Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ketahui 7 Batasan Bercanda Anak dan Orangtua

ilustrasi anak sedih (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi anak sedih (pexels.com/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • Bercandaan yang bisa menyakiti anak
  • Lelucon tentang penampilan, nilai sekolah, olahraga, dan ketakutan bisa menimbulkan dampak negatif
  • Perlu sensitivitas dalam bercanda agar tidak membuat anak merasa terluka atau trauma

Jadi orangtua memang gak pernah lepas dari tantangan, termasuk dalam hal komunikasi dengan anak. Cara yang sering dipakai agar suasana jadi lebih cair adalah dengan bercanda.

Tapi, gak semua jenis candaan cocok disampaikan ke anak, lho. Salah-salah, maksud hati mau bikin anak ketawa, yang ada malah bikin mereka tersinggung atau bahkan trauma.

Meskipun niat kamu baik, tetap ada batasan yang harus diperhatikan. Bercanda memang bisa mempererat hubungan orangtua dan anak, tapi hanya kalau dilakukan dengan cara yang tepat. Kamu harus peka dengan reaksi anak saat kamu bercanda, karena bisa jadi mereka gak nyaman tapi gak tahu harus ngomong gimana. Apalagi kalau candaan itu menyentuh hal-hal sensitif.

Berikut ini tujuh hal yang sebaiknya gak dijadikan bahan candaan saat berinteraksi dengan anak. Yuk, simak baik-baik supaya hubungan kamu dengan anak makin sehat dan harmonis.

1. Penampilan fisik

ilustrasi anak sedih (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi anak sedih (pexels.com/Mikhail Nilov)

Gak semua anak nyaman dengan bentuk tubuhnya, apalagi kalau mereka sudah mulai masuk usia remaja. Lelucon soal berat badan, tinggi badan, warna kulit, atau kondisi fisik lainnya bisa bikin anak merasa malu dan minder.

Mereka bisa jadi akan berpikir kalau penampilannya adalah masalah. Meskipun kamu niatnya cuma bercanda, anak bisa merasa itu sebagai hinaan.

2. Prestasi akademik

ilustrasi anak sedang belajar (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi anak sedang belajar (pexels.com/RDNE Stock project)

Bercanda soal nilai sekolah juga bisa berdampak buruk, terutama kalau kamu membandingkan anak dengan temannya. Menurut pakar komunikasi Carol Bishop Mills, candaan seharusnya tetap punya unsur humor dan dinikmati kedua pihak. Kalau kamu meledek nilai anak karena gak sesuai ekspektasi, itu bisa bikin mereka merasa gagal dan makin kehilangan motivasi.

Lebih baik, gunakan pendekatan yang suportif dan bantu mereka cari solusi bareng. Kalau anak terus-terusan dapat nilai rendah, bisa jadi itu tanda ada masalah belajar atau tekanan mental yang belum terdeteksi.

3. Performa olahraga

ilustrasi olahraga sepak bola anak (pexels.com/Patrick Case)
ilustrasi olahraga sepak bola anak (pexels.com/Patrick Case)

Gak semua anak jago olahraga, dan itu wajar. Tapi bercanda soal kekalahan atau kesalahan mereka di lapangan bisa bikin mereka merasa gak dihargai. Berdasarkan studi dari George Washington University, alasan utama anak-anak berhenti main olahraga adalah karena mereka merasa udah gak seru lagi.

Kalau kamu bercanda soal mereka gak bisa cetak gol atau selalu kalah, itu bisa memupus semangat mereka. Ingat, kamu bukan bagian dari tim, biarkan pelatih dan teman satu tim yang kasih masukan, sementara kamu cukup dukung mereka dari pinggir lapangan.

4. Rasa takut anak

ilustrasi anak takut (pexels.com/George Pak)
ilustrasi anak takut (pexels.com/George Pak)

Takut gelap, takut badut, atau takut petir memang sering dianggap lucu oleh orang dewasa. Tapi buat anak-anak, itu adalah perasaan yang nyata dan serius. Bercanda soal ketakutan mereka justru bisa memperparah rasa cemas.

Menurut Bishop Mills, ada anak yang memang punya kepribadian berani, tapi ada juga yang lebih hati-hati. Tugas kamu bukan meledek, tapi memberi rasa aman dan membantu mereka pelan-pelan menghadapi rasa takut itu.

5. Sifat pemalu

ilustrasi anak pemalu (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi anak pemalu (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kalau anak kamu termasuk pemalu, jangan jadikan itu bahan candaan, apalagi di depan orang lain. Sifat pemalu sering kali berkaitan erat dengan kepercayaan diri dan bisa membuat anak merasa minder.

Lebih baik bantu mereka dengan membuat lingkungan sosial yang nyaman, misalnya mengundang teman main ke rumah atau ikutkan ke aktivitas yang mereka suka. Kalau kamu terus-menerus meledek mereka karena pendiam, anak bisa merasa ada yang salah dengan dirinya.

6. Kepintaran anak

ilustrasi anak murung (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi anak murung (pexels.com/RDNE Stock project)

Manggil anak dengan sebutan “si kutu buku” atau “si tahu segalanya” memang terdengar lucu, tapi bisa bikin mereka merasa terbebani, lho. Apalagi kalau dibarengi dengan membandingkan mereka dengan saudara atau anak orang lain.

Anak bisa merasa harus selalu sempurna, dan takut gagal. Padahal, mereka juga butuh waktu untuk berkembang sesuai caranya sendiri.

7. Berat badan

ilustrasi anak obesitas (vecteezy.com/thodsapol thongdeekhieo)
ilustrasi anak obesitas (vecteezy.com/thodsapol thongdeekhieo)

Topik berat badan adalah zona merah dalam urusan bercanda. Anak yang sering diejek soal berat badan cenderung punya risiko lebih tinggi mengalami gangguan makan dan masalah psikologis jangka panjang.

Kalau kamu komentar soal baju yang sempit atau bilang “kamu makin gendut aja”, niatnya mungkin becanda, tapi dampaknya bisa sangat menyakitkan. Daripada ngejek, ajak anak hidup sehat bareng-bareng, mulai dari pola makan sampai aktivitas fisik.

Bercanda dengan anak memang bisa jadi cara seru untuk dekat dan akrab. Tapi kamu perlu tahu batasannya. Anak bukan orang dewasa yang bisa langsung mengerti maksud di balik candaan. Apa yang kamu anggap lucu, bisa jadi luka buat mereka.

Mulai sekarang, yuk lebih hati-hati dalam memilih topik bercanda. Utamakan empati, perhatikan ekspresi wajah mereka, dan pastikan anak juga menikmati momen itu. Karena hubungan sehat itu bukan cuma soal kedekatan fisik, tapi juga rasa aman secara emosional.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us