7 Kesalahan Parenting yang Bikin Minat Baca Anak Drop!

Mengembangkan minat baca pada anak bukan sekadar menyediakan buku di rumah. Orangtua punya peran besar dalam membentuk kebiasaan ini sejak dini. Sayangnya, tanpa disadari, ada beberapa kebiasaan parenting yang justru jadi bumerang dan membuat anak malah ogah dekat-dekat dengan buku.
Kalau kamu merasa anak susah banget diajak baca buku, bisa jadi kamu pernah melakukan beberapa kesalahan di bawah ini. Yuk, cek satu-satu, biar bisa diperbaiki sebelum terlambat!
1. Memaksa anak baca buku saat mereka lagi gak mood

Kesalahan pertama yang sering terjadi adalah memaksa anak untuk membaca ketika mereka sedang tidak tertarik atau sedang dalam suasana hati yang buruk. Padahal, minat baca itu harus dibangun dari rasa suka, bukan keterpaksaan.
Kalau anak lagi capek atau ingin bermain, beri mereka waktu untuk istirahat dulu. Pilih momen yang menyenangkan dan santai, seperti sebelum tidur atau saat akhir pekan. Dengan begitu, membaca jadi kegiatan yang dinanti, bukan dihindari.
2. Menganggap membaca itu hanya tugas sekolah

Banyak orangtua mengaitkan kegiatan membaca dengan nilai akademik atau PR dari sekolah. Ini bikin anak berpikir bahwa membaca adalah hal yang membosankan dan wajib, bukan sesuatu yang bisa dinikmati.
Padahal, membaca juga bisa jadi sarana hiburan dan eksplorasi dunia. Tunjukkan ke anak bahwa membaca bisa menyenangkan dengan memilihkan cerita petualangan, komik, atau buku bergambar yang sesuai dengan usia dan minat mereka.
3. Tidak memberi contoh nyata di rumah

Anak meniru apa yang mereka lihat. Kalau orangtuanya tidak pernah membaca, anak juga tidak akan merasa membaca itu penting. Coba deh, luangkan waktu beberapa menit setiap hari buat baca buku di depan anak, meskipun cuma majalah atau artikel.
Ketika anak melihat kamu menikmati buku, mereka akan menganggap membaca itu keren dan menarik. Ini lebih efektif daripada menyuruh anak membaca tanpa teladan yang jelas.
4. Fokus ke kuantitas, bukan kualitas

Orangtua kadang terjebak ingin anak cepat bisa baca banyak buku atau menguasai banyak kosakata. Akibatnya, anak malah merasa ditekan dan akhirnya malas membaca.
Padahal, lebih penting untuk membiasakan anak menikmati proses membaca, memahami isi buku, dan berdiskusi tentang cerita yang mereka baca. Dengan begitu, mereka akan lebih mudah menyerap isi buku dan jadi pembaca aktif, bukan sekadar pembaca cepat.
5. Membatasi pilihan buku anak hanya yang 'bermanfaat'

Orangtua sering mengarahkan anak untuk hanya membaca buku yang dianggap 'bermanfaat', seperti ensiklopedia, buku pelajaran, atau buku moral. Padahal, dunia literasi anak itu luas. Komik, novel fantasi, cerita rakyat, bahkan buku humor juga punya peran penting dalam membangun kecintaan membaca.
Anak perlu merasa bebas memilih bacaan mereka sendiri agar rasa ingin tahu dan imajinasi mereka berkembang. Biarkan anak eksplorasi berbagai jenis bacaan, selama isinya masih sesuai usia.
6. Gak menyediakan ruang baca yang nyaman

Tempat juga punya pengaruh besar terhadap minat baca anak. Kalau di rumah gak ada sudut yang nyaman buat membaca, anak pasti lebih memilih nonton TV atau main game. Coba ciptakan pojok baca kecil di rumah yang cozy, terang, dan tenang.
Letakkan rak buku kecil, bantal, karpet, atau bean bag supaya anak betah berlama-lama dengan buku. Anak juga jadi lebih mudah menjangkau buku kapan pun mereka mau membaca.
7. Mengkritik atau menertawakan pilihan bacaan anak

Ini kesalahan fatal yang sering gak disadari. Misalnya, ketika anak suka baca cerita dongeng atau buku bergambar, tapi orangtua malah bilang itu terlalu kekanak-kanakan. Atau saat anak penasaran dengan topik aneh, lalu ditertawakan.
Hal-hal seperti ini bisa membuat anak merasa malu dan kehilangan rasa percaya diri untuk membaca. Lebih baik, beri dukungan dan diskusi terbuka soal bacaan mereka. Tunjukkan bahwa kamu tertarik dan menghargai pilihan mereka.
Minat baca adalah fondasi penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang suka membaca cenderung punya daya imajinasi lebih tinggi, kemampuan bahasa yang lebih baik, dan kemampuan berpikir kritis yang kuat. Bahkan, anak yang terbiasa membaca sejak kecil biasanya lebih mandiri dalam belajar dan punya rasa ingin tahu yang tinggi.
Sayangnya, semua manfaat itu bisa runtuh kalau sejak awal anak merasa membaca adalah beban. Maka dari itu, orangtua harus benar-benar sadar dan reflektif dalam membentuk budaya literasi di rumah. Mulailah dari hal-hal kecil yang konsisten dan menyenangkan.