5 Persiapan Mental Orangtua sebelum Kirim Anak Kuliah ke Luar Kota

Meski anak sudah menginjak usia remaja, melepaskannya untuk menempuh pendidikan di luar kota atau luar negeri adalah sebuah tantangan tersendiri bagi orangtua. Terlebih lagi, sang anak tidak memiliki pengalaman tinggal berjauhan dengan orantua sebelumnya. Pasti hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi dirinya.
Nah, demi masa depan anak, orangtua diharuskan menyiapkan mental ketika nantinya berpisah untuk sementara waktu. Setidaknya ada lima cara agar mental para orangtua siap untuk melepaskan putra atau putri tercintanya untuk menempuh pendidikan yang jauh dari kalian.
1. Beri anak ruang

Ketika menjadi mahasiswa, anak memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan suasana baru. Tak jarang, waktu untuk ngobrol santai dengan orangtua berkurang dan ini adalah hal yang wajar. Jadi, jangan panik kalau nantinya kamu tidak leluasa menghubungi anakmu.
Sebelum benar-benar tinggal berjauhan, cobalah berikan ruang padanya. Kenali karakter anak ketika melakukan ini. Apakah dia tipikal yang setiap saat mengabarimu atau justru tidak chat denganmu selama berhari-hari. Setelah memberikan cukup ruang, ajaklah dia ngobrol santai tentang waktu dan cara kalian berkomunikasi satu sama lain ketika nantinya tinggal berjauhan.
2. Melakukan perencanaan yang baik

Dengan jarak dan waktu yang berbeda, orangtua bisa merasakan kekosongan saat anaknya tidak bersamanya. Kekosongan ini bisa menimbulkan kecemasan, terlebih ketika segala hal tidak direncanakan dengan baik.
Supaya lebih tenang, kamu perlu merencanakan segala hal sebelum anak benar-benar sekolah di luar kota. Sebagai contoh, kamu dan anakmu bisa mencari alamat dan nomor telepon berbagai tempat publik, seperti puskesmas, rumah sakit, polisi, dan hal penting lainnya.
Meski pada awalnya merepotkan, tapi cara ini bisa mengurangi beban pikiranmu atau pikiran anak. Ingat, anak juga merasakan kebingungan saat berjauhan denganmu di masa transisi ini. Diharapkan dengan perencanaan yang baik, kamu jadi bisa mengurangi bebannya.
3. Temukan dukungan dari luar

Kamu akan sangat terbantu jika memiliki support system dari luar agar bisa meringankan beban mental dan pikiran. Kamu bisa berkenalan dengan orangtua teman satu kampus dengan anakmu atau orangtua teman satu kostnya.
Cara ini bisa menjadi penghubung saat anakmu sulit dicari atau sekedar berbagi curahan hati tentang anak. Bukan tidak mungkin kamu juga jadi memiliki teman baru.
4. Siap mendengarkan keluh kesah anak

Selain kangen, ada saatnya sang anak mengirim pesan saat mereka sedih. Bisa jadi dia sedang bermasalah dengan proses belajarnya, teman sekolahnya, teman kostnya, atau hal lain yang tidak menyenangkannya.
Jangan abaikan ketika dia melakukan hal tersebut. Sebab, ini adalah pertanda bagus bahwa dia tidak melupakanmu, meski berjauhan. Biarkan saja dia telepon atau chat semua keresahannya hingga dia tenang kembali.
Sebelum anak memintamu untuk berikan pendapat, sebaiknya kamu posisikan diri sebagai pendengar yang baik. Bisa jadi, dia curhat karena ingin melepaskan beban dalan diri yang tidak membutuhkan solusi, tapi hanya pendengar baik saja.
5. Berikan panduan untuk memecahkan masalahnya

Tak jarang ketika anak mengalami masalah, para orangtua langsung menyelesaikan masalah tersebut tanpa membuat sang anak berpikir atau bertindak sendiri. Eits, hal ini bisa membuatnya tidak mandiri, lho.
Sebagai orangtua yang ingin memiliki anak dengan karakter pemimpin, kamu perlu membiarkan anak menyelesaikan masalahnya sendiri. Tugasmu bukanlah sebagai eksekutor, tapi guide yang memandu dia berpikir dan bertindak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
Memang tidak mudah melepaskan kepergian sementara sang anak yang menempuh pendidikan di luar kota atau luar negeri. Walau berjauhan, tapi kamu tetap menjaga hubungan yang harmonis dengan anakmu, ya. Berikan juga kepercayaan padanya sehingga dia merasa nyaman untuk belajar.