5 Tips Parenting Anak Berkebutuhan Khusus, Ekstra Sabar!

- Optimisme penting dalam mendampingi anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk mengontrol stres dan menerapkan perilaku positif.
- Tumbuh kembang ABK tidak sama dengan anak non-ABK, orangtua perlu mengajarkan kemandirian tanpa membandingkan dengan anak lain.
- Orangtua perlu meminta bantuan dari orang-orang sekitar atau profesional, merawat diri sendiri, dan memastikan hubungan persaudaraan yang erat bagi anak ABK.
Membesarkan anak tentu adalah sebuah tugas yang begitu menantang tapi juga sekaligus mulia. Orangtua harus memiliki bekal yang matang dari segi fisik, psikis, finansial, dan sebagainya untuk mendampingi proses tumbuh kembang anak dengan optimal. Proses mendampingi itupun tentu berbeda-beda disesuaikan dengan karakter dan kondisi anak, termasuk pada anak berkebutuhan khusus (ABK).
Para orangtua dengan ABK memiliki tantangan yang lebih besar, sebab ABK akan membutuhkan pendampingan yang ekstra dalam proses tumbuh kembangnya jika dibandingkan dengan anak-anak non-ABK lainnya. Yuk, simak beberapa tips berikut yang bisa orangtua terapkan demi proses parenting yang lebih optimal!
1. Orangtua harus punya sikap optimis

Memiliki sikap optimis dalam membesarkan ABK adalah hal yang sangat penting. Hal ini karena optimisme dalam diri dapat membuat orangtua lebih mampu mengontrol kadar stres dalam dirinya agar tidak berlebihan. Selain itu, dengan rasa optimis, orangtua bisa lebih mampu mengontrol tindakannya ketika sedang berada dalam situasi yang sulit. Hal ini akan menjadi poin plus bagi para anak.
Seperti yang dipahami, anak sejatinya banyak belajar dengan meniru perilaku orang terdekatnya, terkhusus orangtua. Jadi, kita harus pandai dalam bersikap agar apa yang mereka tiru adalah hal-hal yang positif. Dengan rasa optimis, para orangtua memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mampu menerapkan hal tersebut. Sebab, mereka akan mampu menghadapi berbagai tantangan, kesulitan dan permasalahan dengan cara-cara yang positif.
2. Konsisten mengajarkan hidup mandiri

Perlu dipahami bahwa tumbuh kembang ABK sejatinya tidak sama dengan anak non-ABK. Untuk itu, orangtua tidak boleh membandingkan tumbuh kembang anaknya dengan anak-anak lain seusianya. Namun, pemikiran ini seringkali membuat orangtua terjebak karena menganggap bahwa anaknya perlu untuk diawasi dan didampingi setiap saat selama 24 jam. Hal ini justru akan membuat anak menjadi semakin ketergantungan dengan kehadiran orang lain dan hal kesulitan untuk melakukan hal-hal sederhana.
Padahal, mengajarkan ABK melakukan hal-hal sederhana secara mandiri adalah tugas yang sangat penting. Hal ini karena kita paham bahwa tidak ada yang bisa menjami anak akan didampingi oleh orang lain seumur hidupnya. Jadi, latihlah ia untuk mandiri sedini mungkin, mulai dari merapikan barang-barang dalam kamarnya, membeli keperluan rumah seorang diri, dan lain sebagainya.
3. Jangan ragu meminta bantuan

Tidak dapat dipungkiri, sekuat dan setangguh apapun seseorang, akan ada masa di mana ia merasa tidak sanggup dan begitu lemah dalam menghadapi kondisi yang menantang, tak terkecuali bagi para orangtua ABK. Saat hal ini terjadi, orangtua sangat diperkenankan untuk meminta bantuan orang-orang sekitarnya dalam proses menjaga atau mengawasi sang anak. Atau, orangtua juga sangat dianjurkan untuk meminta bantuan para profesional atau terapis saat sedang kebingungan dengan tantangan yang dialami dalam konteks parenting.
Melibatkan orang-orang sekitar akan membuat kamu menjadi lebih tenang, nyaman dan aman. Kamu juga bisa saling berbagai dengan para orangtua ABK lainnya mengenai kesulitan yang pernah dialami dan cara untuk keluar dari kesulitan itu. Hal ini akan membuat kamu menjadi lebih kuat karena menyadari bahwa dirimu tidak berjuang seorang diri serta bisa membuat pikiranmu lebih terbuka dalam hal mendidik dan membesarkan anak berkebutuhan khusus.
4. Luangkan waktu untuk 'me-time'

Tak kalah penting, banyaknya energi yang dibutuhkan dalam membesarkan seorang anak membuat sesi me-time adalah sesi yang tidak boleh ditinggalkan. Sesekali, orangtua perlu menikmati waktunya seorang diri agar tidak mengalami stres atau psychological burden yang bisa menjadi akar dari berbagai permasalahan psikologis yang lebih serius. Dengan me-time, kamu bisa mengisi kembali energi yang telah terkuras selama ini.
Saat melakukan me-time, kamu bisa meminta bantuan orang-orang sekitar untuk menggantikan peranmu terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar kamu bisa lebih fokus dalam memperhatikan diri sendiri. Jangan karena terlalu fokus dengan anak, kamu akhirnya mengabaikan kesejahteraan diri sendiri, ya!
5. Rawat hubungan anak dengan saudaranya

Bila ABK memiliki saudara lainnya, orangtua perlu memastikan bahwa keduanya memiliki hubungan persaudaraan yang erat. Seringkali, orangtua terlalu fokus pada anak yang berkebutuhan khusus karena merasa ABK lebih membutuhkan perhatian dan fokus yang besar hingga mengabaikan anak lainnya. Hal ini tentu wajar terjadi. Tapi, usahakan untuk tetap memberikan perhatian yang sama rata kepada keduanya agar terjalin hubungan yang positif.
Cobalah bangun suasana yang membutuhkan kolaborasi dan kerjasama tim bersama anak-anak. Dengan begitu, semua anak akan merasakan ikatan batin yang kuat dan menyadari bahwa ia dan saudaranya adalah keluarga. Hal ini juga bisa meningkatkan self-esteem anak saat ia mampu dekat dengan para saudaranya.
Membesarkan anak yang berkebutuhan khusus memang akan membutuhkan tenaga, kesabaran serta pemahaman yang lebih ekstra. Tapi, yakinlah bahwa setiap anak sejatinya adalah anugerah dari Tuhan. Jadi, hadapilah dengan ikhlas dan lapang dada setiap tantangan yang ada. Semoga senantiasa diberikan kekuatan dan kesabaran yang tiada batas!