5 Strategi Belajar Efektif untuk Anak, dari Hafal Jadi Paham

- Anak lebih mudah memahami pelajaran jika relevan dengan kehidupan sehari-hari, seperti membagi kue untuk memahami pecahan matematika.
- Visualisasi dan teknologi membantu anak memahami konsep abstrak, dengan alat bantu visual atau platform pendidikan yang menarik.
- Pendekatan multisensory, diskusi, dan mengajarkan kembali membantu anak belajar secara efektif dan menyenangkan.
Pernahkah merasa frustrasi ketika anak dapat menghafal sesuatu, tetapi tidak benar-benar memahami apa yang dipelajarinya? Anak mungkin mampu menyebutkan definisi atau rumus, tetapi kesulitan menggunakannya di dunia nyata. Ini adalah dilema yang sering dihadapi oleh banyak orangtua.
Sebagai orangtua, tentu ingin anak tidak hanya pintar secara akademik tetapi juga mampu berpikir kritis, kreatif, dan memahami konsep dengan baik. Namun, kenyataannya, banyak anak terjebak dalam pola belajar yang hanya berfokus pada hafalan. Hasilnya, mereka kesulitan saat dihadapkan pada masalah nyata yang membutuhkan penerapan pengetahuan.
Kunci dari proses belajar yang efektif adalah membawa anak dari sekadar "menghafal" ke tahap "memahami." Untuk mencapai ini, dibutuhkan strategi yang kreatif, relevan, dan menyenangkan. Berikut strategi yang bisa diterapkan untuk membantu anak belajar lebih efektif dan bermakna.
1. Hubungkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari

Anak akan lebih mudah memahami sesuatu jika mereka dapat melihat relevansinya dengan kehidupan sehari-hari. Ketika pelajaran terasa tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari, mereka cenderung bosan dan hanya menghafal tanpa benar-benar memahami apa yang dipelajari.
Misalnya, jika anak sedang belajar tentang matematika dasar seperti pecahan, ajak mereka membagi makanan, seperti kue. Tunjukkan bagaimana satu kue yang dibagi menjadi empat bagian sama besar adalah "seperempat." Contoh sederhana seperti ini membuat konsep pecahan menjadi lebih nyata dan mudah dipahami.
Begitu pula untuk pelajaran sains. Jika anak belajar tentang siklus air, tunjukkan dalam kehidupan sehari-hari bagaimana air hujan menggenang, menguap di bawah panas matahari, lalu menjadi awan. Dengan mengaitkan pelajaran dengan hal-hal yang mereka lihat setiap hari, anak akan merasa bahwa apa yang mereka pelajari memiliki manfaat nyata.
2. Gunakan bantuan visual

Banyak anak, terutama di usia dini, membutuhkan bantuan visual untuk memahami konsep yang abstrak. Dalam hal ini, peran orangtua adalah menyederhanakan informasi abstrak dengan bantuan alat bantu visual seperti gambar, grafik, video, atau bahkan permainan.
Misalnya, untuk mengenalkan konsep geometri, gunakan balok mainan untuk membangun berbagai bentuk seperti kubus atau piramida. Visualisasi seperti ini memberikan pengalaman nyata yang membantu anak memahami konsep yang diajarkan.
Teknologi juga bisa menjadi alat yang sangat membantu. Platform seperti YouTube atau aplikasi pendidikan sering menyediakan video interaktif yang menjelaskan konsep-konsep sulit dengan cara yang menarik. Namun, pastikan kontennya sesuai dengan usia dan kebutuhan anak.
3. Libatkan indra anak (multisensory learning)

Anak-anak memiliki cara belajar yang berbeda-beda, ada yang lebih suka mendengar, melihat, atau bahkan bergerak. Untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar, gunakan pendekatan multisensory, yaitu melibatkan lebih dari satu indra anak dalam proses belajar.
Misalnya, ketika anak belajar mengeja kata, ajak anak menulis kata tersebut di pasir atau menggunakan plastisin untuk membentuk huruf-hurufnya. Ketika belajar tentang suara hewan, putar rekaman suara sambil menunjukkan gambar hewan tersebut. Metode ini tidak hanya membuat belajar lebih menyenangkan, tetapi juga membantu anak memproses informasi dengan lebih efektif.
4. Ajak anak berdiskusi

Diskusi adalah cara yang efektif untuk mengajak anak berpikir kritis dan mendalam. Melalui diskusi bisa menggali sejauh mana pemahaman anak dan membantu mereka menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang belum mereka pahami.
Sebagai contoh, jika anak sedang belajar tentang lingkungan, tanyakan, “Menurut kamu, apa yang terjadi kalau hutan terus ditebang tanpa ditanam kembali?” Pertanyaan semacam ini tidak hanya melatih logika mereka, tetapi juga mengajarkan empati terhadap isu-isu global.
Selain itu, diskusi membantu memperkuat hubungan antara orang tua dan anak. Anak merasa dihargai ketika pendapat mereka didengar, dan ini mendorong mereka untuk lebih terbuka dalam mengungkapkan pemikiran atau kebingungan mereka.
5. Latih anak untuk mengajarkan kembali

Salah satu cara terbaik untuk memahami sesuatu adalah dengan mengajarkan kembali. Ketika anak mencoba menjelaskan pelajaran kepada orang lain, mereka akan memproses informasi lebih dalam dan menemukan celah yang mungkin belum mereka pahami.
Minta anak untuk mengajarkan kembali pelajaran yang mereka pelajari di sekolah, seolah-olah mereka adalah guru. Biarkan mereka menggambar di papan tulis kecil atau menjelaskan dengan alat peraga sederhana.
Aktivitas ini tidak hanya membantu mereka memahami materi, tetapi juga melatih kemampuan komunikasi dan kepercayaan diri. Selain itu, proses ini membantu orangtua melihat sejauh mana pemahaman anak terhadap materi tersebut.
Membantu anak belajar dari hafal ke paham membutuhkan pendekatan yang kreatif dan personal. Dengan strategi yang tepat anak tidak hanya belajar menghafal materi, tetapi juga memahami dengan baik, sehingga memiliki dasar pengetahuan yang kuat untuk masa depan.