Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/kindelmedia)

Anak kecil dikenal sebagai peniru ulung, apa pun yang mereka lihat dan dengar bisa langsung mereka tiru, termasuk hal-hal yang tidak pantas. Sayangnya, tidak semua orang di sekitar anak memberikan contoh perilaku yang baik. Jika dibiarkan, anak bisa mengulang perilaku buruk ini di tempat umum atau membawanya hingga dewasa.

Namun, sebagai orangtua, kamu punya peran penting untuk membentuk perilaku anak sejak dini. Dengan pendekatan yang tepat, kamu bisa mencegah anak terus-menerus meniru hal negatif dari lingkungannya. Simak beberapa tips berikut ini untuk menghentikan kebiasaan tersebut secara efektif.

1. Berikan teladan positif secara konsisten

ilustrasi grocery shopping bersama keluarga (pexels.com/gustavofring)

Anak-anak belajar dengan cara mengamati orang-orang di sekitarnya, terutama orangtua mereka. Menurut American Academy of Pediatrics (AACP), perilaku yang ditunjukkan orangtua menjadi referensi utama dalam membentuk karakter anak. Jadi, pastikan kamu menunjukkan sikap sopan, jujur, dan tenang dalam menghadapi situasi apa pun.

Menjadi role model bukan hanya tentang memberi tahu anak apa yang harus dilakukan, tapi memperlihatkan secara langsung bagaimana melakukannya. Dengan menerapkan kebiasaan yang baik di depan mereka akan membentuk pola pikir anak untuk mengelola emosi dengan cara yang sehat.

“Para ilmuwan menemukan hal unik bahwa anak-anak cenderung meniru semua yang dilakukan orang dewasa di depan mereka, meskipun tindakan tersebut jelas tidak ada hubungannya dengan tujuan akhir atau terlihat tidak masuk akal,” kata Mark Nielsen, seorang Psikolog dari University of Queensland, Australia, dilansir Psych Central.

2. Tetapkan batasan yang jelas dengan orang sekitar

ilustrasi makan bersama (pexels.com/fauxels)

Tak jarang, sumber perilaku buruk anak justru datang dari orang terdekat seperti kerabat atau teman keluarga. Ketika ada anggota keluarga yang mencontohkan hal tidak pantas, seperti berkata kasar atau bercanda berlebihan, kamu perlu tegas menyampaikan batasan.

“Tegur anak dengan menggunakan kalimat yang tegas dan mudah dipahami, seperti, “Perilaku itu tidak baik. Kamu tadi menarik rambut temanmu. Coba pikir, bagaimana perasaannya? Dan bagaimana perasaanmu jika ada yang melakukan hal itu padamu?,” kata Michele Borba, EdD, seorang psikolog anak, dilansir Parents.

Jika perilaku buruk dianggap hiburan semata, anak tidak akan belajar konsekuensi sosial dari tindakannya. Oleh karena itu, penting untuk konsisten dalam menjaga prinsip dan kenyamanan anak di lingkungan mana pun.

3. Batasi paparan terhadap lingkungan negatif

ilustrasi seorang ayah dan anak (pexels.com/cottonbro)

Lingkungan tempat anak tumbuh sangat memengaruhi cara mereka berbicara dan bertindak. Jika kamu mengetahui bahwa anak sering terpapar konten atau orang dengan perilaku buruk, batasi interaksinya secara perlahan namun pasti. Misalnya, batasi tontonan yang mengandung kekerasan verbal atau kurangi waktu bersama figur yang sering bercanda secara tidak pantas.

American Academy of Pediatrics mencatat bahwa anak-anak yang sering terpapar konten media yang agresif lebih cenderung menunjukkan perilaku agresif. Untuk itu, alihkan fokus anak ke aktivitas yang membangun, seperti membaca buku cerita edukatif atau bermain peran yang melatih empati. Dengan cara ini, kamu membantu anak mengembangkan kepekaan sosial dan moral sejak dini.

4. Tanggapi dengan tenang saat anak meniru hal negatif

ilustrasi seorang ayah sedang menasehati anak-anaknya (pexels.com/timamiroshnichenko)

Saat anak mulai meniru ucapan atau tindakan yang tidak pantas, jangan langsung memarahinya. Reaksi berlebihan justru bisa membuat anak mengulanginya karena melihatnya sebagai cara mendapatkan perhatian. Sebaliknya, berikan respons tenang sambil menjelaskan bahwa perilaku tersebut tidak baik dan tidak lucu.

Dilansir Parents, Thomas Lickona, PhD, seorang psikolog, menyarankan agar anak diajarkan untuk tidak hanya mengakui kesalahan mereka, tetapi juga bertanggung jawab dan melakukan sesuatu untuk memperbaikinya. Ini penting agar anak belajar bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi, dan bagian dari menjadi pribadi yang baik adalah berusaha memperbaiki kesalahan tersebut.

5. Libatkan orang terdekat yang mendukung dalam pengasuhan

ilustrasi membuat makan bersama (pexels.com/august-de-richelieu)

Jika kamu merasa kewalahan menghadapi keluarga atau lingkungan yang tidak mendukung prinsip pengasuhanmu, cari sekutu di antara mereka. Ajak orang-orang yang lebih terbuka dan memahami visi kamu dalam mendidik anak untuk berdiskusi. Dukungan emosional dari pihak ketiga akan memperkuat posisimu dalam menerapkan batasan yang sehat.

Memiliki support system yang jelas akan membantu kamu tetap konsisten pada tujuan jangka panjang. Hal ini juga berlaku dalam pengasuhan, dukungan dari pasangan, teman dekat, atau saudara bisa mencegah kamu menyerah saat menghadapi tekanan sosial. Dengan begitu, kamu tidak harus merasa sendirian dalam membentuk masa depan anak yang lebih baik.

Menghentikan anak dari meniru perilaku buruk bukan hal yang instan, tapi sangat mungkin dilakukan dengan pendekatan yang tepat. Kuncinya adalah konsistensi, ketegasan, dan membangun lingkungan yang mendukung proses belajar anak. Ingat, masa depan anak sangat ditentukan oleh apa yang mereka pelajari hari ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team