Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Parenting Terbaik buat Anak ala Philippa Perry

Parenting terbaik buat anak ala Philippa Perry (pexels.com/August de Richelieu)
Intinya sih...
  • Pola asuh dipengaruhi masa lalu
  • Perbaiki, bukan sempurna
  • Validasi emosi anak, bukan mengabaikannya

Menjadi orangtua adalah tugas terberat, sekaligus paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. Namun, tidak ada sekolah resmi untuk menjadi ayah atau ibu yang baik. Banyak dari kita hanya mengulang pola asuh yang kita alami, tanpa menyadari apakah cara tersebut benar-benar mendukung pertumbuhan emosional anak. Di sinilah buku Philippa Perry, seorang psikoterapis ternama asal Inggris, hadir sebagai pencerah.

Lewat bukunya yang berjudul The Book You Wish Your Parents Had Read (and Your Children Will Be Glad That You Did), Perry tidak memberikan daftar aturan atau tips instan. Sebaliknya, ia mengajak pembaca untuk menyelami hubungan emosional antara orangtua dan anak, dan memahami bagaimana masa lalu kita memengaruhi cara kita membesarkan anak hari ini. Berikut adalah lima konsep penting dari buku tersebut yang berpotensi mengubah total cara kita memandang dan menjalani peran sebagai orangtua.

1. Pola asuh kita dipengaruhi masa lalu kita

Ilustrasi pola asuh kita dipengaruhi masa lalu kita (pexels.com/cottonbro studio)

Philippa Perry menekankan bahwa cara kita diasuh sebagai anak akan membentuk cara kita mengasuh anak. Ini berarti, sebelum mencoba memperbaiki perilaku anak, kita perlu terlebih dahulu menyadari pola dan luka yang kita bawa dari masa lalu. Proses ini disebut sebagai kesadaran emosional antar generasi.

Banyak orangtua tidak menyadari bahwa reaksi berlebihan mereka terhadap perilaku anak, misalnya saat anak menangis atau tantrum—sebenarnya berasal dari luka masa lalu yang belum sembuh. Dengan mengenali dan mengolah pengalaman pribadi ini, kita bisa menghentikan siklus pola asuh yang tidak sehat dan membangun hubungan yang lebih sadar dan penuh empati dengan anak.

2. Perbaiki, bukan sempurna

Ilustrasi perbaiki, bukan sempurna (pexels.com/Arina Krasnikova)

Menurut Perry, tujuan utama dalam hubungan orangtua dan anak bukanlah kesempurnaan, tetapi kemampuan untuk memperbaiki ketika terjadi kesalahan. Dalam psikologi perkembangan, ini dikenal dengan konsep "rupture and repair"—bahwa konflik adalah hal yang wajar, dan yang penting adalah bagaimana kita memperbaikinya.

Ketika orangtua meminta maaf atas kesalahan atau ketidaksabaran mereka, anak belajar bahwa hubungan itu bisa diperbaiki dan bahwa emosi boleh diekspresikan. Ini membangun kepercayaan emosional yang jauh lebih kuat daripada berpura-pura tidak pernah salah. Perry bahkan menyebut bahwa momen perbaikan sering kali lebih penting daripada momen keharmonisan.

3. Validasi emosi anak, bukan mengabaikannya

Ilustrasi validasi emosi anak, bukan mengabaikannya (pexels.com/Kindel Media)

Kesalahan pola asuh yang umum terjadi adalah meremehkan atau menolak emosi anak. Misalnya, saat anak menangis karena mainannya rusak, respons seperti “Ah, itu cuma mainan!” sebenarnya justru menanamkan pesan bahwa perasaan mereka tidak valid. Perry menekankan pentingnya mendengarkan dan mengakui perasaan anak, tanpa buru-buru memberi solusi atau membandingkan.

Validasi emosi anak membantu mereka mengenal diri sendiri, mengatur emosi dengan lebih sehat, dan merasa aman dalam hubungan dengan orangtua. Anak yang terbiasa divalidasi cenderung lebih stabil secara emosional saat dewasa dan lebih baik dalam membangun hubungan interpersonal.

4. Hubungan lebih penting dari aturan

Ilustrasi hubungan lebih penting dari aturan (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Perry berpendapat bahwa fokus utama dalam pengasuhan seharusnya adalah kualitas hubungan, bukan hanya ketaatan terhadap aturan. Terlalu banyak orangtua terjebak dalam keinginan untuk "mengontrol" anak daripada memahami mereka. Padahal, hubungan yang hangat dan terbuka jauh lebih efektif dalam membentuk perilaku yang positif.

Anak yang merasa aman dan terhubung dengan orangtuanya akan lebih mudah menerima arahan dan batasan. Sebaliknya, anak yang sering dikritik atau dikendalikan cenderung melawan atau menarik diri. Perry menyarankan agar kita melihat setiap interaksi sebagai kesempatan memperkuat hubungan, bukan sekadar mengoreksi perilaku.

5. Jangan abaikan diri sendiri sebagai orangtua

Ilustrasi jangan abaikan diri sendiri sebagai orang tua (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Pesan penting dalam buku ini adalah bahwa kesejahteraan emosional orangtua berdampak langsung pada anak. Orangtua yang kelelahan, stres, atau tidak punya ruang untuk dirinya sendiri, akan lebih mudah terpancing dan cenderung bersikap reaktif. Karena itu, merawat diri bukan egois, justru sangat penting.

Philippa Perry mendorong orangtua untuk menyadari kebutuhan dan batasannya sendiri, serta belajar untuk mengenali saat-saat ketika mereka butuh istirahat atau dukungan. Dengan menjadi lebih sadar dan sehat secara emosional, kita bisa hadir sepenuhnya untuk anak—bukan dalam kondisi kosong atau penuh kemarahan yang terpendam.

Buku The Book You Wish Your Parents Had Read bukan hanya tentang bagaimana memperlakukan anak, tapi juga tentang menyembuhkan diri sendiri sebagai orangtua. Philippa Perry mengingatkan kita bahwa pengasuhan bukan soal kontrol, melainkan tentang membangun koneksi emosional yang tulus dan sehat. Jika kita berani menengok ke dalam, memahami masa lalu, dan berproses bersama anak, maka kita bisa menciptakan hubungan yang lebih hangat dan bermakna, yang akan mereka kenang seumur hidup.

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us