Uninvolved Parenting, Pola Asuh yang Bikin Anak Jadi Orang Gelandangan

28 Jul 2019, 18:25 WIB

pexels.com/malcolm garret

Uninvolved parenting atau pola asuh tak terlibat, adalah cara pengasuhan yang ditandai oleh sedikit harapan dan tidak terlalu responsif. Gaya pengasuhan ini juga dikenal dengan pola asuh lalai. Anak-anak dibiarkan sendiri dan merasa tidak dicintai. Beberapa orang tua bahkan menolak anak-anak mereka sama sekali. Kurangnya cinta dan perhatian akan menghambat perkembangan emosionl, bahkan mungkin sakit jiwa.

Merawat anak memang sulit, tetapi mereka terlalu kasihan diperlakukan seburuk itu. Demi mencegah pengabaian dan pelecehan, penting untuk memastikan bahwa anak-anak dirawat dengan baik. Ketika sudah dewasa dan pergi ke dunia nyata, mereka harus siap untuk menghadapi segalanya. Seorang anak harus nyaman melihat dunia, dan dibesarkan dengan cara ini tidak akan membantu tujuan itu.

1. Mengabaikan anak akan merusak cara mereka berinteraksi sosial

pexels.com/photo/Pixabay

Pola asuh tak terlibat tidak menghasilkan apa-apa selain kesengsaraan pada anak. Otak anak yang sedang berkembang mengambil isyarat sosial dari dunia di sekitar mereka. Sebuah rumah yang mengabaikan kehadirannya tidak memberikan panduan dengan baik. Seorang anak yang terabaikan, mengabaikan orang lain menjadi kenyataan.

Ketika dewasa mereka menjadi terkucil atau menunjukkan perilaku antisosial. Pengabaian yang terjadi dalam kehidupan awal lebih merusak perkembangan moral, kognitif, dan perilaku sosial.

2. Menjadi korban pelecehan atau bullying

pexels.com/photo/Pixabay

Orang tua memiliki peran besar dalam mencegah bullying di antara anak-anak. Penelitian menunjukkan bahwa pola asuh abai dapat menyebabkan anak-anak diganggu oleh teman sebaya atau oleh saudara yang lebih tua. Pengaruh buruk perundungan lebih kuat pada anak perempuan daripada anak laki-laki.

3. Peluang penyalahgunaan zat dan nilai akademik rendah

Foto hanya ilustrasi. (pexels.com/Pixabay)

Dukungan keluarga menjadi faktor penentu dalam penyesuaian masa kanak-kanak menuju masa remaja. Dukungan keluarga dapat mencegah remaja dari penyalahgunaan zat maupun perilaku bermasalah lainnya.

Seorang remaja yang ibunya berwibawa 39 persen lebih rendah untuk pesta minuman keras, dan 43 persen lebih sedikit menggunakan ganja daripada remaja yang ibunya lalai. Penelitian juga menunjukkan bahwa ketika orang tua menolak dan lalai, anak-anak menunjukkan beberapa masalah akademik, dan mencapai skor terendah dalam ujian.

4. Mendorong munculnya disfungsional kinerja otak

pexels.com/meo

Mengabaikan pengasuhan anak juga dapat mengakibatkan depresi dan disfungsional otak. Gaya pengasuhan tidak terlibat, bersama dengan paksaan fisik, pelecehan verbal, dan ketidakpedulian, diketahui berhubungan erat dengan kecemasan sosial. Kurangnya dukungan keluarga berdampak serius pada kepercayaan diri mereka.

5. Pengabaian dikaitkan dengan PTSD dan ADHD

pixabay.com/Engin_Akyurt

Kelalaian telah dikaitkan dengan penyakit seperti gangguan panik, PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), dan bahkan beberapa gangguan disosiatif. Ini juga dapat menyebabkan gangguan memori dan depresi. Seorang penyandang depresi, apalagi sudah akut, akan sulit menjalani kehidupan mandiri. Ini berisiko menjadikannya gelandangan ketika tidak ada lagi dukungan baik dari kerabat maupun saudara.

Lantas, bagaimana cara agar anak-anak kita tidak menjadi gelandangan suatu saat nanti?Mudah saja. Cintai dan sayangi mereka karena anak adalah amanah Illahi yang harus kita jaga. Abai terhadap perkembangan anak sama artinya mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan oleh-Nya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.