“Ibu harus bahagia. Asibuster itu sederhana. Dukungan pasangan, makanan bergizi, hingga bantuan pekerjaan rumah dapat membantu meningkatkan produksi ASI,” jelasnya, dalam rilis yang diterima IDN Times.
Cerita Stefani Gabriela Soal Pentingnya Pompa ASI Modern, Perjuangan!

- Tantangan menyusui: Dari teknik pelekatan hingga dukungan emosional
- Perjalanan Stefani Gabriela, dari gagal DBF hingga uji 38 pompa hands-free
- Ketika air flow technology dan garansi menjadi penentu kenyamanan
Di balik setiap perjalanan menyusui, selalu ada kisah yang lebih dari sekadar memberi ASI. Ada perjuangan fisik, tekanan emosional, hingga pencarian tak berujung untuk menemukan metode yang paling cocok. Di sebuah talk show edukatif di JCC, Jakarta, diskusi tentang menyusui berubah menjadi ruang yang menenteramkan bagi para ibu, tempat mereka mendapat jawaban, dukungan, dan teknologi yang dapat membantu mereka menjalani fase penting ini dengan lebih nyaman.
Di panggung itu hadir dua sosok, yakni dr. Dea Nurmaulidia, IBCLC yang menekankan pentingnya teknik dasar menyusui dan mom influencer Stefani Gabriela, yang kisahnya mewakili realitas banyak ibu muda masa kini. Dari edukasi medis hingga pengalaman personal yang penuh tantangan, keduanya menunjukkan bahwa menyusui adalah perjalanan yang dapat dipermudah selama ibu mendapat dukungan, pengetahuan, dan alat yang tepat.
1. Tantangan menyusui: Dari teknik pelekatan hingga dukungan emosional

Dalam talk show tersebut, dr. Dea menguraikan penyebab paling umum terhambatnya produksi ASI, yaitu posisi dan pelekatan yang kurang tepat. Kesalahan sederhana ini dapat berubah menjadi masalah besar, mulai dari puting lecet hingga pengosongan payudara yang tidak optimal.
Ia juga menegaskan, bahwa tidak ada pantangan makanan tertentu yang benar-benar menghambat produksi ASI, sebuah klarifikasi penting yang selama ini membayangi para ibu baru. Untuk ibu bekerja, dr. Dea menganjurkan pola direct breastfeeding ketika bersama anak, serta pumping setiap tiga jam saat di kantor. Panduan ini sederhana, namun dapat menjadi penyelamat bagi ibu yang merasa kewalahan membagi waktu dan energi.
2. Perjalanan Stefani Gabriela, dari gagal DBF hingga uji 38 pompa hands-free

Stefani Gabriela datang dengan kisah yang begitu jujur. Kisah yang membuat banyak ibu mengangguk karena merasa “akhirnya ada yang mengerti”. Ia mengaku gagal melakukan direct breastfeeding karena kurang persiapan sebagai ibu baru. Namun, alih-alih menyerah, ia memilih pumping sebagai “kesempatan kedua”.
Perjalanannya tidak mudah. Ia mencoba berbagai jenis pompa, mulai dari kabel, manual, hingga hands-free. Ada rasa sakit, ada sesi pumping yang tidak efektif, hingga pengalaman ASI tersumbat. Namun pengalaman itu justru membentuk misinya untuk membantu ibu lain tidak melalui kesulitan yang sama. Ia kemudian menguji 38 jenis pompa hands-free, mencatat satu per satu hasilnya, dan membagikannya di YouTube, hingga akhirnya meraih Rekor MURI untuk ulasan pompa ASI terbanyak.
“Saya ingin para mama tak perlu mengalami kesulitan yang saya alami. Cukup lihat review saya, dan temukan pompa terbaik versi masing-masing,” ujarnya.
Bagi Stefani, teknologi bukan sekadar alat bantu, tetapi penyelamat yang memberi ibu kesempatan untuk tetap memberi ASI meski perjalanan tak berjalan mulus.
3. Ketika air flow technology dan garansi menjadi penentu kenyamanan

Salah satu stigma lama tentang pompa hands-free soal “hisapannya kurang kuat”, kini resmi gugur. Teknologi generasi terbaru, termasuk Air Flow Technology, membuat pompa hands-free bekerja efektif tanpa rasa sakit. Bagi ibu yang harus bergerak, bekerja, atau mengurus rumah, inovasi ini terasa seperti kemewahan kecil yang sangat berarti.
Dalam acara tersebut, Head of Marketing TNP Group, Khilqa Putri, memperkenalkan pompa Mooimom M3 Pro yang hadir dengan empat mode, 12 level hisapan, serta garansi hingga tiga tahun yang bisa diklaim via offline maupun online. Tidak hanya itu, ketersediaan suku cadang di berbagai kota membuatnya menjadi pilihan realistis untuk pemakaian jangka panjang.
“Memilih brand yang tepat berarti membeli ketenangan. Bukan hanya efisiensi, tetapi memastikan perjalanan menyusui berlangsung nyaman hingga dua tahun,” tegas Khilqa.
Teknologi tidak menggantikan peran ibu, tetapi menjadi penopang yang membuat perjalanan menyusui terasa lebih manusiawi, lebih lembut, lebih terencana, dan tentu saja lebih nyaman.
Dari edukasi medis hingga cerita personal, acara ini menegaskan bahwa menyusui adalah perjalanan yang unik bagi setiap ibu. Tantangan akan selalu ada, tetapi dukungan emosional, informasi yang tepat, dan teknologi yang mumpuni dapat mengubah pengalaman tersebut menjadi lebih ringan.
Perjuangan Stefani, nasihat dr. Dea, dan inovasi terbaru dari Mooimom adalah pengingat bahwa ibu tidak harus berjalan sendirian. Karena setiap tetes ASI bukan hanya nutrisi, melainkan hasil dari cinta, ketekunan, dan bantuan yang tepat di saat yang dibutuhkan.



















