Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi parenting (pexels.com/Artem Podrez)
Ilustrasi parenting (pexels.com/Artem Podrez)

Ada banyak sekali model pola asuh yang sering digunakan orangtua dalam membesarkan anaknya. Salah satunya permissive parenting. Seperti apa sih pola asuh ini? Secara sederhana, permissive parenting adalah pola asuh yang cenderung terlalu membebaskan anak.

Lalu bagaimana dampak, ciri-ciri, dan cara mengubah pola asuh ini? Berikut penjelasan lengkapnya.

1. Seperti apa permissive parenting?

Ilustrasi parenting (pexels.com/Gustavo Fring)

Permissive parenting adalah gaya pengasuhan yang memberi kebebasan pada anak agar dengan sendirinya tumbuh tanggung jawab. Biasanya tipikal parenting ini orangtua tidak mau mengekang dan menekan anak.

Tapi mereka justru cenderung serba membolehkan dan membiarkan anak menentukan apa yang dia mau serta menjadi tanggung jawabnya. Pengasuhan permissive dinilai sangat lemah terhadap peraturan dan kedisiplinan.

2. Karakteristik permissive parenting

ilustrasi orangtua dan anak (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Setiap pola asuh pasti memiliki ciri-ciri atau karakteristik. Bagi kamu yang tak ingin terjebak dalam permissive parenting, harus tahu seperti apa tandanya. Untuk itu berikut ini beberapa karakteristik permissive parenting.

  • Sangat jarang atau bahkan tak pernah punya ekspektasi tertentu pada anak.
  • Jarang mendisiplinkan dan cenderung menghindari konfrontasi.
  • Sifatnya nontradisional dan memberikan banyak kelonggaran pada anak.
  • Lebih banyak memposisikan diri sebagai teman bagi anaknya.
  • Tidak konsisten terhadap peraturan yang dibuatnya sendiri dan jarang menegakkan konsekuensi.
  • Orangtua sangat memelihara, melindungi, dan tidak ingin anaknya tersakiti.
  • Biasanya suka menggunakan mainan, hadiah, dan makan sebagai sarana untuk mendisiplinkan perilaku anak.
  • Lebih menekankan kebebasan ketimbang tanggungjawab kepada anak.
  • Terkadang menanyakan pendapat anak tentang keputusan yang seharusnya diambil tegas oleh orangtua.

3. Dampak permissive parenting bagi anak

Ilustrasi parenting (pexels.com/Artem Podrez)

Setiap pola asuh pasti memberikan berbagai dampak bagi anak, tak terkecuali dengan permissive parenting. Tapi sayangnya, gaya pengasuhan ini lebih banyak memberikan dampak negatif. Berikut beberapa di antaranya:

  • Prestasi akademik anak cenderung rendah karena kedisiplinan yang kurang.
  • Anak menjadi lebih impulsif dan agresif, pasalnya pola asuh ini tidak mengontrol atau mengatur perilaku anak karena tidak ada batasan jelas.
  • Anak kurang mampu mengatur dirinya sendiri, karena sudah dibiasakan mengatur sendiri aktivitas, perilaku, dan emosinya sejak kecil.
  • Memiliki keterampilan sosial yang buruk, mereka cenderung lebih sedikit memiliki empati dan banyak yang berperilaku anti-sosial.
  • Tidak dapat membuat keputusan dengan baik, karena tidak menetapkan atau menegakkan aturan maupun pedoman dalam mengasuhan.
  • Tidak mampu mengatur waktu, karena kurangnya struktur dan aturan di rumah, sehingga anak tidak belajar mengenai batasan-batasan.
  • Lebih rentan terhadap penyalahgunaan zat dan konsumsi alkohol atau bentuk kenakalan lainnya.

4. Cara mengubah permissive parenting

Ilustrasi kegiatan parenting. (pexels.com/Gustavo Fring)

Setelah mengetahui dampaknya, tentu setiap orangtua tak ingin terjebak dalam pola asuh ini. Pasalnya, orangtua ingin memberikan yang terbaik bagi si kecil. Untuk itu, berikut ini beberapa tips mengubah permissive parenting.

  • Mulai untuk mengembangkan daftar aturan dasar di rumah, sehingga mereka belajar bagaimana berperilaku.
  • Cobalah untuk lebih tegas dan konsisten tapi tetap penuh kasih, sehingga anak memahami mengapa aturan harus ada.
  • Pastikan anak tahu bahwa selalu ada konsekuensi dari tindakan. Pasalnya aturan menjadi tak berguna jika tak ada konsekuensinya.
  • Menghargai setiap tindakan baik anak dan mencoba memberikan apresiasi atau pujian, tapi jangan terlalu berlebihan.

Bagi orangtua yang menerapkan permissive parenting memang perlu memiliki beberapa aturan. Sekalipun anak diberi kebebasan, tapi baiknya tetap ada batasannya, sehingga anak menjadi tidak terlalu dimanjakan.

Editorial Team