Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi keluarga (freepik.com/Lifestylememory)
ilustrasi keluarga (freepik.com/Lifestylememory)

Intinya sih...

  • Pahami niat baik di balik komentar mereka, agar dapat merespons dengan lebih tenang dan bijak.

  • Tetap tegas tanpa harus kasar, untuk mempertahankan pilihan gaya hidupmu dengan sikap yang dewasa.

  • Batasi topik yang rentan menimbulkan konflik, agar hubungan keluarga tetap harmonis dan nyaman.

Keluarga adalah tempat pertama kita belajar tentang nilai hidup, cinta, dan hubungan sosial. Namun, tidak semua hal dari keluarga bisa selalu sesuai dengan keinginan dan pilihan kita, termasuk soal gaya hidup. Terkadang, komentar negatif dari orang tua, saudara, atau kerabat mengenai cara berpakaian, pilihan karier, status hubungan, atau bahkan pilihan untuk tinggal sendiri bisa terasa menyakitkan.

Menghadapi komentar seperti ini memang gak selalu mudah, apalagi jika muncul dalam situasi yang terus berulang. Meski begitu, tak lantas membuatmu harus selalu mengalah atau justru marah besar. Berikut lima cara bijak yang bisa kamu lakukan untuk menyikapi komentar negatif dari keluarga tentang gaya hidupmu.

1. Pahami niat baik di balik komentar mereka

ilustrasi mendengarkan curhat (pexels.com/Alena Darmel)

Perlu dipahami bahwa tidak semua komentar negatif berasal dari niat buruk. Malah biasanya anggota keluarga hanya ingin yang terbaik untukmu, meskipun cara mereka menyampaikannya kadang kurang tepat. Misalnya, komentar tentang pilihan pekerjaan bisa jadi berasal dari kekhawatiran mereka terhadap stabilitas keuanganmu, bukan karena meremehkan pilihanmu.

Dengan memahami niat di balik komentar tersebut, kamu bisa mengurangi rasa sakit hati dan lebih tenang dalam merespons. Tanyakan pada dirimu sendiri, “Apakah ini karena mereka peduli tapi tidak tahu cara yang lebih baik untuk menunjukkan perhatian?”

2. Tetap tegas tanpa harus kasar

ilustrasi berdebat (pexels.com/Mikhail Nilov)

Kamu berhak mempertahankan gaya hidup yang kamu pilih, selama tidak merugikan diri sendiri atau orang lain. Saat menerima komentar yang mengganggu, penting untuk bersikap tegas namun tetap sopan. Katakan dengan kalimat tenang, “Aku mengerti pendapatmu, tapi aku merasa nyaman dengan pilihan ini.”

Respons yang dewasa akan membantu keluarga memahami batasan tanpa memperkeruh suasana. Ini juga menunjukkan bahwa kamu sudah cukup matang untuk menentukan arah hidupmu sendiri.

3. Batasi topik yang rentan menimbulkan konflik

ilustrasi mengobrol (pexels.com/EKATERINA BOLOVTSOVA)

Jika kamu tahu ada topik tertentu yang selalu memicu komentar negatif, cobalah untuk membatasi pembicaraan soal itu saat bersama keluarga. Misalnya, jika setiap pembahasan soal jodoh selalu berujung tekanan, alihkan obrolan ke hal-hal lain yang lebih netral. Misalnya bahas tentang hobi, makanan, atau aktivitas ringan sehari-hari.

Menghindari topik sensitif bukan berarti kamu lemah, kok. Tetapi justru kamu sedang menjaga kedamaian dan keseimbangan dalam hubungan. Bayangkan saja jika setiap bersama mereka, yang dibahas hanya topik itu-itu saja. Pasti akan memperkeruh suasana bukan?

4. Bangun kepercayaan diri atas pilihanmu

ilustrasi percaya diri (pexels.com/Karolina Grabowska)

Alasan komentar dari keluarga terasa menyakitkan adalah karena kamu sendiri belum sepenuhnya yakin dengan keputusanmu. Kalau kamu sendiri masih penuh kebimbangan dan mudah terombang-ambing, wajar kalau keluargamu memberi saran. Maka penting untuk benar-benar mengenal siapa dirimu, apa yang kamu butuhkan, dan kenapa kamu memilih jalan hidupmu sekarang.

Ketika kamu sudah benar-benar merasa mantap dengan pilihanmu, komentar negatif tidak akan mudah menggoyahkan tekadmu. Kamu tidak perlu membuktikan apa pun ke siapa pun selain ke dirimu sendiri.

5. Cari dukungan emosional dari orang lain yang bisa memahamimu

ilustrasi curhat (pexels.com/Liza Summer)

Kalau kamu merasa tidak mendapat dukungan dari keluarga terkait gaya hidupmu, gak ada salahnya mencari support system dari teman, pasangan, mentor, atau komunitas yang lebih memahami. Kadang, kita memang perlu "keluarga kedua" untuk bisa tumbuh dengan sehat. Mendapatkan dukungan dari lingkungan yang menghargai perbedaan bisa menjadi penyemangat sekaligus penguat keyakinan bahwa pilihanmu tetap valid, meski tidak semua orang setuju.

Menghadapi komentar negatif dari keluarga tentang gaya hidup memang bukan perkara mudah, apalagi jika datang dari orang-orang yang amat kamu cintai. Tetapi dengan sikap yang dewasa, bijak, dan percaya diri, kamu tetap bisa menjaga hubungan keluarga tanpa harus mengorbankan jati dirimu. Ingat, kamu berhak hidup sesuai dengan nilai dan jalan yang kamu yakini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team