3 Kebiasaan Buruk yang Membuatmu Terjebak dalam Manipulasi Orang Lain

- Manipulasi dapat terjadi melalui gaslighting, penyangkalan, dan sikap pasif-agresif yang membuat dirimu mempertanyakan diri sendiri.
- Ketika mengonfrontasi si manipulator, ia akan menyangkal dan melempar kesalahan padamu, membuatmu merasa bersalah tanpa alasan.
- Membela diri saat dimanipulasi hanya akan membuatmu semakin terperangkap, penting untuk percaya pada dirimu sendiri dan berani mengungkapkan pendapat.
Manipulasi terjadi ketika seseorang berusaha untuk mempengaruhi dan mengontrol sikapmu demi keuntungannya pribadi. Contoh perwujudannya adalah gaslighting, penyangkalan,sikap pasif-agresif dan masih banyak lagi. Kamu jadi mempertanyakan dirimu sendiri, dan lebih memilih untuk percaya pada orang lain.
Bagaimana jika ternyata selama ini, kamu secara tidak langsung membantu orang lain untuk membuatmu tetap terjebak dalam taktik manipulasinya? Untuk itu, kenali tiga kebiasaan yang ternyata membuatmu semakin tertindas. Ingat, kamu pun perlu respek terhadap diri sendiri.
1.Kamu meminta maaf, walau tahu tidak melakukan kesalahan

Ketika kamu mengonfrontasi si manipulator dan menanyakan tentang sikapnya, ia pasti akan berbelit-belit menyangkal, bahkan tidak segan-segan melempar kesalahannya padamu. Ia akan berkata hal-hal seperti, “Karena kamu, sih, aku jadi begini”, atau “Aku nggak pernah berniat buruk, kamu aja yang terlalu sensitif”.
Lalu akhirnya, kamu meminta maaf karena telah “over-reacted”. Padahal, jauh di dalam kamu pun tahu kamu tidak melakukan kesalahan apa-apa.
Kebiasaan ini mungkin kelihatan baik karena menghindari konflik, tapi sangat destruktif bagi dirimu dan hubungan. Alih-alih bertindak dengan berani dan percaya diri, kamu malah mengembangkan keraguan pada dirimu. Semakin mudah pula untuk orang mengendalikanmu, toh kamu saja tidak percaya dengan apa yang kamu alami dan rasakan.
2.Kebiasaan untuk over-explaining dengan harapan ia akan mengerti

Saat seseorang berusaha memanipulasi atau melakukan gaslight terhadapmu, reaksi pertamamu adalah membela diri. Namun tahukah kamu, hal ini malah akan semakin membuatmu terperangkap lebih dalam.
Kamu jadi terjebak dalam siklus pembuktian dan haus validasi. Padahal, si manipulator sendiri tidak peduli pada kebenaran. Yang mereka pedulikan adalah cara untuk mengendalikan dan mengontrolmu.
Terlebih dulu, kamu harus percaya dengan dirimu sampai di tahap tidak butuh pembuktian dan validasi orang lain. Apa pun yang ia katakan tidak akan membuatmu goyah, karena kamu sudah tahu kebenarannya. Jangan biarkan ucapan mereka kembali menyeretmu dalam keraguan diri yang tidak berujung.
3.Kamu terbiasa diam untuk menghindari konflik

Terlalu banyak bicara tidak baik, tapi diam juga bukan solusinya. Dengan diam, secara tidak langsung kamu membiarkan si manipulator untuk bebas mengarang cerita sesuai dengan keinginannya.
Di saat-saat tertentu, penting untukmu mengatakan pendapatmu. Kalau memang tidak setuju, ucapkan saja dengan jujur, terbuka, dan apa adanya. Konfrontasi ini akan kembali menegaskan prinsipmu dan membuat doi mundur.
Tidak mudah berhadapan dengan seorang manipulator. Terkadang kamu mempertanyakan pendapat dan perasaan diri sendiri, terkadang kamu menyalahkan dirimu. Yang paling penting ialah kesadarandiri. Saat kamu menyadari bahwa suara dan pendapatmu layak didengar, maka kata-kata orang tidak akan mudah membuatmu goyah.