5 Komentar Negatif saat Merintis Usaha, Jangan Bikin Drop

- Komentar negatif bisa mempengaruhi psikismu
- Pertanyaan tentang modal bisa membuatmu merasa dicurigai
- Saran untuk beralih usaha lain sebaiknya dihadapi dengan senyuman
Merintis usaha apa pun memang tidak mudah. Kamu perlu mengenali dulu bidang usaha yang cocok untukmu, pasarnya harus tersedia dan potensial, serta pastinya butuh modal. Gak cuma itu, faktor mental juga berpengaruh besar terhadap kelanjutan usaha tersebut.
Kekuatan mental ini mesti ada dalam diri. Akan tetapi, terkadang mentalmu malah dijatuhkan orang-orang di sekitarmu. Dirimu tidak bisa berharap semua orang mendukung usahamu. Ada saja orang-orang yang merasa tak tahan sekadar diam dan melihatmu bekerja.
Mereka seperti berusaha mengganggu konsentrasi serta keteguhan hatimu dalam menjalankan usaha. Jaga mentalmu biar tetap kuat dan gak kalah oleh perkataan mereka. Komentar seperti di bawah ini jangan dibiarkan membuatmu ragu lalu akhirnya menutup usaha lebih cepat dari rencana semula.
1. Paling-paling gagal

Kalimat di atas mungkin sudah sering didengar olehmu. Tidak hanya ketika kamu merintis usaha seperti sekarang. Saat dirimu masih bersekolah dan hendak ikut lomba misalnya, barangkali ada juga komentar serupa. Lihat pola akibat yang ditimbulkan komentar itu terhadap psikismu.
Bila setelah mereka mengatakannya kamu tambah bersemangat buat membuktikan kebalikannya, ini bagus sekali. Namun jika dirimu lantas merasa cemas, kehilangan fokus, dan hampir yakin prediksi mereka bakal jadi kenyataan; ini gak boleh dibiarkan. Gunakan sisa pikiran yang tidak dikuasai oleh kecemasan buat melawan sugesti negatif yang coba ditanamkan mereka.
Mulailah dengan bertanya dalam diri, memangnya mereka tahu apa soal usaha? Apakah mereka telah malang melintang di dunia usaha sehingga ramalannya pantas diperhatikan? Ataukah mereka tidak lebih dari sekumpulan orang nyinyir dan dengki yang tak suka melihat orang lain maju? Bila mereka termasuk kelompok kedua, abaikan komentar negatif itu.
2. Modal dari mana tuh?

Dari segi isi kalimat tidak ada yang salah. Wajar ada orang ingin mengetahui sumber modal untuk usahamu. Khususnya apabila usahamu tampak butuh modal besar dan pekerjaan tetapmu kurang mendukung buat mewujudkannya. Atau, kamu malah sama sekali belum bekerja serta langsung merintis usaha tersebut.
Tapi saat pertanyaan di atas diajukan dengan nada sekaligus raut wajah sinis, pasti efeknya pada perasaanmu amat berbeda. Kamu merasa sedang dicurigai mendapatkan modal dengan cara yang kurang baik. Atau, tak masalah dengan caranya, tetapi biasanya bikin usaha cepat kolaps.
Contoh, dirimu meminjam modal usaha dari bank. Memang penggunaannya harus sangat hati-hati. Kamu juga mesti terlebih dahulu berhitung cermat terkait bunga serta potensi keuntungan usaha biar bisa bayar cicilan dengan lancar.
Namun, memang ada pengusaha yang usahanya tutup duluan sebelum utangnya ke bank lunas. Maka orang menjadi seperti ingin merendahkan pilihanmu pinjam modal ke bank sekaligus menakuti-nakutimu mengenai masa depan. Jangankan pinjaman modal dari bank, modal pemberian orangtua sendiri pun bisa bikin kamu dicibir. Padahal, gak ada salahnya orangtua membantu anak selama tak menghalalkan segala cara.
3. Memangnya hasilnya bisa buat hidup?

Pertanyaan ini biasa dilontarkan dengan nada meremehkan. Mereka bukan hendak mencari tahu berapa pastinya pendapatan dari usahamu. Akan tetapi, di balik pertanyaan tersebut terdapat kecenderungan belum apa-apa mereka telah yakin hasil usahamu pasti minim.
Gak salah kalau kamu kesal dan sontak ingin menjawab bahwa nyatanya sampai saat ini dirimu masih hidup. Tahan diri dulu. Kamu punya pilihan untuk menjawab sampai detail besaran pendapatan dari usaha itu. Atau, dirimu cuma merespons singkat serta membiarkan orang tetap bertanya-tanya dalam hati.
Contoh jawaban singkat hanyalah alhamdulillah. Dapat pula jawaban amin seakan-akan kamu menganggap pertanyaan mereka sebagai doa. Siapa tahu dirimu bukan cuma bisa hidup layak dari usaha tersebut, melainkan juga kaya raya. Bahkan kamu menebarkan banyak manfaat untuk orang lain melalui usaha itu.
4. Awas gak balik modal

Kamu yang keluar modal, tetapi orang lain yang ribut. Dirimu bahkan tidak meminjam uang sepeser pun padanya guna membuka usaha itu. Namun, begitulah. Ada saja orang yang terlalu sok tahu serta ikut campur terhadap ikhtiar orang lain buat berkembang. Tapi komentar seperti di atas juga bisa dilihat secara lebih positif.
Batasi kekesalanmu sebentar saja. Pandang ucapan seseorang sebagai pengingat supaya dirimu tetap waspada dalam menjalankan usaha. Kian besar modal yang sudah dikucurkan, makin bahaya jika sampai tidak tertutup oleh keuntungan usaha.
Ingatan ini mendorongmu untuk lebih giat mempromosikan usaha, menjaga kualitas produk, serta mengatur keuangan dan keinginan pribadi sebaik mungkin. Termasuk kamu menahan keinginan cepat-cepat buka cabang atau menambah karyawan jika modal awal saja belum kembali.
5. Mending usaha lain

Kebiasaan mendang-mending ternyata tidak hanya muncul ketika orang dihadapkan pada pilihan produk yang akan dibeli atau cara hidup. Mereka juga bisa dengan entengnya berkomentar serupa terkait usahamu. Contohnya, kamu buka usaha es teh. Orang bilang mending usaha kopi yang lebih keren dan jadi tempat favorit buat nongkrong. Atau, perbandingannya amat jauh sampai membuatmu bingung.
Misal, kemampuanmu di bidang pembuatan kue, tapi seseorang malah berkata mending usaha bengkel. Alasannya, orang membeli kue hanya jika benar-benar menginginkannya. Itu pun kadang masih diurungkan kalau lagi berhemat. Sementara itu, orang yang kendaraannya rusak mau gak mau pergi ke bengkel.
Mereka bahkan tak keberatan keluar banyak uang asalnya motor atau mobilnya kembali dapat dipakai dengan nyaman dan aman. Tarik napas dalam-dalam. Kalau bidang usaha yang disarankan masih mirip dengan usahamu sekarang, berarti dapat dijadikan alternatif seandainya kamu perlu banting setir atau mengembangkan usaha. Namun bila idenya di luar nalarmu cukup dihadapi dengan senyuman.
Dirimu telah susah payah merintis usaha. Jaga fokusmu dalam menjalankannya dari hari ke hari. Komentar-komentar seperti di atas jangan terlalu dipikirkan dan dimasukkan ke hati. Anggap saja rintangan kecil yang bila dilalui bakal bikin usahamu makin maju selangkah demi selangkah.