5 Cara Menanamkan Jiwa Kompetitif yang Sehat pada Anak

Kemenangan dan kekalahan harus diterima

Jiwa kompetitif diperlukan supaya di masa dewasa nanti, anak mampu mengembangkan diri serta kehidupannya. Anak akan memiliki keinginan untuk tampil unggul dan tidak membiarkan dirinya tenggelam oleh prestasi orang-orang di sekitarnya.

Mengikutkan anak ke berbagai perlombaan menjadi upaya yang kerap dilakukan orangtua guna membangun jiwa kompetitifnya. Namun, di balik lomba-lomba itu, ada lima hal yang wajib diajarkan oleh orangtua, seperti di bawah ini.

1. Dorong anak untuk berani berkompetisi dengan orang terdekat asal ajangnya tepat

5 Cara Menanamkan Jiwa Kompetitif yang Sehat pada Anakilustrasi bertanding dengan sahabat (pexels.com/Monstera)

Jika tidak didorong oleh orangtua, anak mungkin merasa tak enak hati ketika hendak berkompetisi dengan sahabat atau saudaranya sendiri. Rasanya, ia akan menjadi penghambat bagi kemenangan orang terdekatnya.

Padahal, kompetisi dapat melibatkan siapa saja. Orang-orang yang saling mengenal maupun tidak boleh ikut meramaikan. Bahkan dalam beberapa pertandingan, hal tersebut tak mungkin dihindari. 

Seperti pertemuan sesama atlet Indonesia di final pertandingan badminton. Anak harus siap berkompetisi dengan siapa pun, yang penting ajangnya tepat. Bukan sekadar berlomba uang saku, sepatu bermerek, dan semacamnya.

2. Siapkan mentalnya untuk meraih kemenangan maupun menerima kekalahan

5 Cara Menanamkan Jiwa Kompetitif yang Sehat pada Anakilustrasi sedih karena gagal (pexels.com/Karolina Grabowska)

Akan menjadi masalah besar kalau anak tidak disiapkan buat menerima kekalahan. Sekalipun baik anak maupun orangtua sangat menginginkan kemenangan, lawannya tak selalu mudah untuk diungguli.

Ketidaksiapan anak dalam menerima kekalahan bakal membuatnya sangat malu, sedih, dan marah. Bisa-bisa, ia malah tidak mau lagi mengikuti kompetisi apa pun dan selalu berpikir orang-orang telah mencuranginya sehingga dia kalah.

Baca Juga: 5 Alasan Kenapa Hidup Bukanlah Perlombaan, Jangan Terlalu Kompetitif

3. Fokus pada meningkatkan kemampuan diri, bukan melemahkan lawan

5 Cara Menanamkan Jiwa Kompetitif yang Sehat pada Anakilustrasi belajar dengan tekun (pexels.com/Gustavo Fring)
dm-player

Lawan coba dilemahkan dengan cara apa pun tak menjamin anak bakal menang bila kemampuannya sendiri pas-pasan. Apalagi lawannya memang kuat. Justru anak menjadi tidak fokus dalam mempersiapkan diri menghadapi kompetisi. 

Itu memperbesar kemungkinan anak akan mengalami kekalahan. Lain halnya jika anak diajarkan buat terus mengasah kemampuannya. Tanpa repot-repot memikirkan cara untuk melemahkan lawan, ia tetap dapat memenangkan kompetisi.

4. Tekankan untuk anak hanya berkompetisi secara sportif, jangan curang

5 Cara Menanamkan Jiwa Kompetitif yang Sehat pada Anakilustrasi melatih anak (pexels.com/Gustavo Fring)

Sportivitas wajib orangtua tanamkan dalam diri anak sejak dini. Sebab kemenangan yang sesungguhnya dalam kompetisi apa pun ialah siapa yang paling mampu menjunjung nilai-nilai sportivitas.

Apabila anak mencapai kemenangannya dengan cara-cara yang curang, ia tidak akan diakui sebagai juara. Malah dia bakal dicela habis-habisan bahkan dikenai sanksi seperti dilarang untuk kembali mengikuti kompetisi. Ruginya dobel!

5. Buat anak mengerti tentang menjadi lawan dalam kompetisi, tapi di luar itu tetap teman

5 Cara Menanamkan Jiwa Kompetitif yang Sehat pada Anakilustrasi latihan bersama (pexels.com/Mary Taylor)

Menanamkan jiwa kompetitif dalam diri anak tidaklah sama dengan menyuburkan kebenciannya terhadap lawan. Lawan tidak untuk dibenci. Tanpa lawan, tak akan ada kompetisi.

Makanya, keberadaan lawan dalam kompetisi sebenarnya sama pentingnya dengan adanya teman dalam kehidupan sehari-hari anak. Alih-alih cuma mengenal seseorang sebagai lawannya dalam sebuah kompetisi, anak justru harus mampu berteman dengannya di luar waktu pertandingan.

Bahkan latihan bersama pun bukan masalah. Sepanjang anak tak terlalu polos dengan menceritakan strategi-strateginya buat menghadapi kompetisi nanti karena itu sama dengan membocorkan rahasia dapur.

Tanpa arahan dari orangtua, ada dua akibat buruk yang perlu diwaspadai. Pertama, anak sama sekali tidak memiliki jiwa kompetitif sehingga kehidupannya sukar berkembang.

Kedua, anak berjiwa kompetitif tetapi menghalalkan segala cara demi mencapai tujuannya. Ia bahkan menjadikan segala hal sebagai bahan kompetisi. Seperti gaji, paras pasangan, gaya hidup, dan jabatan ketika dia dewasa.

Ini membuatnya menjadi pribadi dewasa yang selalu cemas bakal dikalahkan oleh orang lain. Yuk, segera diskusikan dengan pasangan untuk mulai menanamkan jiwa kompetitif yang sehat pada diri anak. Jangan sampai telat!

Baca Juga: 5 Alasan Kamu Harus Punya Jiwa Kompetitif, Berusaha jadi yang Terbaik!

Marliana Kuswanti Photo Verified Writer Marliana Kuswanti

Esais, cerpenis, novelis. Senang membaca dan menulis karena membaca adalah cara lain bermeditasi sedangkan menulis adalah cara lain berbicara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Merry Wulan

Berita Terkini Lainnya