Waspada Bahaya 'Prank', Ini 6 Dampak Negatif bagi Perkembangan Anak

Orangtua perlu tahu batasan saat bercanda dengan anak

Membangun suasana menyenangkan dengan anak lewat prank memang sering dilakukan orangtua ke anak. Apalagi saat anak masih kecil dan sedang lucu-lucunya. Ini karena ekspresi anak saat diprank lucu dan menggemaskan.

Prank alias kelakuan jahil sebenarnya adalah bentuk humor yang bisa membuat hubungan orangtua semakin dekat dengan anak secara emosional. Meskipun memiliki sisi lucu dan menghibur, nyatanya melakukan prank yang berlebihan ke anak-anak usia awal bisa menimbulkan efek negatif yang berkepanjangan bagi perkembangan mereka, lho!

Apa saja sih dampak negatifnya? Simak 6 dampak negatif prank bagi perkembangan anak dan ulasannya berikut ini.

1. Memicu stres pada anak

Waspada Bahaya 'Prank', Ini 6 Dampak Negatif bagi Perkembangan AnakPixabay/hulkiokantabak

Ternyata prank yang dianggap lucu oleh orangtua bisa memicu stres pada diri anak. Ini terjadi ketika prank yang dilakukan orangtua telah melewati standar anak dalam bercanda. Apalagi jika jenis prank yang dilakukan memicu rasa marah, frustasi, dan rasa sedih pada anak.

Meskipun anak-anak usia awal pada dasarnya suka bercanda, namun mereka cenderung memiliki batas toleransi bercanda yang lebih sempit, karena mereka belum mampu mengerti alasan sebenarnya orangtua melakukan prank. Mereka justru menganggap prank sebagai hal yang buruk dan jahat. Tidak mengherankan jika anak menjadi stres setelah mendapatkan prank yang berlebihan.

2. Menimbulkan perasaan tidak berharga

Waspada Bahaya 'Prank', Ini 6 Dampak Negatif bagi Perkembangan AnakPixabay/Bob_Dmyt

Bagi anak, respon tertawa dan dipermalukan dari orangtua yang menjahilinya bisa dianggap sebagai bentuk 'penghinaan' yang melukai harga diri anak.  Anak akhirnya akan mengamuk setelah ditertawakan, karena ini bentuk anak mempertahankan harga dirinya.

Secara tidak sadar, anak dapat membawa pengalaman emosional dari prank, yaitu perasaan dipermalukan ke alam bawah sadarnya yang kemudian dapat merendahkan harga diri anak. Anak kemudian tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri.

3. Memunculkan trust issue, dimana anak sulit mempercayai orang lain

Waspada Bahaya 'Prank', Ini 6 Dampak Negatif bagi Perkembangan AnakPexels/August de Richelieu

Pada dasarnya anak mulai belajar mempercayai lingkungan dan dunia dari orangtua. Rasa percaya ini mereka bangun pada usia-usia awal, sehingga pada masa ini orangtua harus hati-hati dalam bercanda dengan anak.  

Bagi anak usia awal, prank seperti invisibility prank, dimana orangtua berpura-pura tidak bisa melihat anaknya bisa dimaknai oleh anak sebagai sebuah kebohongan. Bagi anak, prank yang dilakukan oleh orang terdekatnya adalah 'pengkhianatan', sehingga menimbulkan rasa kecewa. 

Anak bisa menumbuhkan rasa tidak percaya pada orangtua, karena beranggapan bahwa orang terdekatnya telah menyakitinya. Bahkan dalam kasus yang ekstrem, anak bisa menganggap dunia tidak aman baginya. Wah, bahaya ya efeknya!

dm-player

Baca Juga: 5 Cara Mendidik Anak agar Jadi Sosok yang Gentle & Bertanggung Jawab

4. Menimbulkan rasa tidak aman atau insekuritas pada diri anak

Waspada Bahaya 'Prank', Ini 6 Dampak Negatif bagi Perkembangan AnakUnsplash/Janko Ferlič

Dampak dari prank yang satu ini berkaitan erat dengan trust issue yang telah dibahas sebelumnya. Ini efek yang dihasilkan dari prank semacam hallowen candy prank, dimana orangtua berpura-pura telah memakan semua permen yang telah dikumpulkan anak selama hallowen

Bagi anak, permen dan makanan favoritnya adalah 'hartanya' yang tentu saja jika orangtua mengambilnya tanpa izin, anak akan merasa tersakiti secara emosional.

Rasa sakit secara emosional yang dihasilkan dari prank bisa membuat anak merasa lingkungannya tidak aman, karena orang-orang terdekatnya yang dianggap akan melindunginya justru 'merebut' apa yang dimilikinya.

5. Memicu rasa takut, kecemasan, hingga trauma pada anak

Waspada Bahaya 'Prank', Ini 6 Dampak Negatif bagi Perkembangan AnakUnsplash/Zach Kadolph

Menakut-nakuti anak dengan objek yang seram sering dilakukan orangtua ke anak, karena ekspresi ketakutan anak dianggap lucu dan menghibur. Namun, tidak dengan apa yang dirasakan anak. 

Prank seperti mengunci anak di dalam ruangan yang gelap atau pun prank hantu yang dilakukan secara terus menerus kepada anak bisa memicu rasa takut anak menjadi kecemasan bahkan hingga trauma.

Anak-anak akan sulit keluar dari situasi cemas terhadap objek yang memicu rasa takutnya, bahkan dalam kasus ekstrem membutuhkan penanganan khusus melalui terapi psikologis untuk menghilangkan trauma yang dimilikinya. Jadi, orangtua harus hati-hati saat bercanda ya!

6. Menumbuhkan perasaan rendah diri atau inferioritas dalam diri anak

Waspada Bahaya 'Prank', Ini 6 Dampak Negatif bagi Perkembangan AnakPixabay/iqbalnuril

Anak-anak yang sering mendapatkan prank berlebihan dari orang terdekatnya akan merasa dirinya tidak dihargai dan dianggap 'lelucon'. Ini dapat memicu anak kehilangan kepercayaan diri dan merasa dirinya 'kecil' ketika harus masuk ke dunia yang lebih luas, yaitu dunia bermain yang melibatkan interaksi dengan teman seumurannya.

Ini karena di saat lingkungan seharusnya memberikan apresiasi dan memupuk rasa percaya diri pada diri anak, justru memberikan perlakuan jahil yang membuat anak kehilangan rasa percaya dirinya. Selanjutnya, anak menganggap dirinya 'kecil' karena sering dijadikan objek lelucon orang-orang di sekitarnya.

Itu dia 6 dampak negatif dari prank yang berlebihan bagi perkembangan anak. Sangat penting bagi orangtua menentukan prank mana yang sesuai dengan standar 'bercanda' anak, karena setiap anak punya kebutuhan humor yang berbeda-beda. Jangan sampai membuat si kecil merasa tersakiti dengan prank yang kamu buat ya!

Baca Juga: 5 Cara yang Benar Dalam Mendidik Anak Agar Cinta & Peduli pada Hewan 

Anisa Rima Fadhilah Photo Verified Writer Anisa Rima Fadhilah

Content writer dengan background psikologi yang suka menulis topik Sains, Kuliner, dan Beauty

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Agustin Fatimah

Berita Terkini Lainnya