13 Tanda Nyata Kamu Perlu Istirahat dari Sosial Media

Orang yang terinspirasi itu lebih banyak menginspirasi. Media sosial bukan salah satu tempat menginspirasi yang tepat karena bisa saja dibumbui rekayasa. Jika kamu merasa belum melakukan sesuatu yang bahkan belum menginspirasi orang lain untuk hal-hal yang positif, berarti kamu perlu melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih terasa untuk sekitar.

Ngerasa gak kalau kita udah lama gak nongkrong bareng temen-temen? Kita lebih sering menghabiskan waktu sambil berbaring pegang HP dan mantengin media sosial buat komunikasi sama teman-teman. Hal itu berdampak pada kebiasaan kita yang berubah menjadi malas dan merasa kurang bahagia.

Kamu sudah menulis hal-hal yang ingin kamu lakukan seharian. Tetapi karena tiba-tiba di ajak chat gebetan atau gebetan lagi online, kamupun jadi ikut nimbrung. Kamupun jadi lupa kalau masih ada beberapa agenda yang perlu kamu selesaikan. Dengan mudahnya kamupun memutuskan untuk menunda kegiatanmu tersebut lain waktu.

Saat berbicara dengan teman, saat menunggu dan saat sedang capek belajar, kamu mulai kembali membuka media sosial. Ujung-ujungnya kamu jadi menghabiskan sebagian waktumu untuk membuka media sosial dari pada mati gaya dan takut terlihat aneh.

Proyek atau pekerjaanmu butuh fokus yang besar dan kamu sebenarnya tidak boleh sampai merasa terganggu. Kesalahan yang sering terjadi adalah berusaha segera menyelesaikan pekerjaan tanpa memikirkan hasil akhirnya. Intinya harus cepat selesai biar bisa kembali ke media sosial atau main game untuk refreshing. Bahkan lebih sering menyalahkan adanya deadline kerjaan.

Setiap hal yang kamu lakukan sehari-hari atau apapun yang sedang kamu hadapi, rasanya ingin selalu diposting ke Facebook. Bahkan tanpa sadar, hal-hal yang seharusnya gak pantas dibagi di media sosialpun ikut muncul. Kalau sudah sampai kayak gini, kamu harus sadar kalau ini sudah mulai gak sehat.

Adanya media sosial itu lebih banyak membuat kita terbawa emosi dengan mudah. Sebenarnya itu karena kita sendiri yang gak bijak menggunakan media sosial dan sangat bergantung pada hal tersebut. Sampai-sampai mood kitapun berubah buruk seharian hanya karena melihat foto mantan dan pacar barunya.

Kamu jadi lebih banyak merasa mudah ragu daripada membuat kata-kata yang meyakinkan. Saat melihat ke layar HP dan ada orang yang bertanya, kamupun tidak menyadari apa saja yang telah diutarakan lawan bicaramu. Efeknya kamu jadi terlihat ragu dan membuat orang juga jadi gak nyaman ngomong sama kamu.

Saking asyiknya menghabiskan waktu lebih banyak untuk media sosial, hasilnya jadi gak kerasa kalau udah gak update buku-buku bagus lagi. Sayang banget kalau udah kehilangan hobi yang sangat bermanfaat ini. Sebaiknya membaca status orang yang dikurangi dan lebih banyak membaca buku-buku menarik.

Awalnya kamu udah niat banget pengen olahraga dengan penuh semangat. Tiba-tiba perasaan itu hilang setelah kamu melihat sesuatu di media sosial yang membuatmu jadi mengurungkan niat untuk olahraga. Padahal susah banget membangun niat buat olahraga, sekali muncul hilang gara-gara pengen lihatin foto-foto barunya gebetan.

Kecanduanmu sama media sosial membuatmu terbutakan. Bahkan kamu sampai berharap kalau media sosial itu membawa dampak yang positif buat kamu. Padahal jika kamu hitung-hitung dan ingat kembali, hasilnya belum tentu positif jika tidak bijak memakainya. Banyak konflik yang terjadi karena penyalahgunaan media sosial.

Gak banyak lagi waktu yang tersisa buat melakukan hobi yang biasa dikerjakan. Yang biasanya suka utak-utik flanel atau kertas origami jadi hiasan-hiasan yang bisa dijual, kini beralih ke media sosial yang cuma butuh rebahan di kasur. Bahkan lebih niat mengambil foto dan diposting saat melakukan sesuatu daripada menikmatinya.

Perkembangan diri adalah hasil dari refleksi yang tidak terganggu. Sekarang terasa lebih sulit untuk mengakses dan memahami pikiran karena otak lebih mengacu pada membuka apa yang ada di media sosial. Sepertinya jadi sulit untuk memahami diri sendiri apakah sudah menjadi pribadi yang baik.

Sepertinya perlu motivasi yang kuat untuk membatasi penggunaan media sosial untuk diri kita sendiri. Rasa penasaran kita tentang apa saja yang terjadi di kehidupan orang lain membuat kita terus-terusan ingin mengecek media sosial. Jika ada kesempatan, bolehlah dicoba lagi untuk cuti media sosial selama satu minggu. Lalu, kita lihat bagaimana rasanya?