10 Kata dalam Bahasa Jawa dan Maknanya, Tahu Apa Artinya Kelodongen?

Peran anak muda sangat penting dalam pelestarian bahasa daerah. Meski semua orang harus bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam percakapan lisan maupun tulisan, bahasa daerah gak boleh dilupakan. Orangtua pun mesti mengajarkannya di rumah.
Jangan mengandalkan pelajaran bahasa daerah di sekolah karena jamnya lebih sedikit daripada mata pelajaran lainnya. Sekalipun belajar bahasa asing juga penting, bahasa daerah masing-masing gak boleh dianggap kuno lantas dianaktirikan. Termasuk bahasa Jawa.
Jangan sampai kamu sendiri yang lahir dan besar di Jawa merasa asing dengan bahasanya. Bagaimana dirimu akan mengajarkannya pada anak-anak bila tidak menguasainya?
Yuk, tambah pengetahuanmu akan kosakata dalam bahasa Jawa. Sepuluh di antaranya ada di bawah ini. Hindari kamu salah konteks ketika memakainya.
1. Kelodongen

Seperti ilustrasi di atas, kata kelodongen erat kaitannya dengan kegiatan bersantap. Kata ini berarti kekenyangan. Contoh penggunaannya dalam kalimat berbahasa Jawa ialah, "Ojo mangan kakehan mengko kelodongen."
Dalam bahasa Indonesia, kalimat tersebut berarti, "Jangan makan terlalu banyak nanti kekenyangan." Namun meski kelodongen berarti kekenyangan, kata lodong saja tidak umum digunakan untuk mengatakan kenyang. Bahasa Jawa untuk kenyang yang sering digunakan ialah wareg.
2. Kukur-kukur

Sekilas kata ini memang mirip kata ukur dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, artinya ternyata berbeda sekali. Ukur dalam bahasa Indonesia berkaitan dengan kegiatan menghitung jarak, suhu, panjang, lebar, dan sebagainya. Sementara itu, kukur-kukur bermakna garuk-garuk.
Misalnya, saat kamu merasakan gatal di kulit. Dirimu menggaruknya beberapa kali sampai rasa gatal hilang. Contoh kalimatnya, "Timbang kukur-kukur wae mending adus sisan ben gatele ilang." Jika kalimat di atas diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi, "Daripada garuk-garuk terus mending mandi sekalian biar gatalnya hilang."
3. Ngeker-ngeker

Meski ngeker-ngeker terdengar mirip kukur-kukur, artinya amat lain. Ngeker-ngeker berarti memberantakkan dengan cakar. Kata ini kerap digunakan untuk menggambarkan tingkah ayam yang mencakar-cakar tanah buat mencari makanan. Namun, kata yang sama terkadang juga dipakai buat konteks memberantakkan tumpukan pasir bahkan makanan di piring.
Contohnya saat orangtua menegur anak yang tidak kunjung menghabiskan nasi di piring. Nasi dan lauk malah hanya diaduk-aduk sampai bercampur dan tampak berantakan. Kalimatnya dalam bahasa Jawa yaitu, "Ojo ngeker-ngeker panganan koyo ngono. Ndang dienteke." Maknanya, "Jangan memberantakkan makanan seperti itu. Segera habiskan."
4. Teles jebes

Teles artinya basah. Tambahan jebes berfungsi untuk menggambarkan keadaan yang basah kuyup. Air sampai menetes-netes dari tubuh atau pakaian. Kata ini misalnya digunakan ketika kamu pulang kehujanan tanpa memakai mantel atau payung. Teman kosmu mungkin akan bertanya, "Kok iso nganti teles jebes ngono?"
Dalam bahasa Indonesia, pertanyaan di atas berbunyi, "Kok bisa sampai bahasa kuyup begitu?" Teles jebes juga dapat dipakai saat jemuran kehujanan sehingga basah lagi. Jemuran yang seharusnya telah kering malah bisa diperas seperti baru saja dicuci.
5. Gulung koming

Gulung dapat diartikan sebagai berguling. Namun, gulung koming punya makna kiasan. Bukan sekadar seseorang berguling-guling terus. Kata ini menggambarkan keadaan yang sangat memayahkan atau bikin pusing tujuh keliling. Gulung koming sering dipakai ketika seseorang mengeluhkan kesusahannya dalam mengerjakan sesuatu atau menanggung beban.
Misalnya, saat kamu mencari-cari benda kecil di antara berbagai tumpukan barang. Saking sulitnya seperti berusaha menemukan jarum di tumpukan jerami, dirimu dapat berkata, "Wah, lehku nggoleki nganti gulung koming tetep ra ketemu." Artinya, "Wah, aku mencarinya sampai susah payah tetap gak ketemu."
Contoh lain penggunaan kata ini ialah ketika seseorang menahan sakit yang teramat. Ia mengatakan, "Rasane nganti gulung koming." Kamu dapat membayangkan dia meringkuk dan berguling ke kanan serta kiri saking sakitnya.
6. Tratapan

Tratapan sama sekali gak ada hubungannya dengan tatap atau bertatapan dalam bahasa Indonesia. Kata dalam bahasa Jawa tersebut bermakna kaget yang sampai membuat jantung berdetak kencang dan untuk sesaat orang mengalami kepanikan. Contoh situasinya, ketika di tengah keheningan malam tiba-tiba ada suara jeritan.
Orang yang mendengarnya tidak sekadar terkejut. Ia pasti juga seketika membayangkan berbagai hal buruk yang mungkin telah terjadi pada orang itu. Kejadian yang lebih sering misalnya, tratapan karena mendengar suara kencang knalpot atau obrolan dua orang yang memakai nada tinggi sehingga seperti sedang berantem.
7. Nglilir

Kamu pasti pernah mengalami fenomena yang disebut dengan nglilir. Kata ini merujuk pada dirimu terbangun di tengah tidur. Ini dapat terjadi karena penyebab tertentu seperti terdengar suara-suara yang mengganggu istirahatmu. Bisa pula kamu ingin buang air kecil atau sekadar ganti posisi tidur.
Dirimu terjaga untuk sesaat, kemudian lanjut tidur lagi. Berkali-kali nglilir juga menjadi tanda kualitas tidurmu yang buruk. Rasa segar setelah bangun tidak sama dengan seandainya kamu tidur nyenyak selama 7 jam.
Bila ada teman yang berasal dari Jawa dan dia tampak menguap terus, kamu bisa bertanya, "Kok angop wae ki le turu mau bengi kerep nglilir po?" Artinya, "Kok menguap terus, apakah kamu kerap terjaga saat tidur semalam?"
8. Kancilen

Kancilen gak ada sangkut pautnya dengan hewan kancil. Kata ini punya makna yang hampir sama dengan nglilir, tetapi kamu jangan sampai salah memakainya. Perbedaannya terletak pada sulit atau mudahnya dirimu terlelap lagi setelah momen terbangun dari tidur. Kalau kamu nglilir, setelahnya masih cukup mudah untuk tidur kembali.
Sementara bila dirimu kancilen, selepas terjaga bisa gak tidur lagi selama satu jam bahkan lebih. Bukan karena kamu memang ingin bangun lebih awal, tetapi rasa kantuk seperti mendadak hilang sepenuhnya.
Kancilen sering terjadi bila kamu tidur malam terlalu awal sehingga terbangun di tengah malam. Atau, siangnya dirimu tidur terlampau lama. Malamnya kamu menjadi sulit terlelap walaupun lampu kamar telah dimatikan.
9. Gringgingen

Gringgingen sama dengan kesemutan dalam bahasa Indonesia. Kesemutan bukan artinya sungguh-sungguh dikerumuni semut, ya. Namun, sensasi seperti ada banyak semut di bagian tubuh tertentu. Biasanya tangan dan kaki. Misalnya, kamu terlalu lama duduk dengan melipat kaki sehingga kesemutan.
Jangan bingung lagi saat kamu mengajak teman untuk pergi dan ia berkata sembari mencoba bangkit dari duduknya, "Sik, sikilku gringgingen." Artinya, "Sebentar, kakiku kesemutan. Beri dia waktu buat meluruskan kakinya sampai rasa kesemutan itu hilang.
10. Ngguguk

Dalam bahasa Indonesia, guguk kerap dipakai anak-anak untuk menyebut anjing karena suaranya terdengar seperti itu. Akan tetapi hati-hati bila ada orang berkata, "Wonge ngguguk terus ket mau ra mandek-mandek." Bila kamu cuma tahu sebagian artinya, jangan mengira dia sedang menyamakan seseorang dengan guguk alias anjing.
Kalimat tersebut sebenarnya berarti, "Orangnya menangis tersedu-sedu sejak tadi tidak kunjung berhenti." Ya, ngguguk dalam bahasa Jawa mempunyai makna tangisan yang sampai mengeluarkan suara dalam waktu cukup lama. Dia kesulitan bicara, napasnya tersengal-sengal, dan bahunya berguncang.
Masih banyak kata dalam bahasa Jawa yang belum tentu ada di mesin penerjemah berbasis internet. Lain daerah juga memungkinkan untuk adanya sebutan yang berbeda buat makna yang sama.
Inilah kekayaan bahasa daerah yang harus dirawat. Pelajari sedikit demi sedikit. Terpenting dirimu gak salah dalam menggunakan setiapnya sesuai konteks apalagi keliru mengajarkannya pada anak.