TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Waspada Bahaya 'Prank', Ini 6 Dampak Negatif bagi Perkembangan Anak

Orangtua perlu tahu batasan saat bercanda dengan anak

Pexels/Tatiana Syrikova

Membangun suasana menyenangkan dengan anak lewat prank memang sering dilakukan orangtua ke anak. Apalagi saat anak masih kecil dan sedang lucu-lucunya. Ini karena ekspresi anak saat diprank lucu dan menggemaskan.

Prank alias kelakuan jahil sebenarnya adalah bentuk humor yang bisa membuat hubungan orangtua semakin dekat dengan anak secara emosional. Meskipun memiliki sisi lucu dan menghibur, nyatanya melakukan prank yang berlebihan ke anak-anak usia awal bisa menimbulkan efek negatif yang berkepanjangan bagi perkembangan mereka, lho!

Apa saja sih dampak negatifnya? Simak 6 dampak negatif prank bagi perkembangan anak dan ulasannya berikut ini.

1. Memicu stres pada anak

Pixabay/hulkiokantabak

Ternyata prank yang dianggap lucu oleh orangtua bisa memicu stres pada diri anak. Ini terjadi ketika prank yang dilakukan orangtua telah melewati standar anak dalam bercanda. Apalagi jika jenis prank yang dilakukan memicu rasa marah, frustasi, dan rasa sedih pada anak.

Meskipun anak-anak usia awal pada dasarnya suka bercanda, namun mereka cenderung memiliki batas toleransi bercanda yang lebih sempit, karena mereka belum mampu mengerti alasan sebenarnya orangtua melakukan prank. Mereka justru menganggap prank sebagai hal yang buruk dan jahat. Tidak mengherankan jika anak menjadi stres setelah mendapatkan prank yang berlebihan.

2. Menimbulkan perasaan tidak berharga

Pixabay/Bob_Dmyt

Bagi anak, respon tertawa dan dipermalukan dari orangtua yang menjahilinya bisa dianggap sebagai bentuk 'penghinaan' yang melukai harga diri anak.  Anak akhirnya akan mengamuk setelah ditertawakan, karena ini bentuk anak mempertahankan harga dirinya.

Secara tidak sadar, anak dapat membawa pengalaman emosional dari prank, yaitu perasaan dipermalukan ke alam bawah sadarnya yang kemudian dapat merendahkan harga diri anak. Anak kemudian tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri.

Baca Juga: 5 Cara Mendidik Anak agar Jadi Sosok yang Gentle & Bertanggung Jawab

3. Memunculkan trust issue, dimana anak sulit mempercayai orang lain

Pexels/August de Richelieu

Pada dasarnya anak mulai belajar mempercayai lingkungan dan dunia dari orangtua. Rasa percaya ini mereka bangun pada usia-usia awal, sehingga pada masa ini orangtua harus hati-hati dalam bercanda dengan anak.  

Bagi anak usia awal, prank seperti invisibility prank, dimana orangtua berpura-pura tidak bisa melihat anaknya bisa dimaknai oleh anak sebagai sebuah kebohongan. Bagi anak, prank yang dilakukan oleh orang terdekatnya adalah 'pengkhianatan', sehingga menimbulkan rasa kecewa. 

Anak bisa menumbuhkan rasa tidak percaya pada orangtua, karena beranggapan bahwa orang terdekatnya telah menyakitinya. Bahkan dalam kasus yang ekstrem, anak bisa menganggap dunia tidak aman baginya. Wah, bahaya ya efeknya!

4. Menimbulkan rasa tidak aman atau insekuritas pada diri anak

Unsplash/Janko Ferlič

Dampak dari prank yang satu ini berkaitan erat dengan trust issue yang telah dibahas sebelumnya. Ini efek yang dihasilkan dari prank semacam hallowen candy prank, dimana orangtua berpura-pura telah memakan semua permen yang telah dikumpulkan anak selama hallowen

Bagi anak, permen dan makanan favoritnya adalah 'hartanya' yang tentu saja jika orangtua mengambilnya tanpa izin, anak akan merasa tersakiti secara emosional.

Rasa sakit secara emosional yang dihasilkan dari prank bisa membuat anak merasa lingkungannya tidak aman, karena orang-orang terdekatnya yang dianggap akan melindunginya justru 'merebut' apa yang dimilikinya.

5. Memicu rasa takut, kecemasan, hingga trauma pada anak

Unsplash/Zach Kadolph

Menakut-nakuti anak dengan objek yang seram sering dilakukan orangtua ke anak, karena ekspresi ketakutan anak dianggap lucu dan menghibur. Namun, tidak dengan apa yang dirasakan anak. 

Prank seperti mengunci anak di dalam ruangan yang gelap atau pun prank hantu yang dilakukan secara terus menerus kepada anak bisa memicu rasa takut anak menjadi kecemasan bahkan hingga trauma.

Anak-anak akan sulit keluar dari situasi cemas terhadap objek yang memicu rasa takutnya, bahkan dalam kasus ekstrem membutuhkan penanganan khusus melalui terapi psikologis untuk menghilangkan trauma yang dimilikinya. Jadi, orangtua harus hati-hati saat bercanda ya!

Baca Juga: 5 Cara yang Benar Dalam Mendidik Anak Agar Cinta & Peduli pada Hewan 

Verified Writer

Anisa Rima Fadhilah

Content writer dengan background psikologi yang suka menulis topik Sains, Kuliner, dan Beauty

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya