Hukum Orangtua Berkata Kasar kepada Anak dalam Islam, Wajib Tahu!

Dalam Islam, hubungan antara orangtua dan anak dipandang sebagai landasan yang penting dalam membentuk masyarakat yang sejahtera dan harmonis. Salah satu aspek yang sangat ditekankan dalam ajarannya adalah berbicara dengan lembut dan penuh kasih sayang, terutama dalam interaksi orangtua dengan anak-anak mereka.
Terkadang, orangtua bisa terjebak dalam situasi di mana mereka kehilangan kendali atas emosi negatif dan amarah mereka. Akibatnya, mereka mungkin tanpa disengaja menggunakan kata-kata kasar ketika berbicara dengan anak-anak mereka. Bagaimana Islam memandang ini? Berikut hukum orangtua berkata kasar kepada anak dalam Islam.
1. Larangan Islam dalam berkata kasar

Ajaran Islam secara tegas melarang penggunaan kata-kata kasar. Rasulullah SAW menggambarkan bahwa seseorang yang menggunakan bahasa kasar seperti mengutuk, menghina, mengejek, atau berkata kotor, tidak dapat dianggap sebagai seorang mukmin yang sesungguhnya. Hadis ini diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud RA yang mengutip sabda Rasulullah SAW:
Artinya: "Bukanlah seorang mukmin yang sempurna, yang suka mencaci, mengutuk, berbuat, dan berkata kotor." (HR Ahmad, Bukhari, dan Tirmidzi)
Kutipan lainnya dalam hadis menyebutkan, "Orang mukmin bukanlah orang yang suka mencela, bukan pula orang yang suka melaknat, bukan orang yang berkata keji, dan bukan pula orang yang suka berkata kotor." (HR At Tirmidzi)
Selain itu, disebutkan Allah SWT tidak menyukai orang bersuara keras dan kasar karena merupakan wujud keangkuhan dan kesombongan. Hal ini termasuk dalam surat Luqman ayat 18-19:
Artinya: "Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri. Berlakulah wajar dalam berjalan dan lembutkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."
2. Hukum orangtua berkata kasar kepada anak

Dalam ajaran Islam, orangtua memiliki kewajiban untuk mengurus dan mengajar anak-anak mereka dengan baik. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa saat lahir, anak-anak belum memiliki pengetahuan apa pun, dan oleh karena itu, para orangtua memiliki tanggung jawab besar untuk membimbing mereka dengan penuh perhatian. Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allahterhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan,” (QS At Tahrim: 6).
Ayat ini menyoroti bahwa orang tua bertanggung jawab penuh atas pengasuhan dan pendidikan anak-anak mereka. Bahkan, Rasulullah SAW menegaskan kewajiban ini kepada orangtua secara tegas. Ini tercermin dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu radhiallahu ‘anhu, di mana Rasulullah SAW menyatakan:
Artinya: “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya dan demikian juga seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya,” (HR Bukhari).
Dilansir NU Online, Sayyid Abdullah Ba’alawi al-Haddad dalam kitab An-Nahsihud Diniyyah juga berpesan kepada orangtua agar selalu mendoakan yang terbaik baik anaknya karena doa itu akan memberikan manfaat baginya dan bagi anak-anaknya. Sayyid Abdullah Al-Haddad berpesan agar orangtua menahan diri dari mendoakan keburukan bagi anaknya karena hal itu hanya akan menambah durhaka dan mudlarat di dunia bagi anak dan bagi dirinya sendiri. Sementara, doa orangtua adalah doa mustajabah.
Demikian, salah satu tindakan yang sangat tidak disukai oleh Allah SWT adalah berkata kasar terhadap anak oleh orangtua. Ketika menemui perilaku anak yang tidak diinginkan, hindari sikap kasar. Lebih baik memberikan nasihat dengan lembut dan penuh kasih sayang.
3. Anjuran berkata yang baik atau diam

Lisan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, yang jika digunakan dengan tidak benar, dampaknya bisa lebih merusak daripada pedang. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW memberikan peringatan tentang pentingnya menjaga perkataan dan memberikan dua pilihan sederhana, mengucapkan kata-kata yang baik atau diam. Hal ini ditegaskan dalam hadis yang bunyinya :
Artinya : “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.” [HR Bukhari]
Ketahuilah, ketika ingin berkata kasar kepada anak, ini menandakan bahwa orangtua sedang dipengaruhi oleh kemarahan yang mungkin muncul karena pengaruh buruk setan. Maka untuk mencegah hal ini terjadi, sangatlah penting untuk mencari perlindungan dari pengaruh buruk setan, seperti dengan mengucapkan istighfar. Sebagaimana diriwayatkan oleh Atiyyah sebagai Sa’di Nabi berkata :
“Kemarahan datang dari iblis, iblis dicipatakan dari api dan api padam hanya dengan air. Jadi ketika salah satu dari kamu menjadi marah, dia harus melakukan wudu,” (Abu Dawud).
Allah SWT juga memerintahkan kaum muslimin untuk senantiasa menjaga lisannya dan menggantinya dengan berzikir. Sebagaimana firman-Nya dalam surat An Nisa ayat 114:
Artinya: "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar."
Mendidik anak tidak mesti menggunakan kata-kata kasar, apalagi sampai menyakiti hati hati anak. Demikianlah Islam memandang perkataan kasar sebagai hal yang dilarang, apalagi kepada buah hati sendiri. Semoga bacaan ini bisa bermanfaat bagi kamu yang ingin menjadi orangtua yang baik dan bijak.