Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[MADING] Pedulimu, Selamatku

IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos
IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos

Beri laut masa depan kurangi plastik, olah limbah, dan jadikan teknologi sebagai arus perubahan.

Salam hangat dari kami, Tim Khaos Reborn SMAS Averos Kota Sorong. Selamat datang di mading digital kami!

Mading digital ini mengusung gerakan Pedulimu, Selamatku. Visualnya mencerminkan bahwa setiap tindakan kecil yang kita lakukan seperti memilah sampah, mengurangi plastik sekali pakai, hingga mendukung daur ulang punya arti besar bagi keberlangsungan bumi, khususnya laut kita yang kini penuh sampah plastik.

Lewat karya ini, kami ingin menyampaikan pesan sederhana: peduli itu menyelamatkan. Bukan hanya menyelamatkan lingkungan, tapi juga laut sebagai sumber kehidupan dan masa depan kita bersama. Mari mulai dari langkah kecil hari ini, karena dari kepedulianmu, lahirlah harapan baru untuk bumi yang lebih sehat dan laut yang kembali biru.

Tim redaksi kami terdiri dari:

  • Guru pendamping: Hari Nugraha., S.S S.Pd M.Α

  • Penulis: Hielfa Aulia Aryani, Syairah Rahmadoan

  • Desainer visual: Aura Zanjabila Syurah, Aura Zeema

  • Fotografer: Davis Adhika Wirasatya

  • Videografer: Galih Maulana Satriadi

Karya ini dibuat untuk keperluan kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.

Esai: Latar Belakang

IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos
IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos

Permasalahan sampah menjadi salah satu isu lingkungan utama di Indonesia. Peneliti Pusat Riset Oseanografi BRIN mencatat, setiap tahun lebih dari 8 juta ton sampah plastik dibuang ke laut. Sayangnya, kurang dari 20% yang berhasil masuk kembali ke sistem daur ulang, sementara sebagian besar lainnya tidak terkelola dengan baik dan berakhir mencemari perairan.

Upaya pengelolaan sampah plastik umumnya dilakukan melalui konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Program ini menjadi langkah utama masyarakat dalam mengurangi timbunan sampah, disertai dengan berbagai bentuk sosialisasi dari pemerintah. Namun, implementasinya belum optimal. Hal ini terlihat pada kondisi pantai-pantai di Kota Sorong yang masih dipenuhi sampah. Data menunjukkan bahwa sampah di wilayah tersebut didominasi oleh sampah organik (51,37%) dan plastik (17,12%).

Keberadaan sampah plastik menjadi ancaman serius karena berpotensi terurai menjadi mikroplastik. Partikel-partikel ini dapat masuk ke rantai makanan melalui ikan dan biota laut lainnya, sehingga tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia.

Kondisi ini semakin memprihatinkan jika dikaitkan dengan fakta bahwa sebagian besar hasil laut Indonesia berasal dari Papua Barat Daya, khususnya Kota Sorong (TimeNews.co.id). Wilayah ini dikenal sebagai salah satu sentra perikanan, dengan masyarakat yang rutin mengonsumsi hasil tangkapan laut seperti tuna, cakalang, tongkol, kerapu, kakap merah, dan tenggiri. Ironisnya, kesadaran masyarakat terhadap kelestarian biota laut masih tergolong rendah, meskipun kehidupan mereka sangat bergantung pada sumber daya tersebut.

Selain menjadi sumber pangan, keindahan pantai di Kota Sorong juga memiliki nilai strategis sebagai daya tarik wisata alam. Namun, pencemaran sampah plastik yang terus meningkat berpotensi merusak citra pariwisata sekaligus mengancam keberlanjutan sumber daya laut yang menjadi penopang ekonomi dan kehidupan masyarakat setempat.

Persoalan sampah plastik di wilayah pesisir tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga menimbulkan dampak merugikan bagi masyarakat dan biota laut. Salah satu dampak utama adalah terkontaminasinya hewan laut oleh sampah plastik, yang kemudian dapat mengancam kesehatan manusia melalui rantai makanan. Selain itu, sampah plastik yang terurai menjadi mikroplastik berpotensi mencemari air dan tanah, sehingga memperburuk kualitas lingkungan.

Bagi para nelayan, keberadaan plastik di laut juga menimbulkan ancaman langsung. Sampah yang tersangkut pada baling-baling atau mesin kapal dapat merusak peralatan, meningkatkan biaya perbaikan, dan mengganggu aktivitas melaut. Di sisi lain, tumpukan sampah di pesisir menurunkan daya tarik wisata pantai, yang pada akhirnya berdampak pada sektor ekonomi daerah.

Tidak hanya itu, pengelolaan sampah yang tidak efektif menimbulkan beban biaya tinggi bagi pemerintah maupun masyarakat. Kondisi ini, jika dibiarkan, dapat memicu kerusakan lingkungan yang lebih parah dan meningkatkan risiko terjadinya bencana alam, seperti banjir akibat saluran air yang tersumbat sampah.

Menurut Kemenkes (2023), mikroplastik yang masuk ke tubuh melalui makanan dan minuman dapat menimbulkan iritasi, yang bila dibiarkan berpotensi menyebabkan peradangan hingga memicu tumor atau kanker. Plastik SmartCities juga mencatat bahwa paparan mikroplastik berdampak pada kesehatan, termasuk gangguan sistem endokrin dan masalah pencernaan.

Permasalahan ini terus berlanjut karena solusi yang ada belum efektif serta rendahnya kepedulian masyarakat terhadap pengurangan limbah plastik. Untuk mengatasinya, pemerintah perlu melakukan langkah pembenahan yang lebih serius, antara lain membentuk komunitas peduli lingkungan, memasang papan imbauan agar masyarakat membuang sampah pada tempatnya, serta menyediakan fasilitas tempat sampah yang memadai.

Salah satu sistem pengelolaan sampah yang dinilai efektif adalah bank sampah, karena melibatkan partisipasi masyarakat dan memberi timbal balik yang menguntungkan. Namun, program ini masih terkendala prosedur yang belum stabil sehingga mengurangi efektivitasnya. Selain itu, penerapan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) juga penting, karena mendorong kreativitas sekaligus meningkatkan peran masyarakat dalam mengurangi limbah plastik. Namun, belum sepenuhnya berhasil dalam menarik perhatian dan kontribusi masyarakat.

Untuk mengurangi pencemaran laut akibat sampah plastik, kami menginisiasi tema “Muda Beraksi! Selamatkan Bumi lewat Edukasi dan Teknologi” dengan gerakan “Pedulimu, Selamatku”. Melalui gerakan ini, limbah plastik diharapkan dapat dikelola menjadi produk bermanfaat, misalnya paving berbahan dasar plastik.

Esai: Kesimpulan

IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos
IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos

Limbah plastik merupakan permasalahan utama di Indonesia, khususnya kota Sorong karena, berdampak buruk dan merugikan seluruh lapisan masyarakat. Sampah plastik yang mencemari pantai dan laut dapat terurai menjadi mikroplastik. Ketika mikroplastik ini termakan oleh ikan, lalu ikan tersebut ditangkap, dijual, dan dikonsumsi masyarakat, risiko kesehatan serius seperti kanker dan penyakit turunan lainnya dapat terjadi.

Sistem pengelolaan sampah yang dibuat pemerintah, seperti 3R (Reduce, Reuse, Recycle), bank sampah, komunitas cinta alam, dan penyediaan tempat sampah yang layak, perlu dibenahi agar dapat berjalan optimal. 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dan Bank sampah, meskipun menjadi salah satu inovasi terbaik pemerintah, masih menghadapi keterlambatan dalam pelaksanaannya sehingga sempat terhenti dan memerlukan perbaikan.

Selain pembenahan dari pemerintah, kami menawarkan inovasi baru berupa pengolahan limbah plastik menjadi paving. Inovasi ini tidak hanya bermanfaat dalam mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga memberikan nilai jual yang dapat menguntungkan masyarakat.

Gerakan yang telah dibuat perlu terus disuarakan agar tidak terhenti dan tetap berkembang melalui berbagai inovasi. Media sosial dapat dimanfaatkan sebagai wadah aspirasi yang relevan dengan perkembangan zaman, sekaligus menjaga nilai-nilai sosial. Upaya pengurangan limbah plastik akan efektif jika seluruh masyarakat terlibat dengan kesadaran yang tinggi.

Gerakan-gerakan tersebut perlu mendapat dukungan aktif dari generasi muda, mengingat sekitar 60% penduduk berusia di bawah 35 tahun—kelompok yang penuh ide kreatif dan memiliki semangat tinggi untuk menjaga masa depan bumi. Kini saatnya generasi muda beraksi demi menyelamatkan ekosistem laut dan bumi, dimulai dari langkah-langkah kecil, melalui gerakan Pedulimu, Selamatku.

Infografik

IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos
IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos

Permasalahan sampah di laut Sorong telah meningkatkan kadar mikroplastik yang membahayakan biota laut sekaligus manusia. Infografik Eco-Warriors: Save The Beach ini mengajak kita semua untuk menyalakan semangat ‘Eco-Warrior Mode ON’ dengan menerapkan langkah 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Melalui gerakan Pedulimu, Selamatku. Kita belajar bahwa kepedulian kecil seperti memilah sampah, mendukung bank sampah, hingga mengurangi plastik sekali pakai dapat melindungi laut sekaligus masa depan kita bersama.

mulai dari kepedulian kecil hari ini, demi laut yang kembali biru dan masa depan yang lebih sehat

Infografik

IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos
IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos

Setiap tahun, jutaan ton sampah plastik mencemari laut. Data TKN-PSL (2023) menunjukkan tren sampah plastik Indonesia yang dibuang ke laut memang menurun, tapi masih ratusan ribu ton/tahun yang masuk ke perairan kita. Kondisi ini tidak hanya merusak ekosistem laut, tapi juga menghadirkan ancaman serius bagi kesehatan manusia melalui mikroplastik yang bisa memicu penurunan imun, gangguan endokrin, hingga kanker.

Namun, harapan tetap ada. Dengan langkah sederhana seperti Reduce, Reuse, dan Recycle, kita bisa ikut menyelamatkan laut. Ingat, setiap aksi kecilmu adalah napas baru bagi bumi.

Beri laut masa depan: kurangi plastik, olah limbah, dan jadikan teknologi sebagai arus perubahan.

Rubrik Diskusi-Infografik Pertamina

IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos
IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos

Energizing Green Future adalah sebuah visi global untuk mendorong penggunaan energi bersih dan terbarukan demi masa depan yang berkelanjutan. Plastik yang berubah menjadi mikroplastik terbukti mengancam ekosistem laut dan kesehatan manusia, sementara emisi fosil mempercepat pemanasan global. Ancaman ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tapi juga merugikan nelayan, pariwisata, dan kesehatan masyarakat.

Pertamina nggak cuma ngomongin soal energi, tapi juga gerak bareng masyarakat buat jaga laut dan lingkungan. Lewat program kayak Wasteco, aksi bareng bersihin sungai, sampai dukungan energi terbarukan dari PGE dan pengurangan jejak karbon oleh PHI, semua itu bukti kalau transisi energi bersih tuh bukan cuma soal teknologi besar, tapi juga kolaborasi bareng komunitas.

Selain mengurangi sampah, kita juga perlu energi bersih untuk menjaga bumi. Pertamina melalui Energizing Green Future menjadi bagian penting dalam gerakan Pedulimu, Selamatku.

Foto Bercerita

IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos
IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos

Di balik aksi kami ada banyak momen seru yang nggak kalah penting dari hasil akhirnya. Mulai dari technical meeting & mini camp buat brainstorming bareng, lanjut ke observasi dan diskusi biar strategi makin mantap, sampai persiapan di lapangan dengan kamera, alat kebersihan, dan perlengkapan lainnya. Semua proses ini bukan cuma soal kerja kelompok, tapi juga soal kebersamaan, ide kreatif, dan semangat jaga lingkungan. Karena buat kami, setiap langkah kecil bisa jadi awal dari perubahan besar.

Foto Bercerita

IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos
IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos

Masalah sampah plastik di pantai itu nyata banget, guys. Bukan cuma bikin kotor pemandangan, tapi juga ngancam ekosistem laut. Karena itu, tim kami turun langsung ke lapangan berbekal plastik sampah, sarung tangan, dan semangat segunung. Sampah demi sampah kami kumpulkan bareng-bareng, sambil kerja sama, saling support, dan bikin momen seru dengan tim.

Dan yang keren, sampah yang terkumpul nggak berhenti di situ aja. Kami siapin langkah buat dipilah dan diolah biar bisa dimanfaatin lagi. Intinya, ini bukan cuma soal bersihin pantai, tapi juga soal jadi bagian dari perubahan positif. Karena peduli kecil hari ini bisa jadi selamat besar buat masa depan.

Foto Bercerita

IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos
IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos

Akhirnyaaa, pantai yang tadinya kotor penuh sampah bisa balik lagi jadi bersih dan segar. Rasanya bangga banget liat perubahan yang kami buat bareng-bareng. Nggak cuma berhenti di bersih-bersih, kami juga ninggalin pesan edukasi lewat plang biar masyarakat inget: “Laut adalah napas, ayo jaga.”

Di sela-sela aksi, ada juga momen santai bareng tim buat nikmatin hasil kerja keras. Dan yang paling keren, sampah yang udah terkumpul nggak langsung dibuang gitu aja, tapi kami olah jadi sesuatu yang bermanfaat kayak paving block. Dari yang awalnya nggak bernilai, berubah jadi produk berguna.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Diana Hasna
EditorDiana Hasna
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Trik Pilih Parfum Ringan buat Sekolah, Segar Sepanjang Hari

15 Sep 2025, 13:18 WIBLife
IDN Times Xplore/Khaos Reborn_SMAS Averos

[MADING] Pedulimu, Selamatku

15 Sep 2025, 10:19 WIBLife
IDN TIME EXPLORE/ GREENARIA_SMAN 56 JAKARTA

[MADING] FROM HEART TO EARTH

15 Sep 2025, 09:19 WIBLife