Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Menyesuaikan Gaya Parenting dengan Karakter Anak

Ilustrasi seorang anak dan seorang ibu (Pexels.com/Gustavo Fring)
Intinya sih...
  • Kenali tipe kepribadian anak untuk mendekati mereka secara efektif dan memilih pendekatan yang sesuai.
  • Sesuaikan dengan kebutuhan emosional anak untuk membimbing tanpa memberikan tekanan dan mendorong komunikasi terbuka.
  • Pahami cara anak mengatasi stres agar dapat membantu mereka dengan lebih efektif dan menciptakan lingkungan yang stabil.

Parenting itu bukan cuma soal memberi arahan atau menetapkan aturan, tapi juga soal memahami karakter anak secara mendalam. Setiap anak punya cara belajar, berkomunikasi, dan bereaksi yang berbeda-beda.

Tanpa kita sadari, bisa jadi cara kita mendekati mereka malah memperburuk hubungan. Nah, gimana caranya menyesuaikan gaya parenting dengan karakter anak biar gak ada miskomunikasi? Yuk, simak lima cara yang bisa bikin hubungan kita lebih harmonis!

1. Kenali tipe kepribadian anak

Ilustrasi seorang anak laki-laki (Pexels.com/Julia M Cameron)
Ilustrasi seorang anak laki-laki (Pexels.com/Julia M Cameron)

Untuk bisa mendekati anak dengan cara yang lebih efektif, kamu harus tahu dulu tipe kepribadiannya. Apakah dia lebih ekstrovert yang suka berinteraksi, atau introvert yang lebih suka menyendiri? Menyesuaikan gaya parenting berdasarkan tipe ini akan membantu kamu dalam komunikasi dan pemecahan masalah. Misalnya, anak yang ekstrovert lebih membutuhkan perhatian secara verbal dan fisik, sementara anak yang introvert mungkin lebih butuh ruang pribadi dan waktu sendiri untuk mengolah perasaan.

Dengan mengenali tipe kepribadian anak, kamu bisa memilih pendekatan yang lebih sesuai. Ini bukan cuma soal cara berbicara, tetapi juga tentang memberikan ruang dan waktu yang dibutuhkan anak agar dia bisa tumbuh dengan lebih nyaman dan percaya diri.

2. Sesuaikan dengan kebutuhan emosional anak

Ilustrasi seorang ibu dan seorang anak (Pexels.com/Danik Prihodko)
Ilustrasi seorang ibu dan seorang anak (Pexels.com/Danik Prihodko)

Setiap anak punya kebutuhan emosional yang berbeda. Ada yang merasa aman dengan kata-kata pujian, ada yang lebih suka diberikan tantangan atau kebebasan. Cobalah untuk menggali lebih dalam kebutuhan emosional anak. Kalau dia lebih sensitif, mungkin kamu bisa lebih sering memberikan dukungan verbal. Jika dia lebih mandiri, kamu bisa memberi ruang lebih untuk mengambil keputusan sendiri.

Mengerti kebutuhan emosional anak membuat kita lebih bisa membimbing mereka tanpa memberikan tekanan. Ini akan mendorong anak merasa diterima, yang akhirnya membuat mereka lebih terbuka dalam berkomunikasi.

3. Pahami cara anak mengatasi stres

Ilustrasi seorang anak perempuan (Pexels.com/cottonbro studio)
Ilustrasi seorang anak perempuan (Pexels.com/cottonbro studio)

Anak-anak punya cara yang berbeda dalam menghadapi stres. Beberapa mungkin lebih suka menarik diri dan diam, sementara yang lain mungkin akan langsung meluapkan emosinya. Kalau kamu tahu cara anak mengatasi stres, kamu bisa membantu mereka dengan lebih efektif. Jangan buru-buru memberikan solusi, cukup dengan mendengarkan dan memberikan ruang bagi mereka untuk mengungkapkan perasaan.

Menghadapi stres dengan cara yang bijak sangat penting untuk menghindari masalah yang lebih besar. Jika kita tahu apa yang bisa menenangkan mereka, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih stabil dan penuh pengertian.

4. Gunakan pendekatan positif dan konsisten

Ilustrasi seorang wanita dan seorang anak laki-laki (Pexels.com/Ivan Samkov)
Ilustrasi seorang wanita dan seorang anak laki-laki (Pexels.com/Ivan Samkov)

Anak-anak, terutama yang lebih muda, sangat sensitif terhadap cara kita berinteraksi. Menggunakan pendekatan positif dan konsisten akan membantu mereka memahami batasan yang ada tanpa merasa tertekan. Sebagai contoh, saat anak melakukan kesalahan, lebih baik kamu mengarahkannya untuk belajar dari kesalahan tersebut, daripada hanya memberi hukuman. Kalau konsisten, anak akan lebih mudah mengikuti aturan yang sudah ditetapkan.

Pendekatan yang positif gak berarti mengabaikan aturan, tetapi lebih kepada mengarahkan anak untuk memahami pentingnya aturan tersebut. Ketika mereka merasa dihargai, mereka juga akan lebih menghormati batasan yang kamu buat.

5. Jadilah role model yang baik

Ilustrasi seorang ibu dan seorang anak (Pexels.com/Ketut Subiyanto)
Ilustrasi seorang ibu dan seorang anak (Pexels.com/Ketut Subiyanto)

Anak belajar banyak dari apa yang kita lakukan, bukan hanya dari apa yang kita katakan. Sebagai orang tua, kamu adalah contoh pertama bagi anak dalam banyak hal. Jadi, pastikan kamu memberikan contoh yang baik dalam cara berkomunikasi, mengelola emosi, dan menghadapi tantangan. Anak yang melihat orang tuanya mengelola konflik dengan bijak dan berbicara dengan sopan akan lebih cenderung meniru hal tersebut.

Sebagai role model, kamu punya tanggung jawab untuk menunjukkan kualitas-kualitas yang kamu ingin anak pelajari. Tunjukkan padanya bahwa menjadi pribadi yang bijak dan penuh kasih sayang itu bukan hanya tentang kata-kata, tapi juga tentang tindakan sehari-hari.

Parenting itu bukan soal mengikuti aturan yang rigid, tapi lebih kepada bagaimana kita bisa beradaptasi dengan kebutuhan anak. Dalam prosesnya, kita juga akan belajar banyak tentang diri kita sendiri. Seiring berjalannya waktu, bukan hanya anak yang tumbuh, tapi kita sebagai orang tua juga berkembang menjadi pribadi yang lebih bijak dan penuh kasih. Jadi, jangan pernah berhenti berusaha dan menyesuaikan diri dengan mereka, karena hubungan yang harmonis dimulai dari pemahaman yang mendalam.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us