5 Alasan Gak Perlu Merasa Aneh karena Mengulang Buku yang Sudah Dibaca

Ada anggapan bahwa pembaca yang “baik” adalah mereka yang terus menambah daftar bacaan baru setiap waktu. Alhasil, sebagian orang yang justru nyaman membaca ulang buku yang sama, sering merasa ragu dengan kebiasaannya sendiri. Biarpun sederhana, nyatanya kebiasaan satu ini sering dipandang aneh hanya karena tidak mengikuti arus umum para pembaca yang terus mengejar hal-hal baru.
Padahal, gak ada aturan baku dalam membaca buku. Kamu bebas menentukan buku apa yang ingin kamu baca, kapan ingin membacanya, dan seberapa sering ingin mengulangnya. Kalaupun kamu selalu kembali pada satu buku yang terasa dekat dengan dirimu, itu tetap pilihan yang valid. Nah, supaya gak minder lagi, berikut lima alasan mengapa kamu gak perlu merasa aneh dengan kebiasaan membaca ulang buku yang sama!
1. Kamu berhak atas pilihan apa pun di hidupmu

Gak semua hal harus mengikuti apa yang sedang dianggap benar atau populer di masyarakat. Membaca adalah aktivitas personal, maka kamu pun berhak menikmati buku dengan caramu sendiri. Mungkin lingkup sosialmu punya standar tertentu tentang “pembaca ideal”. Tapi kenyataannya, setiap orang punya kondisi, ritme, dan preferensi yang berbeda-beda. Inilah kenapa, gak perlu merasa bersalah jika terus-terusan re-read satu buku bacaan yang sama.
Selain itu, membaca bukan ajang kompetisi siapa yang paling banyak menamatkan buku baru. Buku bukan “tugas” yang harus dicentang satu per satu. Kalau sudah merasa nyaman dengan satu judul, tidak ada salahnya kembali ke buku yang sama sesering yang kamu mau. Dirimu tidak sedang merugikan siapa pun, dan kamu tetap dapat memperkaya wawasan dengan cara yang paling sesuai dengan kebutuhanmu.
2. Membaca ulang buku dapat membuat kita menemukan detail yang dahulu terlewat

Saat membaca ulang, seringkali ada bagian yang terasa baru meskipun kamu sudah mengenalnya. Alasannya, otak kita cenderung fokus hanya pada hal tertentu saat membaca pertama kali. Maka, ketika diulang, kamu akan menangkap lapisan lain yang sebelumnya terasa samar, entah itu dialog, simbol, atau penjelasan yang tiba-tiba terasa jauh lebih masuk akal.
Dengan itu, membaca ulang menjadi kesempatan untuk memperhatikan sisi-sisi kecil yang dahulu luput. Terlebih, pengalaman membaca berubah seiring bertambahnya usia dan pengalaman hidup. Kenyataannya, pikiranmu saat membaca ulang tidak lagi sama seperti saat pertama kali membaca. Itu sebabnya kamu justru bisa menemukan makna yang berbeda, lebih dalam, dan lebih relevan dengan perjalanan hidupmu sekarang.
3. Semakin mudah memahaminya secara menyeluruh

Beberapa buku memang tidak cukup hanya dibaca sekali saja. Ada istilah “dense books” atau buku yang penuh konsep, lapisan makna, atau alur yang rumit. Biarpun kamu sudah menangkap garis besar ceritanya, nyatanya butuh pengulangan agar pemahamanmu lebih kokoh. Membaca ulang membantu meminimalkan salah tafsir dan membuatmu lebih paham maksud penulis, terutama untuk buku nonfiksi, filosofi, atau karya sastra yang punya permainan bahasa.
Selain itu, membaca ulang memberi kesempatan untuk menata kembali informasi yang kamu dapat. Dengan itu, kamu bisa menyambungkan detail-detail kecil yang sebelumnya terasa terpisah. Maka, kamu bukan cuma tahu isi bukunya, tapi benar-benar memahaminya dari awal sampai akhir tanpa ada bagian yang terasa menggantung. Positifnya, membaca ulang juga membantu memperkuat daya ingat jangka panjang.
4. Memberi rasa nyaman dan stabil, terutama saat mental sedang jenuh

Tak sedikit orang membaca ulang buku karena alasan emosional. Ada kenyamanan tersendiri dari kisah yang sudah dikenal, tokoh yang terasa akrab, atau alur yang bisa diprediksi. Di tengah rutinitas yang melelahkan, membaca ulang buku favorit bisa jadi cara untuk menenangkan pikiran. Kamu tak perlu energi ekstra untuk memahami sesuatu yang benar-benar baru. Itu sebabnya, kebiasaan ini justru baik buat menjaga kesehatan mental.
Apalagi, beberapa orang menjadikan buku sebagai ruang aman. Ketika dunia nyata terasa penuh tekanan, kembali ke buku yang sudah kamu cintai ibarat pulang ke rumah. Kenyataannya, rasa aman itu penting demi menjaga kestabilan diri. Maka, kalau sudah menemukan buku yang memberikan efek menenangkan, tidak heran kalau kamu ingin membacanya berulang kali. Ini bukan kebiasaan aneh, tetapi mekanisme self-comfort yang wajar.
5. Setiap pembaca punya perjalanan unik dan tidak harus sama

Tidak ada satu pun pembaca yang memiliki perjalanan membaca identik. Kamu punya kecepatan, ketertarikan, dan tujuan membaca yang berbeda dari orang lain. Jadi, jangan merasa perlu mengikuti kebiasaan orang lain hanya demi terlihat seperti pembaca pada umumnya. Sebenarnya, keunikan itu justru membuat pengalaman membacamu semakin personal dan otentik.
Selain itu, preferensi membaca seseorang bisa berubah-ubah. Mungkin sekarang kamu senang mengulang buku yang sama, tapi nanti bisa saja ada waktu ketika kamu ingin mengeksplorasi bacaan baru. Tak ada yang salah dari keduanya. Dengan itu, kamu tidak perlu mengkhawatirkan penilaian orang lain. Perjalanan membaca adalah milikmu sepenuhnya dan tidak perlu disamakan, apalagi dibandingkan dengan orang lain.
Perlu dipahami kalau membaca ulang buku yang sama itu bukanlah kebiasaan aneh, bukan juga tanda kemunduran intelektual, apalagi termasuk sesuatu yang harus kamu sembunyikan. Kenyataannya, kebiasaan ini justru bisa memberi banyak manfaat, mulai dari menemukan detail baru, memperdalam pemahaman, hingga memberi rasa nyaman. Jadi, kalau kamu memang menyukai satu buku dan ingin terus kembali padanya, lakukan saja. Pada akhirnya, membaca adalah aktivitas personal yang seharusnya dinikmati, bukan dibebani tuntutan apa pun.



















