Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Wangsalan: Kesusastraan Jawa yang Berupa Tebak-tebakan

Ilustrasi keceriaan anak-anak saat bermain bersama. (unsplash.com/MI PHAM)

Tebak-tebakan merupakan persoalan yang belum menemukan titik terang sehingga biasa digunakan sebagai permainan untuk mengasah pikiran. Jika kamu terbiasa dengan tebak-tebakan dalam bahasa Indonesia, ternyata bahasa Jawa juga memiliki tebak-tebakan yang disebut wangsalan.

Wangsalan adalah kesusastraan Jawa yang berupa tebak-tebakan di mana jawabannya sudah disebutkan, tetapi secara samar-samar dalam kalimat pertanyaan. Wangsalan dapat berupa satu kalimat atau bisa berupa tembang yang terdiri dari dua bait, yaitu bait pertama berisi tebakan dan bait kedua berisi jawaban. Hal ini tidak boleh sembarangan sebab bait pertama dan kedua harus berkesinambungan.

Karya sastra yang termasuk dalam puisi Jawa ini terdiri dari tiga bagian, yakni tebakan dalam pertanyaan guna mencari jawaban, tebusan atau kata-kata yang memberi kode jawaban, dan batangan atau kata kunci dari jawaban pertanyaan bait pertama. Wangsalan sendiri berguna sebagai tebak-tebakan, sindiran, ataupun memberi nasihat yang merupakan warisan dari para ahli bahasa dan budaya Jawa.

Melansir dari buku Menggagas Pembelajaran Sastra Indonesia Pada Era Kelimpahan, Padmosoekotjo (1960) mengklasifikasikan wangsalan menjadi empat jenis, yaitu:

1. Wangsalan lamba

Ilustrasi sebuah patung yang berbahan dasar dari kayu. (unsplash.com/Jeremy Bezanger)
Ilustrasi sebuah patung yang berbahan dasar dari kayu. (unsplash.com/Jeremy Bezanger)

Wangsalan lamba merupakan jenis wangsalan yang hanya memiliki satu batangan dan berisikan satu kalimat yang terdiri dari dua larik. Larik pertama berisi wangsalan, sedangkan larik kedua berisi batangan.

Contoh:

  • Reca kayu, goleka kawruh rahayu. (Reca kayu = golek);
  • Roning mlinjo, sampun sayah nyuwun ngaso. (Ron mlinjo = so);
  • Sarung jagung, abot entheng tak lakonane. (Sarung jagung = klobot).

2. Wangsalan rangkep

Ilustrasi seekor ikan sepat. (pixabay.com/zoosnow)
Ilustrasi seekor ikan sepat. (pixabay.com/zoosnow)

Wangsalan rangkep juga disebut dengan wangsalan camboran, yaitu wangsalan yang memiliki batangan lebih dari satu dan berisi dua kalimat yang masing-masing kalimat terdiri dari dua larik. Kalimat pertama berisi wangsalan, sementara kalimat kedua berisi batangan.

Contoh:

  • Jenang sela, wader kalen sesondheran. Apuranta, yen wonten lepat kawula. (Jenang sela = apu, wader kalen = sepat);
  • Tapas aren, aren Arab wijilira tindak tanduk, nora ninggal tata krama. (Tapas aren = duk, aren Arab wijilira = kurma).

3. Wangsalan memet

Ilustrasi empat ekor lintah di atas telapak tangan seseorang. (pixabay.com/Stones)
Ilustrasi empat ekor lintah di atas telapak tangan seseorang. (pixabay.com/Stones)

Wangsalan memet adalah jenis wangsalan yang cara mencari batangan dengan meneliti dua kali atau lebih. Pasalnya, jenis wangsalan ini terbilang cukup rumit.

Contoh:

Uler kambang, yen trima alon-alonan.

Pembahasan:

  • Uler kambang dimaksudkan sebagai hewan lintah;
  • Kata lintah dihubungkan dengan satitah yang berarti ora ngaya, di mana kata ini juga dihubungkan dengan istilah alon-alonan atau melakukan sesuatu secara perlahan.

4. Wangsalan padinan

Ilustrasi bercanda tawa ria bersama sahabat. (unsplash.com/Priscilla Du Preez)
Ilustrasi bercanda tawa ria bersama sahabat. (unsplash.com/Priscilla Du Preez)

Wangsalan padinan digunakan dalam percakapan sehari-hari sehingga ada yang menyebutkan batangan dan ada yang tidak menyebutkan batangan. Wangsalan ini tidak membutuhkan jawaban sebab pendengar atau lawan bicara dianggap sudah mengerti jawabannya.

Contoh:

Wong kae sajatine wis krungu kandhaku, nanging njangan gori. Gori iku mathuke digudheg.  (Njangan gori = gudheg)

Maksud njangan gori berarti pura-pura tidak mendengar atau istilah dalam bahasa Jawa disebut budheg.

Demikian penjelasan dari wangsalan atau tebak-tebakan dalam bahasa Jawa yang jawabannya sudah disebutkan, tetapi dengan cara yang tidak lugas dalam kalimat pertanyaan. Jangan lupa dipelajari, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yeoli Choco
EditorYeoli Choco
Follow Us