Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anak-anak (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi anak-anak (pexels.com/Gustavo Fring)

Intinya sih...

  • Lawnmower parenting adalah pola pengasuhan dimana orangtua mencoba menghilangkan semua kesulitan yang mungkin dihadapi oleh anak mereka, dengan terlalu mengawasi, protektif, dan selalu mencampuri urusan anaknya.
  • Anak-anak yang diasuh dengan lawnmower parenting memiliki kecenderungan untuk terus bergantung pada orangtua mereka karena terbiasa dengan pola asuh dimana masalah mereka akan segera diselesaikan oleh orangtua.
  • Lawnmower parenting membuat anak sulit menghadapi masalah, rasa tidak nyaman, kehilangan rasa percaya diri, dan berisiko mengalami masalah kesehatan mental karena tidak belajar mengelola emosi dan menghadapi masalah.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dilansir Cambridge Dictionary, lawnmower parenting alias gaya pengasuhan pemotong rumput adalah pola pengasuhan dimana orangtua mencoba menghilangkan semua kesulitan yang mungkin dihadapi oleh anak mereka. Gaya pengasuhan ini kadang juga disebut dengan snowplow parenting.

Baik lawnmower parenting maupun snowplow parenting, keduanya memiliki ciri orangtua yang terlalu mengawasi bahkan di setiap aspek kecil kehidupan anaknya, terlalu protektif, dan selalu mencampuri urusan anaknya. Selain itu, pengasuhan model ini juga bertanggungjawab atas tindakan anaknya tanpa membiarkan mereka bertanggungjawab atas diri mereka sendiri. 

Sayangnya, lawnmower parenting atau snowplow parenting memiliki dampak buruk bagi perkembangan anak-anak. Yuk, simak ulasannya!

1. Anak menjadi terlalu bergantung pada orangtua

ilustrasi anak-anak (pexels.com/Bess Hamiti)

Intervensi berlebihan orangtua terhadap masalah yang dihadapi anak akan membuat anak-anak tidak memiliki keinginan atau enggan untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri. Mereka terbiasa dengan pola asuh dimana masalah mereka akan segera diselesaikan oleh orangtua. Lantas, anak-anak yang diasuh dengan lawnmower parenting memiliki kecenderungan untuk terus bergantung pada orangtua mereka.

“Ketika seorang anak menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan dilindungi dari konflik, wajar saja jika mereka mengembangkan keyakinan bahwa mereka tidak seharusnya menghadapi konflik atau kesulitan apa pun. Keyakinan ini sama sekali tidak realistis di dunia kita, karena konflik dan kesulitan merupakan hal yang wajar dan alami dalam kehidupan," Channing Richmond, seorang terapis perkawinan dan keluarga berlisensi di San Francisco mengungkapkan dalam Parents.

2. Anak tidak mengembangkan kemampuan resolusi konflik

ilustrasi anak-anak (pexels.com/Ahmed akacha)

Setelah semua masalah diselesaikan oleh orangtua, hasrat anak untuk belajar menyelesaikan masalah akan pudar bahkan menghilang. Mereka terlalu bergantung pada orangtuanya. 

Lain hari, ketika masalah itu muncul dan tidak ada orangtua yang membantu mereka, mereka akan kesulitan. Hal itu terjadi lantaran kesempatan anak untuk mempelajari resolusi konflik justru direbut oleh perilaku berlebihan orangtua mereka. 

"Pengasuhan yang seperti mesin pemotong rumput memengaruhi hubungan antara orangtua dan anak dengan membatasi kesempatan bagi anak untuk belajar dari kesalahan mereka sendiri,” Richmond menambahkan.

3. Anak tidak tahan dengan perasaan tidak nyaman

ilustrasi anak-anak (pexels.com/Matheus Bertelli)

Selain tidak bisa menghadapi masalah, anak dengan lawnmower parenting cenderung sulit menghadapi rasa tidak nyaman yang mereka alami. Rasa tidak nyaman ini bisa disebabkan oleh hal besar hingga aspek sederhana seperti keinginan yang tidak terpenuhi. Sayangnya, jika intervensi orangtua terus berlanjut, anak-anak bahkan tidak bisa mengatasi rasa tidak nyaman hingga dewasa. 

"Mereka tidak siap menghadapi kesepian, konflik, kebosanan, atau kecemasan sendiri karena mereka tidak pernah memiliki kesempatan untuk berlatih menghadapi emosi tersebut sebelumnya," Amy Morin, seorang psikoterapis, instruktur psikologi perguruan tinggi, dan pakar kekuatan mental mengungkapkan dalam Psychology Today.

4. Anak menjadi tidak percaya diri

ilustrasi anak-anak (pexels.com/picjumbo.com)

Jika anak-anak tidak pernah mengatasi masalah, bahkan sulit mengelola emosi mereka sendiri, maka pada akhirnya mereka akan kehilangan rasa percaya diri. Hal ini tentunya menimbulkan masalah mental yang lebih jauh. Bahkan mungkin akan mempengaruhi hubungan sosial anak.

"Anak-anak perlu berjuang melawan rintangan agar mereka dapat mengembangkan kepercayaan pada diri mereka sendiri. Kesulitan dapat membantu mereka belajar mempercayai penilaian mereka sendiri sehingga mereka dapat menjadi orang dewasa yang mandiri dan siap menghadapi tantangan dunia nyata," Richmond menambahkan.

5. Anak mungkin memiliki masalah kesehatan mental

ilustrasi anak-anak (pexels.com/cottonbro studio)

Orangtua yang menenangkan anak-anak mereka saat kesal, menghiburnya saat sedih, dan memberi suasana ceria saat mereka bosan secara terus-menerus menandakan mereka merasa bertanggungjawab atas perasaan anaknya. Alhasil, anak tidak memiliki kesempatan untuk mengelola perasaan mereka sendiri.

Jika dibiarkan hingga berlarut-larut, anak-anak lebih berisiko mengalami masalah kesehatan mental. Dilansir Psychology Today, sebuah penelitian menunjukkan peningkatan gangguan kecemasan pada remaja yang berhubungan dengan proses pengasuhan yang buruk. 

Anak-anak membutuhkan kesempatan untuk mengenali emosi mereka sendiri serta menghadapi perasaan tidak nyaman yang mungkin muncul akibat konflik. Mereka juga harus belajar menghadapi masalah agar kelak bisa menghadapi persoalan yang sesungguhnya sebagai manusia dewasa. Lantas, hindari melakukan lawnmower parenting pada anak, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team