5 Tren Parenting 2025, Fokus pada Pengasuhan yang Lebih Mindful

- Lighthouse parenting, konsep orangtua sebagai "mercusuar" bagi anak, mendorong kemandirian dan kebahagiaan tanpa tekanan berlebihan.
- Detoks digital menjadi tren parenting 2025, dengan waktu bersama keluarga tanpa teknologi untuk mempererat hubungan dan kesehatan mental.
- Sustainable parenting mengurangi biaya pengasuhan dan jejak karbon keluarga, serta menekankan pengasuhan dengan empati sebagai inti dari tren parenting modern.
Tahun 2025 membawa sejumlah tren baru dalam dunia parenting. Berbagai tren baru ini tidak hanya menjawab tantangan zaman, tetapi juga mempererat hubungan keluarga di tengah perkembangan teknologi dan gaya hidup modern.
Artikel ini akan membahas tren parenting yang diprediksi akan mendominasi tahun 2025. Tren parenting 2025 akan memberikan inspirasi dan panduan bagi keluarga untuk menciptakan harmoni dalam menjalani peran sebagai orangtua di era modern ini. So, cek beragam tren parenting 2025 di bawah ini!
1. Lighthouse parenting

Lighthouse parenting adalah istilah yang belakangan ini menjadi tren. Konsep ini menggambarkan orangtua sebagai sosok “lighthouse" atau "mercusuar” dalam kehidupan anak.
Artinya, para orangtua memberikan panduan yang dapat diandalkan, tetapi tetap membiarkan anak menggunakan panduan tersebut untuk menavigasi tantangan secara mandiri, tanpa campur tangan orang tua untuk menyelesaikannya.
Tren parenting 2025 ini mengakui kekurangan dari pendekatan sebelumnya, seperti helicopter parenting dan free-range parenting. Tujuannya untuk membesarkan anak yang mandiri, mampu bernalar, dan mengatasi masalah sehari-hari secara mandiri, sambil menjalani kehidupan yang bahagia dan bebas dari kecemasan berlebihan.
“Lighthouse parenting membebaskan orangtua dari tekanan untuk ‘melakukan segalanya’ dan menjadi segalanya bagi anak mereka," kata Christine Landis, pendiri Peacock Parent Inc., dikutip HuffPost.
Landis juga menyoroti betapa banyak orangtua modern merasa “kewalahan”. Menurutnya, pendekatan ini membebaskan orangtua dari keharusan mengisi peran sebagai guru, pelatih, tutor, dan psikolog. Sebaliknya, ini memungkinkan mereka fokus pada satu peran yang benar-benar ingin dilakukan dengan baik, yaitu menjadi orangtua yang penuh kasih.
2. Digital detox

Meskipun penggunaan teknologi dapat memberikan manfaat bagi anak-anak, prediksi tren parenting 2025 menyangkut detoks digital (digital detox) untuk seluruh keluarga. Konsep ini mengajak keluarga untuk menyisihkan waktu, seperti pagi hari, sore hari, atau sepanjang hari, untuk dihabiskan bersama tanpa teknologi.
Beberapa ide untuk hari digital detox, di antaranya; menikmati quality time bersama keluarga, menjelajahi lingkungan sekitar dengan berjalan kaki, atau memasak makan malam bersama. Zona bebas teknologi juga menjadi cara lain untuk membatasi screen time.
Dilansir laman Miami Herald, Direktur Riset dan Evaluasi di The Children's Trust, Grettel Suarez mengungkapkan, menentukan waktu tertentu untuk menghindari teknologi, orangtua dapat memberlakukan larangan menyeluruh terhadap teknologi di area tertentu di rumah, seperti kamar tidur atau ruang makan.
Orangtua juga perlu memberikan contoh dengan menghindari kebiasaan sering memeriksa ponsel mereka. Langkah-langkah ini membantu mempererat hubungan dalam keluarga dan memberikan dampak positif pada kesehatan mental semua anggota keluarga, termasuk menurunkan tingkat kecemasan.
3. Sustainable parenting

Membeli kereta bayi maupun membeli mainan dan pakaian terbaru sering kali membuat keluarga menimbun banyak barang dan menghabiskan uang yang cukup besar. Sustainable parenting termasuk tren parenting 2025 yang dapat mengurangi biaya pengasuhan sekaligus menurunkan jejak karbon keluarga.
Salah satu cara untuk menjadi lebih sustainable yaitu dengan membeli lebih sedikit mainan, tetapi memastikan mainan yang dibeli berkualitas tinggi. Hal ini tidak hanya mendorong anak bermain dengan lebih fokus, tetapi juga menciptakan suasana rumah yang lebih tenang serta mengajarkan perbedaan antara kebutuhan dan keinginan.
Bagi mereka yang memiliki cukup ruang, memulai kebun dan mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menanam makanan secara berkelanjutan bisa menjadi cara menghabiskan waktu berkualitas bersama dengan tujuan yang bermanfaat.
Di era dimana polusi dan perubahan iklim menjadi isu utama, orangtua semakin sadar akan dampak keluarganya terhadap lingkungan. Mereka akan terus mengajarkan anak-anak dan komunitasnya untuk menggunakan produk ramah lingkungan, mulai dari popok bayi hingga memilah sampah.
4. Empathy parenting

Pengasuhan dengan empati telah menjadi inti dari banyak tren parenting di era modern, seperti gentle parenting maupun positive disciplining. Penekanan ini akan terus berkembang di tahun mendatang, karena kemampuan untuk memberikan anak pondasi empati yang kuat menjadi suatu keharusan.
“Merangkul pendekatan empati ini tidak hanya mendukung kesehatan mental orangtua tetapi juga anak-anak dengan mendorong pengaturan emosi dan belas kasih diri. Perubahan ini tidak hanya mengurangi stres dan kecemasan pada orangtua, tetapi juga membangun ketahanan hingga kesejahteraan emosional untuk seluruh keluarga dalam jangka panjang," ungkap parenting coach, Reem Raouda, dilansir HuffPost.
Dalam tren parenting 2025, muncul tren mikro seperti “calm corners” yang dirancang untuk memperkuat keterampilan emosional inti dalam membesarkan anak yang cerdas secara emosional.
“Calm corner dirancang untuk memberi anak ruang untuk merasakan dan memproses emosi mereka dalam suasana yang tenang. Ini mengajarkan anak bahwa emosi bisa dikelola dan bahwa mengambil jeda untuk menenangkan diri, adalah hal yang normal dan sehat,” kata Caitlin Slavens, psikolog dan salah satu pendiri platform online MamaPsychologists, dikutip HuffPost.
Orangtua bisa memulai calm corner di rumah dengan menyediakan area tenang yang dilengkapi tempat duduk atau tempat tidur yang nyaman. Mainan atau aktivitas yang menenangkan dapat membantu anak yang marah atau kesal untuk lebih rileks di ruang tersebut.
5. Mengurangi 'sharenting'

Setelah bertahun-tahun para ibu blogger, vlogger, influencer, dan lainnya membagikan berbagai informasi tentang anak-anak mereka, kini semakin banyak orang yang lebih berhati-hati dan bijaksana dalam menghadirkan anak-anak mereka secara online. Sebagian alasannya adalah karena generasi orang tua saat ini sudah cukup paham tentang internet untuk memahami dampak dari tindakan tertentu.
“Kita hidup di dunia di mana segalanya dapat dengan mudah dibagikan secara online, tetapi itu tidak berarti semuanya harus dibagikan. Anak-anak kita memiliki sedikit kendali atas kehadiran digital mereka. Membiarkan mereka memutuskan momen apa yang pantas dibagikan dapat membantu mereka merasa lebih aman dan memiliki kontrol. Ini adalah cara mengajarkan mereka sejak dini tentang persetujuan, privasi, dan batasan," ungkap Raouda.
Raouda juga mendukung pengurangan praktik "sharenting" dalam tren parenting 2025. Mungkin tampaknya tidak berbahaya memposting momen lucu anak-anak secara online, tetapi ini dapat menciptakan masalah terkait rasa identitas mereka.
Sharenting sering kali berasal dari kebutuhan orangtua akan validasi atau persetujuan eksternal. Namun, penting untuk menghormati privasi dan otonomi anak serta memastikan mereka merasa dihargai atas siapa diri mereka, bukan hanya bagaimana mereka ditampilkan.
Tren parenting 2025 menekankan gaya pengasuhan orangtua yang lebih mindful dan berwawasan luas. Lebih menghargai anak dan membebaskan kreatifitas mereka tanpa perangkat digital juga menjadi highlight. Seluruh tren parenting 2025 fokus pada kebahagiaan dan kesejahteraan anak maupun orangtua. Setuju, gak?