Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi orangtua dan anak bermain bersama (pexels.com/gustavofring)
ilustrasi orangtua dan anak bermain bersama (pexels.com/gustavofring)

Membangun hubungan emosional dengan anak itu lebih dari sekadar memberi makan dan menyekolahkan. Ikatan yang kuat hadir dari rasa percaya, kehadiran konsisten, dan kenyamanan yang membuat anak merasa aman menjadi diri sendiri.

Kalau kamu penasaran apakah hubunganmu dengan anak sudah cukup kuat dan aman secara emosional, beberapa tanda ini bisa jadi petunjuk pentingnya. Yuk, langsung simak artikel berikut ini!

1. Anak menjadikanmu sebagai rumah yang aman

ilustrasi ibu dan anak berbaring di tempat tidur (pexels.com/ketutsubiyanto)

Anak yang punya ikatan emosional kuat biasanya berani menjelajah lingkungan, tapi tetap kembali padamu untuk merasa tenang. Dilansir Parents, Dr. Sarah Bren, psikologis klinis, menyebut ini sebagai secure base, di mana anak akan “mengisi ulang” secara emosional sebelum kembali bermain.

 “Kamu bisa lihat ini saat anak bermain di taman, lalu kembali sejenak untuk mencari kehadiran orangtuanya,” jelas Dr. Sarah Bren.

Seiring bertambah usia, bentuk refueling ini bisa jadi lebih halus, mereka mungkin hanya mencari tatapanmu dari kejauhan. Anak yang merasa aman tahu bahwa kamu selalu ada ketika mereka butuh, bahkan tanpa harus bersentuhan langsung. Ini menandakan kamu adalah sosok yang memberi rasa stabil di dunia yang terus berubah bagi mereka.

2. Anak senang dan lega saat bertemu lagi setelah berpisah

ilustrasi orangtua menemani anak tidur (pexels.com/cottonbro)

Reaksi anak saat bertemu kembali setelah berpisah, entah itu usai sekolah atau main dengan teman bisa jadi cermin hubungan emosional kalian. Anak yang punya kelekatan aman biasanya menunjukkan rasa bahagia, antusias, bahkan langsung memelukmu.

“Perasaan lega dan bahagia ini mencerminkan bahwa ia merasa dicintai dan percaya kamu akan kembali,” kata Max Doshay, PsyD, CEO Monima Wellness, dilansir Parents.

Meski hanya berpisah sebentar, anak tetap menunjukkan kegembiraan karena kehadiranmu berarti kenyamanan. Reaksi seperti ini bukan sekadar lucu, tapi menandakan adanya fondasi emosi yang sehat. Kamu bukan hanya sosok otoritas, tapi juga rumah emosional yang mereka cari.

3. Mereka mencarimu saat tak nyaman

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/ketutsubiyanto)

Saat merasa sedih, takut, atau kesal, anak secara naluriah akan mencari kamu untuk menenangkan diri. Menurut Dr. Tracy Ho, seorang psikolog klinis berlisensi, dilansir Parents, anak dengan rasa aman percaya bahwa kamu bisa memenuhi kebutuhan emosional mereka. Ini menunjukkan bahwa mereka merasa aman untuk menunjukkan sisi rentan mereka.

Ketika anak menangis lalu hanya bisa tenang dalam pelukanmu, itu bukan tanda kelemahan melainkan tanda kepercayaan. Mereka tahu kamu hadir untuk meredakan perasaan tak nyaman, tanpa menghakimi. Ini adalah salah satu bentuk kelekatan emosional yang paling tulus.

4. Anak mampu menjalin pertemanan yang sehat

ilustrasi anak-anak perempuan sedang piknik (pexels.com/rdne)

Kamu bisa melihat kualitas ikatan emosional anak dari cara mereka membangun hubungan dengan teman sebayanya. Anak yang aman secara emosional biasanya bisa menyelesaikan konflik, meminta maaf, dan memaafkan dengan tulus.

“Kemampuan untuk memperbaiki hubungan adalah tanda bahwa anak belajar empati dan kepercayaan dari hubungan dengan orangtuanya,” jelas Dr. Sarah Bren.

Mereka tidak selalu cocok dengan semua orang, tapi mampu membangun koneksi bermakna dengan beberapa teman dekat. Anak juga belajar memberi orang lain kesempatan kedua dan melihat sisi baik dari sebuah konflik. Ini adalah hasil dari pola asuh yang suportif dan penuh kasih.

5. Anak mudah menyebutkan perasaannya

ilustrasi anak bermain di depan laptop (pexels.com/nicolabarts)

Anak yang mampu mengatakan, “aku sedih” atau “aku kesal,” sejak usia dini menunjukkan kecerdasan emosional yang tinggi. Dilansir Parents, menurut Maya Weir, psikolog klinis, anak usia tiga tahun dengan kelekatan aman biasanya sudah bisa menyebutkan beberapa jenis perasaan. Ini menandakan bahwa mereka telah menyerap cara mengelola emosi yang kamu contohkan.

Kemampuan ini lahir dari kebiasaan dibiasakan bicara tentang perasaan di rumah. Anak tahu bahwa emosi bukan sesuatu yang harus disembunyikan, melainkan bisa dibicarakan. Hal ini juga menjadi bekal penting untuk kesehatan mental mereka di masa depan.

6. Mereka tidak ragu menunjukkan kasih sayang

ilustrasi ibu duduk bersama dua anak (pexels.com/ellyfairytale)

Anak yang nyaman menunjukkan rasa sayang seperti memeluk tanpa diminta atau mengungkapkan rasa sayang biasanya punya ikatan emosional yang kuat. Menurut Dr. Ho, ekspresi kasih sayang ini muncul karena anak merasa aman untuk membuka diri secara emosional. Kalau anak terbuka mengekspresikan cinta, ini pertanda bahwa hubungan kalian sehat.

Tiap anak punya cara berbeda dalam menunjukkan afeksi, salah satunya ada yang lewat kata, ada yang lewat tindakan kecil. Tapi intinya, mereka tidak takut menjadi hangat dan dekat denganmu. Ini adalah fondasi penting untuk membentuk relasi sehat seumur hidup.

7. Anak melepas emosi setelah sekolah

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/kindelmedia)

Anak yang tampak rewel atau mudah marah setelah pulang sekolah sering kali bukan sedang ‘bad mood’. Ini bisa jadi bentuk restraint collapse, di mana anak melepaskan semua tekanan setelah menahan diri seharian.

“Mereka menyimpan sisi paling kacau hanya untuk kita, karena mereka tahu kita adalah tempat paling aman,” ungkap Dr. Sarah Bren.

Meskipun melelahkan bagi orangtua, ini sebenarnya tanda bahwa anak merasa nyaman mengekspresikan dirinya sepenuhnya. Mereka tahu kamu bisa menampung emosi mereka tanpa dihakimi. Jadi, saat anak mulai cranky setelah sekolah, kamu sebenarnya sedang dipercaya penuh sebagai rumah emosionalnya.

8. Anak lebih percaya diri

ilustrasi anak-anak mengerjakan tugas (pexels.com/anastasiashuraeva)

Anak yang berani menyatakan pendapatnya, menyebutkan keinginannya, bahkan menunjukkan keunikannya adalah anak yang tumbuh dalam ikatan emosional sehat. Mereka tidak takut tidak disukai karena merasa diri mereka sudah cukup dihargai . Ini adalah bentuk kepercayaan diri yang matang sejak dini.

“Anak yang memiliki kelekatan aman (secure attachment) umumnya lebih percaya diri, mereka merasa nyaman mengekspresikan siapa diri mereka dan kebutuhan mereka,” kata Weir.

Mereka tahu bahwa ekspresi diri diterima dalam rumah. Ini membuat mereka merasa cukup aman untuk tampil apa adanya di dunia luar. Dan ini adalah modal penting agar tumbuh jadi pribadi dengan harga diri stabil dan ketahanan mental yang tinggi.

Ikatan emosional yang kuat tercermin dari rasa aman anak untuk jadi diri sendiri dan dekat dengan orangtua. Hubungan ini jadi fondasi penting bagi tumbuh kembang emosional mereka. Yuk, terus rawat kedekatan ini sejak dini!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team