Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Masalah yang Sering Terjadi pada Remaja dan Cara Mengatasinya

ilustrasi remaja sedang stres (freepik.com/freepik)
ilustrasi remaja sedang stres (freepik.com/freepik)

Masa remaja merupakan masa yang sulit karena periode ini dipenuhi dengan berbagai tantangan, terutama mengacu pada ketidakpastian dan dilema emosional. Ketika anak-anak beranjak remaja, mereka mengalami beberapa perubahan dalam perjalanan hidup sebagai proses menuju kedewasaan. Mereka mungkin juga mengalami beberapa permasalahan yang bisa menimbulkan masalah besar di masa depan.

Mengutip Mom Junction, seorang dokter anak bersertifikat dari St Louis, Missouri, Dr. Theodore Kremer, mengatakan, ”Ada banyak faktor yang memengaruhi remaja, termasuk perubahan fisik, emosional, kognitif, dan sosial yang terjadi pada masa pubertas. Perubahan fisik sering kali menimbulkan rasa ingin tahu dan kecemasan. Perubahan sosial dapat meningkatkan pencarian akan kemandirian. Sedangkan, perubahan pada lobus frontal otak menyebabkan remaja berpikir lebih abstrak dan sering membuat keputusan yang kompleks.”

Orangtua memiliki peran penting untuk mengetahui dan membantu anak remaja agar mampu menghadapi masalah pada usia ini. Berikut telah IDN Times rangkum beberapa masalah yang sering terjadi pada remaja dan cara mengatasinya.

1.Perubahan fisik atau penampilan

ilustrasi becermin (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi becermin (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Memasuki usia remaja, anak-anak mengalami perubahan fisik. Hal ini dikarenakan adanya pelepasan hormon di dalam tubuh yang terjadi secara alami. Walaupun hal itu normal, tapi perubahan fisik bisa memicu masalah bagi anak remaja, seperti rasa rendah diri dan kurang percaya diri.

Remaja perempuan misalnya, cenderung mempunyai kebiasaan membandingkan dirinya dengan gadis lain seusianya. Sebab di usia ini, mereka menjadi lebih sadar tentang semua hal yang mereka lakukan, kenakan atau bahkan bicarakan. Namun, tanpa disadari perilaku membandingkan tersebut bisa menimbulkan tekanan yang berdampak buruk terhadap harga dirinya.

Untuk mengatasi masalah ini, orangtua perlu menjelaskan kalau pada dasarnya perubahan tubuh yang terjadi di usia remaja adalah normal. Di samping itu, beri mereka pemahaman bahwa setiap orang terlahir dengan keunikan, kelebihan, dan kekurangannya masing-masing.

Bantu anak remaja untuk beradaptasi dengan perubahan tubuhnya. Bila perlu dorong mereka untuk melakukan aktivitas yang dapat mengasah keterampilan, sehingga anak bisa mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, dan mereka bisa menjadi lebih percaya diri.

2.Kesehatan mental

ilustrasi perempuan bersedih (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi perempuan bersedih (pexels.com/Karolina Grabowska)

Selain perubahan fisik atau penampilan, kesehatan mental juga menjadi salah satu masalah yang kerap terjadi pada remaja, mulai dari kecemasan, frustasi, stres, hingga depresi. Menurut Suzanne Degges-White, PhD, LCPC, LPC, LMHC, NCC, seorang dokter spesialis penanganan trauma, kecemasan, dan depresi, dikutip Choosing Theraphy, masalah kesehatan mental bisa terjadi karena berbagai faktor, baik dari lingkungan keluarga ataupun lingkungan sosial.

Tentu, ini bukanlah sesuatu yang dianggap sepele karena dampak yang ditimbulkan akibat masalah kesehatan mental bisa mengganggu pola pikir dan perilaku remaja, bahkan dapat memicu keinginan untuk menyakiti diri sendiri. Menurut Dr. Stephen Hinshaw, selaku pakar masalah kesehatan mental remaja di University of California, Berkeley, dikutip New York Times, hal yang bisa orangtua lakukan adalah menjadi pendengar yang baik dan memvalidasi perasaan mereka.

“Bersikaplah lembut, penuh rasa ingin tahu, tetapi jangan memaksa,” jelas Dr. Hinshaw. “Jika kamu marah dan menghakimi, mereka mungkin akan menjadi lebih tertutup,” tambahnya.

3.Masalah akademis

ilustrasi kesulitan belajar (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi kesulitan belajar (pexels.com/RDNE Stock project)

Sebagian besar remaja sering mengalami tekanan akademis. Bukan hanya berasal dari sekolah, tetapi juga dari orangtua mereka. Setiap orangtua, tentu ingin agar anaknya bisa meraih prestasi cemerlang di sekolah. Namun, tuntutan yang diberikan secara terus-menerus kepada anak juga dapat membuat anak merasa tertekan, gagal, dan berujung mengalami stres.

Agar hal tersebut tidak terjadi, dukungan penuh dari orangtua sangat penting untuk diberikan. Kamu boleh menaruh harapan pada anakmu, tapi ingat untuk tetap bersikap realistis dan hindari terlalu menekankan nilai dan prestasi. Hargai pula usaha yang telah dilakukan anak remajamu karena bagaimanapun mereka telah memberikan yang terbaik yang mereka bisa.

4.Hubungan asmara

ilustrasi remaja (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi remaja (pexels.com/Ron Lach)

Menurut Dr. Degges-White, pada masa remaja organ seksual atau reproduksi mulai berkembang. Hal ini membuat remaja mulai menunjukkan ketertarikannya dengan lawan jenis. Bahkan, beberapa di antara mereka mungkin sudah mencoba menjalin hubungan asmara.

Pada dasarnya, hubungan asmara merupakan bagian dari masa perkembangan remaja. Namun, orangtua perlu waspada karena hubungan asmara juga bisa menjadi salah satu sumber masalah pada remaja.

Dikarenakan emosi yang belum bisa dikendalikan, remaja menjadi sangat mudah mengalami berbagai perasaan secara drastis. Kemudian, ketika mereka mengalami putus cinta atau penolakan misalnya, hal itu bisa menimbulkan permasalahan emosi yang mengganggu aktivitas sehari-harinya. Remaja juga memiliki rasa penasaran tinggi, sehingga mulai mencari tahu tentang aktivitas seksual.

Untuk membantu mengatasi hal tersebut, sebaiknya orangtua memberikan penjelasan mengenai percintaan. Berikan juga pemahaman tentang edukasi seksual. Di samping itu, ajari anak remaja cara untuk mengendalikan hubungannya agar tetap berada pada jalur yang sehat.

5.Tekanan teman sebaya

ilustrasi bicara di depan teman-teman (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi bicara di depan teman-teman (pexels.com/RDNE Stock project)

Menurut Dr. Degges-White, masa remaja merupakan masa di mana diterima oleh orang lain adalah status yang paling didambakan. Itu sebabnya teman sebaya menjadi salah satu bagian penting dalam hidup mereka.

Namun, hal tersebut juga bisa menjadi masalah ketika remaja mengalami tekanan dari teman sebayanya, terutama saat mereka mendapat penolakan sosial dari teman seusianya. Tentu, ini bisa menimbulkan perasaan sedih yang mendalam, terisolasi, hingga depresi.

Agar hal tersebut tidak terus terjadi, orangtua bisa menjelaskan tentang bagaimana hubungan persahabatan yang sehat. Beritahu anak bahwa tidak apa-apa jika ada orang yang tidak cocok berteman dengannya. Ajarkan juga bahwa untuk mendapatkan teman yang baik, mereka tidak perlu menjadi orang lain karena sejatinya teman yang tulus akan mau menerima kekurangan teman-temannya sendiri.   

6.Bullying dan cyberbullying

ilustrasi tindakan bullying (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi tindakan bullying (pexels.com/cottonbro studio)

Bullying merupakan salah satu masalah remaja yang dapat terjadi di mana saja. Ini bukan hanya berupa penindasan yang dilakukan secara fisik ataupun verbal, melainkan juga terjadi di media sosial.

Tindakan bullying bisa membuat para korban mengalami ketidakberdayaan, rasa malu, dan terintimidasi. Remaja yang menjadi korban bullying dari teman-teman sekolah juga bisa memilih untuk enggan pergi ke sekolah lagi lantaran mengalami ketakutan secara terus-menerus.

Belum lagi, dampak dari cyberbullying pada remaja yang menyebabkan kerusakan emosional berkepanjangan. Hal ini dikarenakan pelaku cyberbullying dapat memposting kata-kata menyakitkan secara online dan menyebarkan postingan tersebut secara cepat, sehingga memperburuk kerugian yang ditimbulkan bagi para korban.

Untuk membantu mencegah dan mengatasi masalah remaja seperti ini, Amy Morin, LCSW, selaku psikoterapis dikutip Parents, menyarankan orangtua agar mengajari anak remaja mereka cara menghadapi pelaku bullying. Bicarakan dengan anak remajamu tentang kapan dan bagaimana mendapatkan bantuan dari orang dewasa yang dipercaya. Selain itu, ingatkan mereka bahwa meminta bantuan bukanlah tanda kelemahan.

7.Minum minuman keras dan memakai obat terlarang

ilustrasi minum alkohol (pexels.com/Isabella Mendes)
ilustrasi minum alkohol (pexels.com/Isabella Mendes)

Minum minuman keras (alkohol) dan menggunakan obat-obatan terlarang, seperti narkotika mempunyai dampak besar terhadap remaja. Dalam kebanyakan kasus, ini terjadi lantaran tekanan dari teman sebaya. Tentu jika terus dibiarkan, hal tersebut bisa memengaruhi sistem saraf dan menimbulkan masalah perilaku pada remaja.

Mereka bukan hanya mengalami kecanduan akibat mengonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang, tetapi juga mempunyai masalah perilaku yang mengarah pada tindakan impulsif, seperti kekerasan, seks bebas, dan lain sebagainya. Ini dapat menyebabkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain.

Namun, para orangtua bisa melakukan tindakan pencegahan dengan cara memberitahu anak remaja tentang dampak negatif dari minum minuman keras dan penggunaan obat-obatan terlarang. Beri tahu anak remaja bahwa ada bahaya dan risiko yang harus mereka tanggung apabila tetap melakukan tindakan tersebut. Selain itu, ciptakanlah lingkungan keluarga yang sehat agar anak remaja bisa memiliki runag yang aman dan nyaman untuk dirinya.

Demikian beberapa masalah yang sering terjadi pada remaja dan cara mengatasinya. Penting diketahui bahwa masa remaja adalah masa yang penuh tantangan, sehingga orangtua memiliki peran penting untuk menciptakan lingkungan keluarga yang aman dan nyaman bagi anak remaja mereka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us