7 November Hari Wayang Nasional: Sejarah dan Perubahan Fungsinya

Kawula muda gak boleh sampai lupa dengan kebudayaan wayang!

Tahukah kamu? Setiap harinya, paling tidak ada satu peringatan atau perayaan, baik nasional maupun internasional. Pada 7 November ini ternyata diperingati sebagai Hari Wayang Nasional (HWN).

Meskipun bukan ditetapkan sebagai hari libur nasional, peringatan ini cukup krusial guna mendorong kesadaran dan sekaligus apreasiasi masyarakat terhadap wayang. Kira-kira, bagaimana 7 November bisa sampai menjadi Hari Wayang Nasional, ya? Nah, IDN Times sudah menyiapkan informasinya di bawah ini!

1. Sejarah Hari Wayang Nasional

7 November Hari Wayang Nasional: Sejarah dan Perubahan Fungsinyailustrasi pertunjukan wayang (wikipedia.org/Grace Kolin)

Penetapan 7 November sebagai Hari Wayang Nasional tak terlepas dari peran komunitas wayang di Indonesia. Banyak dari kalangan dalang dan budayawan yang sudah mengusulkan tanggal tersebut supaya dijadikan sebagai peringatan tahunan terhadap kebudayaan wayang.

Dari banyaknya tokoh yang mengusulkan adanya Hari Wayang Nasional, Ki Manteb Soedharsono adalah orang yang paling vokal dalam menyuarakan perayaan tersebut. Ia mengatakan, dirinya sudah lama berharap perayaan tersebut menjadi kenyataan.

Selain itu, pada 7 November 2003, wayang telah dijadikan sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity (Mahakarya Warisan Budaya Lisan dan Takbenda Manusia) oleh UNESCO. Penganugerahan ini tentu menunjukkan betapa berharganya wayang bahkan di mata dunia.

Karena kedua faktor tersebut, akhirnya pemerintah—melalui Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2018, tertanggal 17 Desember 2018—menetapkan 7 November sebagai Peringatan Hari Wayang Nasional. Penandatanganan keppres tersebut dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo di hadapan para perwakilan budayawan dan seniman di Istana Merdeka.

Baca Juga: 14 Karakter Wayang Kapi-Kapi yang Ada di Keraton Jogja, Kenalan Yuk!

2. Sebuah peringatan untuk mengapresiasi kebudayaan wayang

7 November Hari Wayang Nasional: Sejarah dan Perubahan FungsinyaSiswa jurusan seni pedalangan SMK Negeri 8 Solo mementaskan wayang secara estafet untuk memperingati Hari Wayang Dunia di sekolah setempat, di Solo, Jawa Tengah. ANTARA FOTO/Maulana Surya

Untuk apa, sih, Hari Wayang Nasional diadakan? Well, di era sekarang, kultur dari berbagai dunia bisa bertemu di satu tempat. Buktinya, saat ini tak sedikit masyarakat Indonesia yang sudah "teracuni" kebudayaan KPop dari Negeri Ginseng.

Bukan mengatakan keberadaannya sepenuhnya buruk, tapi tak bisa dimungkiri bahwa KPop dan budaya-budaya negara yang lain lambat laun telah menggerus kebudayaan Indonesia. Jangan sampai generasi muda lupa atau bahkan tak mencintai lagi kultur mereka sendiri. Nah, HWN menjadi salah satu upaya untuk mencegah hal tersebut.

dm-player

Peringatan HWN bukanlah sebatas formalitas semata untuk mengapresiasi wayang sebagai kebudayaan nasional. Lebih dari itu, adanya Hari Wayang Nasional diharapkan mampu menjadi momentum bagi masyarakat untuk meningkatkan kecintaannya terhadap wayang. Apalagi, ada banyak terkandung nilai-nilai, seperti budi luhur, di dalamnya yang mungkin bermanfaat bagi kehidupan.

Di samping itu, lewat HWN, diharapkan pula agar masyarakat terdorong untuk melestarikan atau bahkan mengkaji wayang secara mendalam supaya kebudayaan yang satu ini tetap awet dan dinamis terhadap perkembangan zaman.

3. Perubahan fungsi wayang dari masa ke masa

7 November Hari Wayang Nasional: Sejarah dan Perubahan FungsinyaDalang Wayang Lemah. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)

Mungkin, selama ini kamu mengenal wayang sebagai hiburan semata. Namun, pada mulanya, boneka-boneka tersebut rupanya digunakan orang-orang terdahulu dalam melakukan ritual ibadah, lho!

Diperkirakan sudah ada sejak 1500 SM, Poespaningrat (2005) menjelaskan bahwa wayang awalnya difungsikan sebagai medium untuk memanggil arwah leluhur oleh masyarakat Jawa zaman prasejarah. Sebelum masuknya agama Hindu dan Islam, mereka telah lebih dahulu menganut sebuah kepercayaan yang disebut sebagai kepercayaan hyang.

Melalui wayang, mereka dapat menjalankan ritual penyembahan kepada roh leluhur maupun nenek moyang. Dari Awalin (2018) dalam Sejarah Perkembangan dan Perubahan Fungsi Wayang dalam Masyarakat, kegiatan ibadah tersebut tercatat dalam sebuah prasasti pada zaman Prabu Dyah Balitung tahun 829 Saka (709 M).

"... sinalu macarita bhima kumara mangingal kicaka/si jaluk macarita Ramayana/mamirus mabanol si muk muk/ si galigi mawayang buat hyang macarita bhima ya kumara ...."

Artinya: "Diadakan pertunjukan, yaitu menyanyi (nembang) oleh Sang Tangkil, Hyang si Nalu bercerita Bhima kumara dan menarikan Kicaka. Si jaluk bercerita Ramayana, menari topeng dan melawak oleh Si Mungmuk. Si Galigi memainkan wayang untuk hyang (arwah nenek moyang) dengan cerita (Bhima) kumara."

Dari prasasti tersebut, dapat dilihat bahwa ritual penyembahan dilakukan dengan mengadakan sebuah pergelaran wayang. Selama pergelaran tersebut, masyarakat menembang (bernyanyi), bercerita, dan memainkan wayang untuk arwah nenek moyang.

Setelah agama Hindu dan Islam tiba di Nusantara, wayang masih tetap eksis. Bahkan, boneka-boneka tersebut dijadikan sebagai sarana untuk menyebarkan agama kepada masyarakat.

Dari medium untuk ritual ibadah lalu penyebaran agama, wayang selanjutnya beralih fungsi menjadi media komunikasi sosial. Sebagai sarana komunikasi, perwayangan mampu menyampaikan berbagai macam nilai, seperti pendidikan, kebudayaan, hingga ajararan-ajaran dari filsafat Jawa. Namun, perannya kembali mengalami pergeseran hingga akhirnya wayang hanya menjadi sebuah tontonan atau hiburan semata.

Jadi, kalau ditanya "7 November memperingati hari apa?", maka jawabannya adalah memperingati Hari Wayang Nasional. Apakah kamu pernah menonton pertunjukan atau bermain wayang sebelumnya?

Baca Juga: 10 November Hari Pahlawan: Sejarah dan Maknanya

Topik:

  • Bella Manoban
  • Langgeng Irma Salugiasih
  • Stella Azasya
  • Retno Rahayu

Berita Terkini Lainnya