seluruh lahan kritis dengan kecepatan pemulihan sekitar 232.250 hektare per tahun. Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 23 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Rehabilitas Hutan dan Lahan pada tanggal 16 November 2021. Diperlukan rehabilitas hutan untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan guna meningkatkan daya dukung, produktivitas dan perannya dalam menjaga sistem penyangga kehidupan. Menurut Indonesia.go.id, akhir tahun 2024 timbunan sampah nasional mencapai 64 juta ton per tahun, dengan sekitar 12% atau 7,68 juta ton merupakan sampah plastik. Indonesia perlu mengembangkan industrialisasi pengelolaan sampah yang terkelola dan efektif demi kelangsungan hidup manusia.
Di tengah situasi ini, generasi muda memiliki peran yang krusial dalam menyelamatkan bumi. Sebagai generasi yang paham akan teknologi, para pemuda menjadi garda terdepan dalam gerakan pelestarian lingkungan. Tercatat pada tahun 2025 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) generasi muda di Indonesia diperkirakan mencapai 64,14 juta jiwa, jumlah ini setara dengan sekitar 23,18% dari total populasi Indonesia. Dengan menyalakan semangat “Eco Warrior Mode: ON,” generasi muda didorong untuk beraksi nyata melawan kerusakan lingkungan melalui dua langkah utama, yaitu edukasi dan teknologi.
Edukasi berperan penting dalam membentuk kesadaran lingkungan sejak dini. Ketika generasi muda memahami pentingnya menjaga bumi, mereka akan termotivasi untuk mengubah gaya hidup dan mengajak orang-orang sekitarnya melakukan hal yang sama. Garden-based learning (konsep sekolah taman), merupakan program taman sekolah meningkatkan “kesadaran lingkungan” siswa sehingga mereka menunjukkan kepedulian dan tindakan seperti daur ulang dan hemat energi. Sementara itu, teknologi menjadi alat yang sangat efektif untuk mempercepat perubahan. Dilansir dari GoodStats, sebanyak 61,65% generasi muda menggunakan internet untuk mengakses informasi/berita. Sekitar 67,65% mengakses media sosial yang menjadi sarana untuk mengedukasi, menginspirasi, sekaligus memfasilitasi aksi nyata mereka.
Tak hanya itu, gaya hidup go green menjadi gerakan penting yang harus terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Konsep ini tidak hanya menekankan pada pengurangan limbah dan pemanfaatan energi bersih, tetapi juga keterikatan bersama untuk hidup selaras dengan alam. Berdasarkan hasil survei Jajak Pendapat (Jakpat, 2024), 78% generasi z dan milenial di Indonesia tertarik dalam menerapkan zero waste bahkan 16% dari kedua generasi itu sudah berhasil menerapkan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan lingkungan merupakan kunci dalam membentuk generasi yang sadar akan tanggung jawab lingkungannya. Salah satu bentuk aksi nyata dapat ditemukan di SMA Negeri 2 Amlapura, tempat kami menuntut ilmu. Di mana sekolah ini menjadi contoh bagaimana edukasi lingkungan tidak hanya diajarkan di ruang kelas, tetapi juga diwujudkan dalam budaya sekolah sehari-hari. Konsep daur ulang, pemilahan sampah, pembuatan eco enzyme dan kompos, sanksi edukatif hingga pemanfaatan teknologi sederhana yang mempermudah aktivitas tersebut. Oleh karena itu, sekolah kami memperoleh juara 1 Wawasan Wiyata Mandala tingkat nasional pada tahun 1997.
Di era digital saat ini, peluang untuk berkontribusi dalam pelestarian lingkungan terbuka lebar. Generasi muda bisa menciptakan komunitas peduli lingkungan di media sosial, membuat konten edukatif tentang pengolahan sampah atau mengembangkan alat teknologi yang ramah lingkungan. Setiap tindakan kecil yang dilakukan secara konsisten dan meluas akan memberi dampak besar terhadap masa depan bumi.
Oleh karena itu, menggabungkan kekuatan edukasi dan teknologi dalam semangat go green adalah langkah strategis dalam membangun generasi muda yang sadar lingkungan. Inilah saat yang tepat bagi generasi muda untuk mengaktifkan peran sebagai eco warrior, pejuang lingkungan masa kini yang tak hanya peka terhadap krisis lingkungan, tetapi juga siap bertindak dan membawa perubahan.
Esai : Kesimpulan

Di era digital yang serba cepat, menjadi eco warrior bukanlah hal yang sulit, tetapi juga bukan hal yang bisa ditunda. Generasi muda memiliki pemahaman yang kuat akan pentingnya lingkungan, serta kemahiran dalam menggunakan teknologi sebagai alat perubahan. Semangat “Eco Warrior Mode: ON” bukan hanya tentang slogan, tetapi kesadaran bersama dan tindakan yang nyata. Mulai dari hal-hal kecil seperti membawa tumbler, memilah sampah, menggunakan transportasi umum dan ramah lingkungan, serta menciptakan platform yang mendukung ramah lingkungan.
Gerakan lingkungan hidup di sekolah bukanlah sekadar proyek sesaat, melainkan sebuah gerakan pembentukan karakter, kesadaran, dan tanggung jawab antargenerasi. SMA Negeri 2 Amlapura menunjukkan bahwa ketika edukasi lingkungan diintegrasikan secara menyeluruh melalui pemilahan sampah, seni daur ulang, sistem sanksi edukatif, hingga pemanfaatan teknologi maka sekolah bukan hanya mencetak lulusan yang cerdas secara akademik, tetapi juga bijak secara ekologis.
Menjadi eco warrior berarti memilih untuk tidak tinggal diam. Ini adalah kesadaran untuk menjaga rumah satu-satunya yang kita miliki, yaitu planet bumi. Semakin banyaknya tantangan lingkungan yang harus dihadapi, setiap individu, terutama generasi muda, harus menyadari bahwa perubahan tidak menunggu siapapun. Tindakan nyata harus dimulai sekarang, dari diri sendiri, dan dari hal-hal yang paling sederhana.
Akhirnya, bumi yang sehat dan lestari bukanlah warisan dari generasi sebelumnya, melainkan tanggung jawab dari generasi yang akan datang. Oleh karena itu, saatnya generasi muda bangkit, mengambil peran, dan menyalakan mode eco warrior mereka. Karena perubahan dimulai dari kita dan masa depan bumi bergantung pada aksi yang kita ambil hari ini. Mari bergerak bersama, wujudkan bumi yang hijau, bersih, dan berkelanjutan, karena satu aksi kecil hari ini bisa menyelamatkan masa depan yang besar esok hari.
Infografik

Infografik Aksi Kecil, Dampak Besar untuk Bumi mengajak kalian semua untuk menjaga kelestarian lingkungan melalui langkah kecil namun bermakna. Mulai dari mengurangi sampah plastik, menanam pohon, hingga melakukan aksi daur ulang barang bekas, setiap aksi kecil yang kalian lakukan akan membawa dampak besar bagi Bumi. Seperti tetes hujan yang jatuh di tanah kering, setiap perbuatan baik akan menumbuhkan harapan baru bagi dunia. Data dari Global Forest Watch dan Kementerian Kehutanan menegaskan pentingnya langkah aksi nyata ini, mengingat Indonesia masih menghadapi tantangan deforestasi dan pengelolaan sampah. Dengan kesadaran bersama, kalian dapat menciptakan masa depan yang lebih hijau, bersih, dan sehat bagi generasi mendatang.
Rubrik Diskusi : Infografik Pertamina

Energizing Green Future mengajak kita menyalakan harapan lewat energi bersih dan ramah lingkungan. Dari pengembangan panas bumi 1.877 MW, Kilang Hijau Dumai dan Plaju, program Langit Biru, hingga SPBKLU untuk kendaraan listrik, setiap langkah ini ibarat matahari pagi yang menembus kabut polusi, membawa cahaya bagi masa depan. Data Kementerian ESDM menunjukkan bauran energi terbarukan Indonesia baru 13,1%, masih jauh dari target 23% di 2025. Tantangan ini mengajak kita untuk ikut bergerak. Hemat energi, dukung inovasi hijau, dan menjaga alam. Karena dari percikan kecil, bisa lahir gelombang besar yang mengubah wajah bumi untuk generasi mendatang.
Foto Bercerita 1

Rangkaian foto ini menjelaskan banyak kejadian di layar belakang. Kami sempat mengalami kendala, perihal kecil yang kami kira akan membuat rancu, nyatanya ini membuat kami semakin maju. Akhirnya menemukan titik terang yang perlahan kami tatih.
Foto Bercerita 2

Perjalanan yang kami tatih, menghantarkan kami menuju banyak ide. Setiap arah mata angin serasa memberikan keindahan untuk kami kembangkan menjadi karya. Banyak proses, banyak langkah, banyak masalah tapi satu jari terhubung maka terbentuk urutan gambar dengan banyak kata dan untaian rasa.
Puisi

Andai kamu tidak bisa melihat huruf-huruf yang terlalu rumit, kamu lebih menyukai untaian kata penuh diksi cobalah lihat ini, ungkapan rasa sakit yang tidak bersuara yang merangkai kisah kasih tentang bumi yang terluka. Puisi ini menjelaskan perjuangan bumi yang melawan dan bertahan.
Resensi Film

"Di tengah sunyi, cinta dan harapan tetap tumbuh." WALL·E bukan sekadar film animasi, tapi cermin masa depan jika kita melupakan untuk menjaga bumi. Dengan visual memukau dan minim dialog, kisah ini mengajarkan bahwa di balik tumpukan sampah, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki dunia. Mari rawat bumi sebelum segalanya benar-benar sunyi!.
Profile Inspiratif


Di balik papan tulis dan deretan angka, Bu Ayu Mahariani, guru matematika SMA Negeri 2 Amlapura, mengajarkan hal yang lebih dari sekadar rumus yaitu kepedulian terhadap bumi.
Berawal dari keresahan melihat sampah plastik berserakan, beliau memulai langkah kecil. Membawa tumbler, memilah sampah, hingga menularkan kebiasaan itu kepada siswa dan keluarga. Kini, gerakannya tumbuh menjadi program nyata di sekolah. Jumat Bersih, Bank Sampah, hingga Projek P5 bertema lingkungan.
Bagi Bu Ayu, keberhasilan bukan pada penghargaan, tapi saat siswa berani menegur temannya yang membuang sampah sembarangan, atau membawa tanaman dari rumah untuk ditanam di sekolah. Itulah prestasi sejati.
“Bumi ini tidak butuh kita yang hebat, tapi butuh kita yang peduli. Mulailah dari langkah kecil hari ini, karena perubahan besar selalu berawal dari satu orang yang mau bergerak.”
Melalui karya ini, kami ingin membuktikan bahwa kepedulian terhadap bumi dapat dimulai dari langkah yang sederhana, namun penuh makna. Seperti setetes embun yang menyejukkan daun di pagi hari, setiap aksi kecil yang kita lakukan mampu memberi kehidupan baru bagi bumi. Semoga karya ini dapat menjadi pijakan awal yang menginspirasi lebih banyak anak muda untuk bergerak, menjaga, dan mencintai lingkungan, demi masa depan yang lebih hijau dan lestari.