#MahakaryaAyahIbu: Menjaga Senyum Mereka adalah Mahakaryaku

Entah mengapa aku juga ikut tersenyum di saat anak-anak ini tersenyum padaku. Aku seperti melihat senyum ayah dan ibuku disini. Iya disini, di pinggir jalan-jalan raya tempat anak-anak ini tinggal, atau di pelosok pedesaan yang tak terjamah oleh pendidikan, atau dimanapun aku bisa mengabdi untuk memberikan sedikit ilmuku pada anak-anak yang kurang beruntung ini. Hanya senyum anak-anak ini yang mampu mengingatkanku pada ayah ibuku, pada perjuangan mereka untuk memberikan pendidikan pada anak bangsa dimanapun mereka berada. Aku merasa bangga telah mewarisi semangat mereka berdua.
Maafkan aku yang dulu terlalu bodoh.

Pada awalnya aku tak mengerti tentang apa yang ayah dan ibu perjuangkan. Mereka selalu memilih untuk ditempatkan mengajar di daerah-daerah terpencil. Mengajar dengan senang hati di bangunan tua yang menurutku tak layak disebut sebagai ruang kelas. Gaji yang tak seberapa tak menyurutkan semangat ayah dan ibu untuk melayani pendidikan anak-anak di sana.
“Untuk apa Ayah dan ibu melakukan ini?” Tanyaku suatu ketika.
“Hanya untuk melihat senyum mereka” Jawab ayah.
Aku tak mengerti apa maksudnya, alasan itu bagiku tak masuk akal.
Mataku telah terbuka, apa yang ayah dan ibu lakukan adalah luar biasa.

Ketika menginjak ke perguruan tinggi, mataku terbuka lebar, melihat segala fenomena pada masyarakat kita, terutama pada pendidikan anak-anak kurang mampu. Aku menyadari betapa bodohnya aku saat meremehkan perjuangan ayah dan ibuku dahulu kala. Kini ayah telah meninggalkanku untuk selamanya, hanya tinggal ibu yang masih melanjutkan perjuangan itu. Dan betapa bahagianya beliau saat aku menceritakan kegiatan pengabdianku pada anak-anak yang kurang beruntung.
Aku tak memberikan barang atau apapun yang berharga, hanya sebuah cerita tentang senyum dari anak-anak yang kubimbing. Dan ibu selalu bilang bahwa dia bangga denganku. Tak ada yang lebih membahagiakan bagi seorang anak, selain rasa bangga dari orang tuanya.
Kini setiap hari aku selalu melihat senyum mereka.

Saat ini yang bisa kulakukan adalah mengabdi dengan sepenuh hati, memberikan anak-anak ini pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan. Senyum mereka selalu bisa mengobati segala lelahku yang mendera. Mungkin inilah yang ayah dan ibu rasakan selama ini. Rasanya tiada hari tanpa melihat senyum dari anak-anak ini. Aku cukup menyesal tak menyadari hal ini dari awal. Sebuah mahakarya ayah dan ibu untuk negeri ini, sebuah mahakaryaku untuk melihat ayah dan ibu bangga.
Menjaga senyum anak-anak ini adalah mahakaryaku untuk ayah dan ibu.

Kini aku bertekad untuk selalu mengabdi demi pendidikan untuk anak-anak yang kurang beruntung. Senyum dari anak-anak ini sudah seperti sebuah mahakarya yang dengan bangga aku persembahkan untuk ibuku dan almarhum ayahku. Ingin sekali aku merasakan pelukan ayah yang bangga atas mahakaryaku ini.
Tapi aku kan selalu melihat senyum ayah dan ibuku, di balik senyum anak-anak ini. Mengabdi demi pendidikan Indonesia kapanpun, dimanapun dan untuk siapapun. Melanjutkan perjuangan dan semangat ayah dan ibu untuk memperbaiki pondasi pendidikan Indonesia, menjadikannya agar kokoh tak tertandingi.
Kompetisi Storyline "Mahakarya untuk Ayah dan Ibu"

Menangkan total hadiah utama 1 paket wisata ke Singapore (pemenang bersama ayah dan ibu), perhiasan dari Frank & Co., jam tangan dari Alexandre Christie dan berbagai hadiah menarik lainnya serta storyline terbaik akan dijadikan ide cerita untuk video komersial Semen Gresik! Info lengkapnya lihat di sini.