Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Tiger Parenting Masih Relevan di Era Modern? Ini Jawabnya!

ilustrasi orang tua melakukan metode tiger parenting pada anak (pexels.com/Monstera)
ilustrasi orang tua melakukan metode tiger parenting pada anak (pexels.com/Monstera)
Intinya sih...
  • Tiger parenting mengajarkan disiplin dan prestasi anak
  • Metode ini memiliki risiko tekanan mental pada anak
  • Pengasuhan tiger menjadi kurang relevan di zaman modern
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di zaman sekarang, menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah. Tantangan datang dari berbagai sumber, seperti kemajuan teknologi, perubahan nilai sosial, dan harapan masyarakat terhadap keberhasilan anak. Dalam keadaan seperti ini, pertanyaan yang sering diperdebatkan adalah apakah tiger parenting masih relevan di era modern?

Tiger parenting terkenal dengan gaya pengasuhan yang ketat, disiplin tinggi, dan standar akademik yang hampir sempurna. Namun, apakah metode pendidikan ini masih cocok untuk anak-anak di dunia modern yang dinamis, inovatif, dan mudah berubah? Ayo kenal lebih dekat.


1. Tiger parenting dinilai mengajarkan disiplin sehingga prestasi anak dinilai lebih terjamin

ilustrasi anak yang belajar dengan serius (pexels.com/olia danilevich)
ilustrasi anak yang belajar dengan serius (pexels.com/olia danilevich)

Bagi sebagian orangtua, tiger parenting tetap punya nilai positif, kok. Disiplin tinggi yang diterapkan sejak kecil bisa membuat anak terbiasa dengan kerja keras, tanggung jawab, dan konsistensi. Mereka jadi terbiasa menetapkan target dan berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya.

Selain itu, fokus pada prestasi seringkali membuat anak unggul di bidang akademik maupun keterampilan tertentu. Dengan standar tinggi dari orangtua, mereka terbiasa gak cepat puas dan terus mendorong diri untuk menjadi lebih baik. Inilah alasan mengapa sebagian keluarga masih menganggap gaya ini relevan sampai sekarang.


2. Metode tiger parenting memiliki risiko tekanan mental pada anak

ilustrasi anak yang mengalami depresi (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi anak yang mengalami depresi (pexels.com/Pixabay)

Metode tiger parenting memiliki risiko menimbulkan tekanan mental pada anak, tetapi hal ini gak boleh diabaikan. Anak sering merasa tertekan karena pengasuh yang terlalu keras, seolah-olah cinta orangtua hanya bergantung pada apa yang mereka capai. Ketika anak gak memenuhi ekspektasi, mereka dapat kehilangan kepercayaan diri, lho.

Anak-anak yang dibesarkan dengan orangtua yang keras mempunyai risiko depresi, kecemasan berlebihan, atau stres akademik, lho. Lebih parah lagi, hubungan emosional antara anak dan orang tua mereka dapat renggang karena komunikasi hanya berfokus pada tuntutan daripada perasaan menyenangkan.


3. Mengapa pengasuh tiger menjadi kurang relevan di zaman modern?

ilustrasi orangtua yang mengajarkan anak (pexels.com/Julia M Cameron)
ilustrasi orangtua yang mengajarkan anak (pexels.com/Julia M Cameron)

Di zaman modern, anak-anak gak hanya belajar di sekolah, mereka juga belajar dari internet, media sosial, dan komunitas global. Mereka membutuhkan keterampilan yang lebih luas, seperti kreativitas, berpikir kritis, dan kerja tim. Sayangnya, pengasuhan tiger sering fokus pada hafalan dan hasil ujian.

Jika gaya ini terus dipaksakan, anak-anak kehilangan kesempatan untuk berkembang secara keseluruhan. Mereka mungkin berprestasi secara akademik, tetapi menghadapi tantangan dalam situasi nyata yang membutuhkan keterampilan sosial dan fleksibilitas.


4. Disiplin dengan kasih sayang jadi alternatif yang lebih seimbang

ilustrasi orangtua yang disiplin dengan kasih sayang (pexels.com/Vanessa Loring)
ilustrasi orangtua yang disiplin dengan kasih sayang (pexels.com/Vanessa Loring)

Sebagai orang tua, kamu dapat menerapkan disiplin dengan kasih sayang. Disiplin dengan kasih sayang adalah alternatif yang lebih seimbang. Mendidik anak dengan aturan yang jelas namun disertai dengan kasih sayang adalah contoh parenting otoriter. Anak-anak tetap diberi instruksi, tetapi mereka juga merasa didengarkan, kok.

Metode ini terbukti lebih sesuai untuk anak-anak zaman sekarang, lho. Mereka masih belajar tanggung jawab dan disiplin, tetapi dalam lingkungan yang menyenangkan. Anak pun tumbuh menjadi orang yang percaya diri, mandiri, dan memiliki hubungan yang kuat dengan orangtuanya, deh.


5. Perlukah orangtua masih mempertahankan tiger parenting?

ilustrasi orangtua yang fleksibel dalam mengasuh anak (pexels.com/August de Richelieu)
ilustrasi orangtua yang fleksibel dalam mengasuh anak (pexels.com/August de Richelieu)

Jawabannya gak mutlak, kok. Kalau kamu mengambil sisi positif seperti disiplin dan kerja keras, itu tetap bermanfaat. Namun, sisi negatif seperti tekanan berlebih sebaiknya dikurangi atau ditinggalkan. Yang paling penting adalah menyesuaikan gaya pengasuhan dengan kebutuhan anak, karakter anak, dan tantangan zaman.

Selain itu, penting bagi orangtua untuk selalu mempertimbangkan apakah strategi yang mereka gunakan benar-benar membantu anak mereka bahagia. Setiap anak adalah unik, jadi gak ada satu pola pengasuhan yang cocok untuk semua anak. Orangtua dapat mempertahankan prinsip kedisiplinan sambil mempertahankan tumbuh kembang anak, jadi ambil pendekatan yang fleksibel, ya.

Oleh karena itu, ketika ditanya apakah parenting tiger masih relevan di era modern, jawabannya semakin gak relevan. Anak-anak saat ini membutuhkan pengasuhan yang lebih manusiawi, fleksibel, dan penuh kasih agar mereka siap menghadapi dunia dengan sehat secara akademis dan emosional. Bagaimana pendapatmu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
Jujuk Ernawati
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in Life

See More

[QUIZ] Kalau Hatimu Punya Bahasa Sendiri, Apa Kata yang Sering Diucap?

21 Sep 2025, 19:35 WIBLife