7 Hal yang Perlu Diajarkan ke Saudara Kandung Anak Kebutuhan Khusus

- Setiap anak itu unik, termasuk saudaranya yang berkebutuhan khusus
- Tidak harus jadi 'anak sempurna' untuk mengimbangi saudara ABK
- Perasaan mereka tetap valid, sekalipun mereka tidak berkebutuhan khusus
Memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK) di keluarga tidak hanya berdampak pada orangtua, tapi juga saudara kandungnya. Mereka bisa merasakan berbagai emosi, dari rasa ingin melindungi, bingung, hingga cemburu karena perhatian orangtua lebih banyak tercurah pada saudaranya yang spesial. Di sinilah peran orangtua sangat penting untuk membantu anak-anak memahami kondisi saudaranya dan tumbuh dalam hubungan yang sehat serta suportif.
Menanamkan nilai-nilai yang tepat pada saudara kandung ABK sejak dini akan membentuk mereka menjadi pribadi yang lebih empatik, pengertian, dan kuat secara emosional. Bukan hanya agar mereka bisa menerima kondisi saudaranya, tapi juga agar mereka tetap merasa diakui, didengar, dan dicintai dengan adil. Berikut tujuh hal penting yang perlu ditanamkan pada saudara kandung anak berkebutuhan khusus. Yuk, simak!
1. Setiap anak itu unik, termasuk saudaranya yang berkebutuhan khusus

Ajarkan bahwa setiap anak, termasuk yang berkebutuhan khusus, memiliki cara belajar, berinteraksi, dan berkembang yang berbeda. Hal ini bukan berarti mereka "lebih" atau "kurang", hanya berbeda. Anak perlu memahami bahwa saudaranya tidak salah atau aneh, ia hanya membutuhkan pendekatan dan perhatian yang berbeda.
Dengan pemahaman ini, saudara kandung akan lebih terbuka untuk menerima perbedaan tanpa merasa terganggu atau malu. Hal ini juga bisa mencegah mereka menumbuhkan rasa frustrasi karena merasa saudaranya tidak bisa bermain atau merespons dengan cara yang sama seperti teman-teman lainnya.
2. Tidak harus jadi 'anak sempurna' untuk mengimbangi saudara ABK

Terkadang, anak-anak yang memiliki saudara ABK merasa harus selalu patuh, berprestasi, atau tidak merepotkan agar tidak membebani orangtua. Ini bisa membuat mereka tumbuh dengan tekanan yang diam-diam menguras mental. Orangtua perlu meyakinkan bahwa mereka juga boleh gagal, marah, sedih, atau meminta perhatian.
Anak-anak butuh ruang untuk menjadi diri sendiri, bukan bayangan "penyeimbang" dalam keluarga. Dengan menegaskan bahwa cinta dan perhatian orangtua tidak bersyarat, mereka akan merasa lebih aman dan tidak perlu menekan perasaannya demi terlihat "kuat" atau "dewasa sebelum waktunya".
3. Perasaan mereka tetap valid, sekalipun mereka tidak berkebutuhan khusus

Banyak saudara kandung ABK yang memendam emosi karena merasa tidak punya "hak" untuk mengeluh. Padahal, mereka tetap manusia biasa yang bisa merasa cemburu, kesepian, atau terabaikan. Orangtua perlu memberi ruang bagi mereka untuk mengungkapkan perasaan tanpa membuat mereka merasa bersalah.
Kamu bisa mulai dengan mendengarkan cerita mereka tanpa menyela atau langsung menasihati. Validasi sederhana seperti, "Wajar kok kalau kamu merasa seperti itu," sudah cukup membuat anak merasa dihargai. Ini akan memperkuat ikatan emosional dalam keluarga dan mencegah anak merasa sendirian.
4. Merasa tidak bertanggung jawab penuh atas masa depan saudaranya

Seiring waktu, banyak anak merasa khawatir akan masa depan saudara ABK mereka, bahkan ada yang merasa kelak harus menggantikan peran orangtua. Meski rasa peduli itu berharga, penting untuk ditegaskan bahwa mereka tetap punya hak atas hidupnya sendiri.
Ajarkan bahwa mendukung saudara bukan berarti harus mengorbankan mimpi pribadi. Keluarga bisa bekerja sama mencari solusi jangka panjang tanpa membebankan semua tanggung jawab kepada satu anak. Dengan begitu, mereka bisa tumbuh dengan rasa peduli yang sehat, bukan rasa "terbebani".
5. Mereka berhak mendapat waktu berkualitas sendiri dengan orangtua

Di tengah padatnya perhatian terhadap ABK, penting untuk menyisihkan waktu khusus bagi saudara kandung. Meskipun hanya 10-15 menit sehari, waktu ini akan sangat berarti untuk membuat mereka merasa dihargai dan dilibatkan secara batin.
Kamu bisa mengajaknya ngobrol ringan, bermain bersama, atau melakukan aktivitas yang mereka sukai. Saat anak merasa dilihat dan dicintai secara pribadi, mereka cenderung lebih siap untuk bersikap sabar dan pengertian terhadap saudaranya yang berkebutuhan khusus.
6. Mereka bisa jadi support system, tapi tidak harus jadi penyelamat

Saudara kandung bisa menjadi teman terbaik bagi ABK, tapi tidak harus menjadi penyelamat yang mengorbankan segalanya. Tekankan bahwa menjadi saudara yang baik cukup dengan mendukung, memahami, dan menemani sesuai batas kemampuan mereka.
Memberikan pemahaman ini akan membuat anak tidak merasa bersalah saat tidak bisa selalu membantu atau memahami semua kebutuhan saudaranya. Mereka akan belajar menjadi pendukung yang baik, bukan yang memaksa diri untuk terus menyelamatkan atau menyempurnakan situasi.
7. Cinta dalam keluarga tidak dibagi, tapi diperluas

Salah satu hal terpenting untuk ditanamkan adalah bahwa cinta orangtua tidak dibagi-bagi, tapi justru diperluas untuk mencakup semua anak secara utuh. Saudara kandung ABK perlu tahu bahwa meskipun perhatian terlihat berbeda, kasih sayang orang tua tetap ada dan tak berkurang sedikit pun.
Kamu bisa menunjukkan ini melalui bahasa kasih sederhana: pelukan, mendengarkan cerita mereka, atau sekadar menyebutkan hal positif yang mereka lakukan. Saat anak merasa dicintai dengan tulus, mereka akan tumbuh dengan kepercayaan diri yang kuat dan hati yang lapang terhadap perbedaan di dalam keluarga.
Itulah 7 hal yang wajib diajarkan kepada saudara dari anak berkebutuhan khusus (ABK). Menumbuhkan hubungan sehat antara anak berkebutuhan khusus dan saudara kandungnya itu nggak hanya soal pengasuhan aja, tapi juga soal membangun empati, keseimbangan emosional, dan rasa aman. Dengan nilai-nilai ini, keluarga bisa tumbuh lebih kuat dan saling mendukung dalam segala kondisi.