ilustrasi anak-anak mengerjakan tugas (pexels.com/anastasiashuraeva)
Tidak semua anak punya kemampuan yang sama dalam mengatur emosi. Anak dengan ADHD, autisme, atau kecemasan cenderung lebih cepat kewalahan di lingkungan sekolah. Hal ini membuat mereka lebih berisiko mengalami ledakan emosi setelah pulang.
“Anak yang lebih sensitif dan intens, serta anak yang kesulitan belajar dan bersosialisasi, lebih mungkin terpengaruh,” jelas Vanessa Lapointe, psikolog anak sekaligus pendidik orang tua asal Surrey, BC, dilansir Motherly.
Anak yang disebut neurotipikal adalah mereka yang perkembangan otak dan perilakunya sesuai pola umum, sehingga lebih mudah mengikuti aturan sekolah. Sebaliknya, anak neurodivergent seperti yang memiliki ADHD, autisme, atau kondisi lain, memiliki cara berpikir, belajar, dan merespons yang berbeda dari kebanyakan anak.
Jannot menjelaskan, bahwa sekolah didesain untuk siswa neurotipikal, sehingga struktur dan rutinitasnya sering kali bertentangan dengan apa yang paling cocok bagi anak neurodivergen. Tekanan itu membuat mereka lebih mudah kelelahan dan akhirnya melampiaskannya saat kembali ke rumah. Orangtua perlu memahami hal ini agar bisa lebih sabar mendampingi.