Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Dampak Trauma Masa Kecil terhadap Hubungan Asmara saat Dewasa

ilustrasi pasangan (pexels.com/SHVETS Production)

Kejadian gak mengenakkan di masa kecil berisiko meninggalkan trauma mendalam bagi seseorang. Dampaknya bisa terlihat saat ia beranjak dewasa, apalagi jika diabaikan tanpa penanganan yang tepat.

Bukan tanpa alasan, trauma diketahui dapat memengaruhi perilaku seseorang secara negatif. Hal ini juga kerap kali gak disadari. Beberapa perilaku yang muncul sebagai respons trauma bisa memengaruhi berbagai aspek kehidupan, salah satunya hubungan asmara.

Berikut ini dampak yang ditimbulkan trauma masa kecil terhadap hubungan asmara saat seseorang beranjak dewasa. Pelajari lebih lanjut, yuk!

1. Memiliki trust issue

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Alex Green)

Kepercayaan merupakan aspek penting dalam hubungan. Namun, trauma masa kecil yang dialami seseorang membuatnya kesulitan untuk memercayai orang lain, termasuk pasangannya sendiri. Alhasil, hubungan dipenuhi rasa curiga, kecemasan, dan ketakutan yang membuat satu sama lain merasa gak nyaman. 

Trust issue biasanya muncul sebagai bentuk perlindungan diri. Karena takut disakiti, seseorang enggan membiarkan orang lain terlibat dalam kehidupannya lebih jauh. Ini juga yang menjadi alasan seseorang sulit membuka diri pada pasangannya.

2. Sulit mengontrol emosi

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Timur Weber)

Regulasi emosi menunjukkan cara seseorang merespons situasi. Sebelum bereaksi pada kejadian di sekitar, sebaiknya seseorang berpikir rasional terlebih dahulu sehingga ia gak membiarkan kondisi eksternal menguasai dirinya.

Namun, kehadiran trauma cenderung menyulitkan seseorang untuk mengontrol emosinya. Perubahan suasana hati yang cepat kerap dijumpai sebagai salah satu manifestasinya. Ia bisa saja merasa senang gak kepalang, sedih dan frustrasi beberapa detik kemudian, dan meledak saat dihadapkan dengan kejadian yang menyulut amarah.

3. Sulit membangun komunikasi yang sehat

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Vera Arsic)

Gaya komunikasi seseorang merefleksikan pola komunikasinya di masa kecil. Sebagai contoh, anak yang menyaksikan orangtuanya bertengkar dan berteriak sepanjang waktu menganggap itu sebagai solusi dalam menangani konflik, sehingga ia menjadi sosok yang agresif saat dewasa.

Seseorang dengan trauma mendalam juga bukan gak mungkin kesulitan mengekspresikan perasaannya, karena terbiasa gak didengarkan dan diperhatikan sejak kecil. Akibatnya, ia hanya memberikan kode kepada pasangan dan merasa kecewa ketika sang pasangan gak menangkap arti kodenya.

Seiring waktu, beberapa hal di atas bukan gak mungkin menempatkan hubungan di ujung tanjuk. Ini juga membentuk pola yang terus berulang sampai traumanya ditangani dengan baik. Untuk itu, sebaiknya konsultasikanlah dengan tenaga profesional apabila kamu mengalami beberapa hal di atas agar kamu bisa menjalin hubungan asmara yang sehat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nadhifa Arnesya
EditorNadhifa Arnesya
Follow Us