Mengenal Intensive Parenting: Arti, Penyebab, Benefit, dan Tips

Intensive parenting menjadi salah satu gaya pengasuhan yang banyak dibahas dalam beberapa tahun terakhir. Pendekatan ini menekankan keterlibatan penuh orangtua dalam setiap aspek kehidupan anak.
Pola asuh ini bertujuan untuk membangun fondasi yang kuat bagi kesuksesan dan kebahagiaan anak di masa depan. Namun, apa yang sebenarnya menyebabkan orangtua menerapkan intensive parenting di keluarganya? Lalu, apakah sisi positif dan negatif dari pola pengasuhan ini? Temukan jawabannya di sini, yuk!
1. Apa itu intensive parenting?

Pola asuh intensif (intensive parenting) merupakan pendekatan yang sangat terlibat, dimana orangtua memprioritaskan perkembangan dan kesuksesan anak mereka di atas aspek lain dalam kehidupan.
“Orangtua mengalokasikan waktu, perhatian, dan sumber daya yang signifikan untuk kesejahteraan anak mereka, terlibat secara mendalam dalam bidang seperti akademik, kegiatan ekstrakurikuler, kesehatan emosional, dan interaksi sosial. Intensive parenting mengharuskan orangtua menyesuaikan kehidupan mereka sesuai dengan kebutuhan anak," ujar Francyne Zeltser, PsyD, psikolog dan direktur klinis layanan kesehatan mental di Manhattan Psychology Group, melansir The Bump.
Zeltser menambahkan bahwa intesive parenting cenderung menginvestasikan sumber daya yang besar, baik secara emosional maupun finansial. Selain itu, seringkali juga mengambil sikap protektif untuk meminimalkan risiko dan tantangan, dengan tujuan memastikan jalan yang mulus menuju kesuksesan.
2. Apa penyebab orangtua mengadaptasi intensive parenting?

Diyakini bahwa orangtua beralih ke gaya intensive parenting karena membesarkan keluarga di dunia modern lebih sulit, serta membutuhkan pengawasan yang lebih ketat. Berikut alasannya:
- Tekanan media sosial
Para ahli mengatakan bahwa media sosial adalah salah satu penyebab utama pola intensive parenting. Secara kognitif media sosial dapat menjadi potret terbaik. Namun, paparan terus-menerus terhadap cara orang lain melakukan sesuatu (yang tampak sempurna), mulai berdampak pada pengguna.
“Kesehatan mental dan kepercayaan diri orangtua dalam mengasuh anak meningkat secara signifikan ketika mereka menghabiskan lebih sedikit waktu di media sosial," ungkap Anne Welsh, PhD, psikolog klinis dan spesialis kesehatan mental ibu dari Belmont, Massachusetts, mengutip Parents.
- Meningkatnya ekspektasi terhadap peran orangtua
Media sosial bukan satu-satunya alasan mengapa mengasuh anak saat ini begitu menuntut. Ekspektasi orang lain terhadap peran orangtua telah meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir. Ini menjadikannya tidak realistis.
Melansir laman Parents, Lauren Canonico, LCSW, seorang psikoterapis berbasis di New York City menekankan, di era modern, dunia lebih sibuk, lebih menuntut, dan lebih mahal daripada sebelumnya. Tekanan untuk menjadi sempurna lebih besar dengan waktu luang dan pendapatan yang jauh lebih sedikit dibandingkan generasi sebelumnya.
- Pengaruh pengasuhan masa lalu
Selain tuntutan membesarkan anak-anak di era modern, terdapat pengaruh pengasuhan masa lalu orangtua yang menjadi penyebab adanya pola asuh ini. Gen X dan Milenial, dua kelompok utama yang saat ini membesarkan anak-anak, keduanya memiliki beban generasi yang berbeda. - Kepribadian orangtua
Kadang-kadang, intensive parenting muncul karena kepribadian orangtua. Orangtua dengan tipe kepribadian tertentu, termasuk pencapai tinggi (high achievers) dan perfeksionis, cenderung mengadopsi gaya ini. Mereka terbiasa menghadapi segalanya dengan kerja keras, pemikiran strategis yang terencana, dan analisis yang matang.
3. Benefit intensive parenting

Beberapa aspek dari intensive parenting dapat membawa manfaat. Melansir The Bump, Laila Rubin, LCSW, pekerja sosial klinis dan terapis kesehatan mental dari Atlanta, mencatat beberapa kelebihan potensial dari intensive parenting, antara lain:
- Intensive parenting menghasilkan ikatan yang lebih kuat antara orangtua dan anak. Ini dikarenakan orangtua dan anak akan menghabiskan lebih banyak waktu bersama.
- Kehadiran yang lebih aktif dalam kehidupan anak, yang dapat menghasilkan pemahaman lebih baik tentang kebutuhan, keinginan, kekuatan, dan tantangan mereka.
- Potensi untuk memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak secara positif. Jika dilakukan dengan efektif, pendekatan yang lebih langsung ini dapat meningkatkan prestasi akademik, kepercayaan diri, dan keterampilan memecahkan masalah pada anak.
- Intensive parenting juga memiliki nilai dan disiplin yang lebih kuat pada anak.
4. Dampak negatif dari intensive parenting

Meskipun keterlibatan orangtua memiliki kelebihan, intensive parenting juga dapat berdampak negatif pada orangtua maupun anak, terutama dalam hal kesehatan mental.
Risiko bagi orangtua:
Risiko utamanya adalah burnout, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental dan fisik lainnya. Harapan yang tinggi terhadap diri sendiri dan anak, ditambah dengan tanggung jawab pekerjaan dan rumah tangga, dapat menyebabkan stres, kelelahan, rasa kewalahan, dan kurangnya perawatan diri. Hal ini pada akhirnya dapat memengaruhi kesehatan mental, suasana hati, kualitas pola asuh, dan hubungan mereka.
Dampak pada anak:
Anak dengan orangtua yang terlalu intensif dapat mengalami tekanan, keraguan, rendah diri, rasa tidak cukup, dan kecemasan jika ekspektasi orangtua terlalu tinggi. Selain itu, mereka mungkin kesulitan membangun kemandirian dan keterampilan memecahkan masalah.
Kurangnya waktu tanpa struktur akibat aktivitas yang terus-menerus dapat membatasi eksplorasi kreatif. Selain itu, sifat protektif dari pola asuh ini dapat menghambat kemampuan anak untuk mengembangkan kemandirian dan ketangguhan, karena mereka kehilangan kesempatan untuk menghadapi tantangan, membuat kesalahan, dan belajar darinya.
5. Hal penting yang perlu diperhatikan jika menerapkan intensive parenting

Jika kamu merasa memiliki pola intensive parenting dalam mengasuh anak, berikut terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Terdapat langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi sisi "intensif" dan meningkatkan kesehatan mental keluarga.
Tetapkan ekspektasi yang realistis
Penelitian menunjukkan bahwa orangtua yang perfeksionis dan menekan diri sendiri cenderung mengalami tingkat kelelahan yang lebih tinggi. Cobalah untuk menghindari pemikiran bahwa orangtua “harus” melakukan sesuatu. Ubah cara pandang secara realistis.
Biarkan anak menjadi dirinya sendiri
Orangtua sebenarnya tidak perlu mengisi semua waktu mereka dengan aktivitas yang mendidik dan memperkaya.
“Orangtua menginginkan yang terbaik untuk anak mereka hingga mencapai kesuksesan. Hal ini tidak salah, tetapi mereka lupa bahwa kesuksesan juga mencakup kebahagiaan serta mengejar minat dan kegembiraan pribadi,” kata Fran Walfish, PsyD, psikoterapis anak, orangtua, dan hubungan berbasis di Beverly Hills, mengutip The Bump.
Orangtua perlu memperhatikan kesehatan mental
Jangan menunggu hingga muncul tanda-tanda bahaya. Maka, dengarkan kata hati setiap hari. Tingkat kemarahan, rasa kesal, atau frustrasi yang lebih tinggi bisa menjadi tanda bahwa kebutuhan tidak terpenuhi. Ingatlah bahwa orangtua yang sehat lebih mampu mendukung anak-anaknya dibandingkan mereka yang kelelahan.
Hindari membandingkan diri dengan keluarga lain
Pertimbangkan apa yang penting untuk keluarga dan fokuslah pada hal tersebut, sambil bekerja untuk mempercayai naluri parenting sendiri.
Bekali anak dengan keterampilan untuk menghadapi masa depan
Bekali anak skill untuk menghadapi kekecewaan sehari-hari. Hal ini akan membantu anak membangun ketahanan. Penting untuk memberdayakan anak daripada membiarkan anak menyerap kecemasan orangtuanya sendiri.
Intensive parenting memiliki sisi positif dan negatif. Mengarahkan anak untuk mencapai kesuksesan sangat penting, namun jangan lupa tetap memprioritaskan kesehatan mental anak dan juga diri sendiri sebagai orangtua. Apakah kamu setuju?