Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
foto kongres pemuda (historia.com/Foto Kongres Pemuda)

Intinya sih...

  • Pemuda berperan besar dalam kemajuan bangsa, seperti pada Kongres Pemuda II 1928 di Jakarta.
  • Djoko Marsaid, wakil ketua kongres, memiliki peran penting dalam lahirnya Sumpah Pemuda.
  • Sumpah Pemuda merupakan simbol semangat nasionalisme dan persatuan bagi bangsa Indonesia.

Ir. Soekarno mengatakan, "Berilah aku seribu orang tua, niscaya akan aku cabut semeru dari akarnya. Namun, berilah aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia".

Melalui pernyataan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa pemuda mampu memiliki andil besar dalam kemajuan atau kemunduran suatu bangsa. Bahkan, pemuda Indonesia berperan besar dalam berbagai gerakan untuk membangkitkan dan menyatukan Indonesia.

Salah satunya, melalui ikrar Sumpah Pemuda yang dibacakan dalam Kongres Pemuda II 28 Oktober 1928 di Jakarta. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai latar belakang daerah, suku, dan agama menyatukan keyakinan mereka akan tumpah darah, bangsa, dan bahasa persatuan yakni Indonesia.

Satu tokoh yang mungkin kurang terdengar ceritanya ialah Djoko Marsaid. Pemuda yang ikut ambil andil dalam perjuangan kemerdekaan melalui Sumpah Pemuda tersebut memiliki cerita hebat. Berikut paparan kisahnya.

1. Profil Djoko Marsaid

Foto Djoko Marsaid (geniora.com/Tokoh Penting Sumpah Pemuda dan Perannya)

Dikutip biografi Prof. Dr. Abu Hanifah Dt. M.E.: Karya dan Pengabdiannya yang disusun oleh G.A. Manilet-Ohorella, diketahui Djoko Marsaid merupakan mahasiswa OSVIA (atau Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren). Sekolah tersebut berfokus sebagai wadah pendidikan bagi calon pegawai bumi putera pada zaman Hindia Belanda.

Dikutip dari buku Bunga Rampai: Membangun Keterbukaan Dakwah Keilmuan karya Muhammad Fikri dkk., selama masa pendudukan Belanda, pemerintah Hindia Belanda melarang adanya pendidikan bagi para pemuda bangsa Indonesia. Namun setelah adanya kebijakan Trias Politika, pemuda bangsa mulai mendapatkan pendidikan dengan tujuan mengisi keperluan SDM pegawai pemerintah kolonial.

Walaupun akses pendidikan terbatas pada golongan tertentu saja, semangat mereka selalu berkobar dan menyala untuk membela bangsa. Semangat kritis pemuda bangsa ini juga dirasakan oleh Djoko Marsaid.

Sosoknya tergabung dalam Jong Java, yaitu sebuah organisasi kepemudaan yang didirikan dengan nama awal Tri Koro Dharmo. Djoko Marsaid kemudian tumbuh dan dikenal sebagai aktivis pergerakan muda.

Usai Kongres Pemuda II, Djoko Marsaid menempuh studi ilmu hukum di Leiden, Belanda. Usai menuntaskan studi, ia pernah bekerja sebagai Sekretaris Pakubuwono XI di Surakarta pada 1939. Djoko Marsaid menikah dengan putri Pakubuwono XI, Bandara Raden Ajeng (BRA) Kus Sapatinten/Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Chandra Kirana.

Djoko pun menyandang nama Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) Djokomarsaid Tirtodiningrat. Pada pertengahan tahun kuliah 1956-1957, Presiden Republik Indonesia, Sukarno, mengangkatnya menjadi Presiden atau Rektor Universitas Hasanuddin menggantikan Acting Presiden Prof. Mr. A.G. Pringgodigdo terhitung sejak tanggal 1 Maret 1957 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia tertanggal 28 Maret 1957 No. 107/M tahun 1957.

Sebelum menjabat sebagai Rektor Unhas, Djoko Marsaid yang sudah meraih gelar guru besar adalah Kepala Inspeksi Pendidikan Ekonomi di Jakarta. Pada Februari 1960, ia mengundurkan diri dari jabatannya atas permintaan sendiri untuk dipindahkan sebagai Guru Besar Biasa (Tetap) pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga di Surabaya.

Di Unair, Djoko Marsaid menjabat dekan Fakultas Hukum pada 1961-1962 dan kemudian Fakultas Ekonomi pada 1962-1964. KRMT Tirtodiningrat wafat pada 29 Mei 1969 dan dimakamkan di Astana Imogiri Yogyakarta.

2. Menjadi Wakil Ketua di Kongres Pemuda II

foto kongres pemuda (historia.com/Foto Kongres Pemuda)

Djoko Marsaid merupakan tokoh penting dalam perumusan Sumpah Pemuda. Jika Soegondo Djojopoespito menjadi ketua Kongres Pemuda II, maka Djoko Marsaid adalah wakil ketuanya. Dikutip buku Explore Sejarah Indonesia Jilid 2 untuk SMA/MA Kelas XI karya Dr Abdurakhman, SS dkk., awalnya PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) mengusulkan fusi atas organisasi-organisasi kepemudaan di Indonesia.

Mereka mendesak agar semua perkumpulan pemuda yang bersifat kedaerahan itu melebur menjadi satu atas dasar kebangsaan Indonesia. Upaya PPPI pun membuahkan hasil yang baik.

Seluruh organisasi pemuda sepakat untuk menyusun Panitia Kongres Pemuda II. Berdasarkan susunan tersebut, Soegondo Djojopoespito dari PPPI terpilih menjadi ketua. Sedangkan, Djoko Marsaid dari Jong Java terpilih menjadi wakil ketua.

Peran Djoko Marsaid sebagai wakil ketua telah menyumbang kontribusi yang besar bagi kelahiran Sumpah Pemuda. Dilansir laman Museum Sumpah Pemuda, Sumpah Pemuda merupakan hasil dari Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada 27-28 Oktober 1928 di tiga lokasi.

Lokasi tersebut adalah gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Oost Java Bioscoop, dan Indonesische Clubgebouw. Keseluruhan biaya pun ditanggung oleh organisasi-organisasi yang menghadiri kongres serta sumbangan sukarela dari para peserta kongres.

3. Bunyi Sumpah Pemuda yang menjadi hasil Kongres Pemuda II

Ilustrasi pidato (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Peran dari Djoko Marsaid dalam Kongres Pemuda II memang tidak banyak diketahui secara rinci. Namun, Djoko Marsaid sebagai wakil ketua kongres turut memberikan kontribusi besar terhadap lahirnya Sumpah Pemuda.

Sumpah Pemuda yang menjadi hasil Kongres Pemuda II itu merupakan simbol semangat nasionalisme serta persatuan bagi bangsa Indonesia. Bunyi ikrar Sumpah Pemuda, yaitu:

  1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
  2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
  3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Setelah menyimak artikel ini, kamu sekarang sudah tahu peran Djoko Marsaid dalam Sumpah Pemuda adalah menjadi wakil ketua kongres. Kongres tersebut merupakan Kongres Pemuda II yang berlangsung selama dua hari, yaitu tanggal 27 – 28 Oktober 1928.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team