3 Strategi Memutus Mata Rantai Fatherless, Tumbuhkan Figur Ayah!

Fenomena fatherless atau minimnya peran ayah dalam pengasuhan anak menjadi isu serius di berbagai negara, termasuk Indonesia. Menurut Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan Kemen PPPA, Rohika Kurniadi Sari, Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga sebagai fatherless country di dunia.
Kurangnya keterlibatan ayah dalam kehidupan anak dapat berpengaruh pada aspek emosional, sosial, hingga akademik mereka. Oleh karena itu, diperlukan upaya konkret untuk memutus mata rantai fatherless, agar anak-anak tumbuh dengan peran ayah.
Lalu, bagaimana cara orangtua dapat memutus mata rantai fatherless? Berikut tiga strategi yang bisa diterapkan.
1.Mendidik anak laki-laki untuk menjadi ayah yang baik di masa depan

Mata rantai fatherless bisa diputus dengan memastikan bahwa generasi berikutnya memahami pentingnya kehadiran ayah, baik secara fisik maupun emosional. Pendidikan ini harus dimulai sejak dini, terutama bagi anak laki-laki yang kelak akan menjalani peran tersebut.
Psikolog spesialis pengasuhan anak, Elly Risman, menekankan bahwa pola asuh yang tepat berperan penting dalam membentuk anak laki-laki agar kelak menjadi ayah yang baik. Ketika mereka tumbuh dengan pemahaman bahwa peran ayah bukan sekadar mencari nafkah, tetapi juga menciptakan kedekatan emosional dengan keluarga, mereka akan lebih siap menjalani tugas tersebut di masa depan.
Hal ini bisa dilakukan dengan mengajarkan empati kepada anak laki-laki, misalnya dengan melibatkan mereka dalam kegiatan pengasuhan adik atau saudara yang lebih kecil. Selain itu, memberikan contoh nyata tentang sosok ayah yang penuh kasih sayang juga penting, seperti menunjukkan rasa hormat kepada pasangan dan aktif terlibat dalam kehidupan anak.
2. Mendukung gerakan keayahan

Saat ini, semakin banyak publik figur seperti tokoh agama, psikolog, dan selebriti yang mulai menyuarakan pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak. Gerakan keayahan ini menjadi angin segar karena semakin banyak orang yang menyadari bahwa fatherless bukan hanya sekadar fenomena sosial, tetapi juga ancaman bagi generasi mendatang.
Elly Risman menegaskan bahwa ayah perlu didorong untuk lebih terlibat dalam pengasuhan anak. Menurutnya, gerakan ini perlu didukung oleh masyarakat agar semakin banyak laki-laki yang memahami tanggung jawab mereka sebagai ayah.
Orangtua bisa ikut serta dalam kampanye, seminar, atau diskusi seputar peran ayah dalam keluarga. Dengan semakin banyaknya dukungan, kesadaran akan pentingnya keterlibatan ayah bisa semakin meningkat.
Selain itu, komunitas ayah juga bisa menjadi tempat berbagi pengalaman dan belajar satu sama lain. Bergabung dalam komunitas seperti ini bisa membantu para ayah untuk memahami bagaimana cara terbaik dalam mendampingi anak mereka tumbuh dan berkembang.
3. Mendorong keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak

Tidak bisa dipungkiri, masih banyak ayah yang merasa bahwa tugas mengasuh anak sepenuhnya berada di tangan ibu. Padahal, penelitian telah menunjukkan bahwa keterlibatan ayah dalam mengasuh anak dapat meningkatkan kepercayaan diri, prestasi akademik, dan kesejahteraan emosional anak.
Salah satu cara untuk meningkatkan keterlibatan ayah adalah dengan mengajak mereka ikut serta dalam seminar parenting. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang pengasuhan, ayah akan lebih siap untuk menjalankan perannya dalam keluarga.
Selain itu, pasangan juga harus saling mendukung dan mendorong satu sama lain dalam mendidik anak. Jika ibu selalu memberikan ruang bagi ayah untuk berkontribusi dalam pengasuhan, maka ayah akan merasa lebih dihargai dan lebih termotivasi untuk berperan aktif.
Tidak hanya itu, ayah juga bisa memulai dari hal-hal kecil, seperti meluangkan waktu untuk bermain bersama anak, membantu mereka mengerjakan tugas sekolah, atau sekadar mengajak mereka berbicara tentang kehidupan sehari-hari. Keterlibatan ayah dalam hal-hal sederhana ini bisa memberikan dampak besar bagi pertumbuhan emosional dan psikologis anak.
Mengatasi fenomena fatherless memang bukan tugas yang mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Mari bersama-sama membangun kesadaran dan mengubah pola pikir agar tidak ada lagi anak yang merasa kehilangan sosok ayah dalam hidup mereka.