Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Jangan Bandingkan Pengeluaran Bujangan dengan Lelaki Beristri

ilustrasi orang kaya (pixabay.com/un-perfekt)

Dalam pandangan golongan tertentu, laki-laki yang sudah berumah tangga sudah pasti memiliki pengeluaran jauh lebih besar daripada seorang lajang. Hal tersebut tentu saja tidak selamanya salah, namun belum tentu juga sepenuhnya benar. Sama halnya seperti pemasukan, pengeluaran juga bersifat relatif dan tak bisa ditakar dan dibandingkan antara satu kebutuhan dengan kebutuhan lainnya. 

Dianggap gajinya utuh, berikut ini beberapa alasan jangan bandingkan pengeluaran bujangan dengan lelaki beristri. Mulai dari sekarang, hentikan sikap itu sebab setiap orang punya pengeluaran yang berbeda-beda.

1. Tak peduli status, setiap orang punya kebutuhan dan pos pengeluarannya masing-masing

ilustrasi orang salaman (pixabay.com/Ralphs_Fotos)

Pengeluaran bulanan setiap orang, tidak selalu harus berbanding lurus dengan status pernikahannya. Sama sekali tak berhubungan dengan lajang atau yang sudah menikah, setiap orang tentu saja sudah punya pos pengeluarannya masing-masing. 

Jika mau disandingkan, pos pengeluaran keduanya sama-sama selalu berkutat di seputar sandang, pangan, dan papan. Jika pun yang sudah menikah punya kebutuhan yang tidak dikeluarkan lajang, lajang juga punya pengeluaran lain yang tidak jadi kewajiban yang sudah jadi suami. Jadi, lajang atau yang sudah menikah sama-sama punya kebutuhan dan pengeluaran mendesaknya sendiri-sendiri. 

2. Bujangan bisa saja jadi tulang punggung bagi keluarganya sehingga punya tanggungan banyak

ilustrasi laki-laki melamun (pixabay.com/nipunharitash)

Beberapa lajang yang punya penghasilan tetap, bukan berarti pengeluarannya lebih sedikit dari laki-laki yang sudah menikah. Bisa jadi, atas kondisi tertentu, seorang lajang malah bisa saja menjadi tulang punggung dalam keluarganya sendiri. 

Bukan hanya untuk kebutuhan sendiri, lajang yang punya tanggungan akan menggunakan penghasilannya untuk menutupi kebutuhan anggota keluarga lainnya. Tak hanya mengenai kebutuhan primer, terkadang pengeluaran lajang juga menjangkau biaya atas kebutuhan sekunder dan perintil-perintilannya. 

3. Kebutuhan hidup itu relatif, jadi tidak bisa ditentukan dari status

ilustrasi orang santai (pixabay.com/Peggy_Marco)

Karena jumlah pengeluaran setiap orang itu relatif, maka tak ada alasan untuk membandingkan kebutuhan lajang dan yang sudah menikah. Seorang suami yang sudah punya anak istri memang punya kebutuhan yang cukup beragam dan banyak. Namun, bukan berarti yang lajang tak punya kebutuhan dan pengeluaran lain yang mendesak. 

Besaran pengeluaran lajang juga tidak serta-merta berada di bawah jauh dari kisaran kebutuhan yang sudah menikah. Besar dan kecilnya pengeluaran, tergantung dari seberapa penting kebutuhannya, bukan dari status pernikahannya dalam masyarakat. 

4. Bisa saja dia sedang fokus merintis usaha dan memerlukan biaya yang tidak sedikit

ilustrasi orang belajar (pixabay.com/StartupStockPhotos)

Jangan mengira pengeluaran laki-laki yang belum menikah itu minimalis karena dianggap belum memiliki banyak kebutuhan. Boleh jadi, penghasilan yang mereka miliki diputar balik menjadi usaha untuk bekal perekonomian di masa depan. 

Selagi masih belum memiliki tanggung jawab, lajang akan menghitung kebutuhan sebagai persiapan kelak menjadi kepala rumah tangga. Karena sebuah usaha memerlukan biaya yang tidak sedikit, maka pengeluaran bulanan lajang juga bisa saja mengalahkan biaya keseharian yang sudah menikah. 

5. Dalam beberapa kasus, pengeluaran bujangan bisa lebih besar dari cowok yang sudah beristri

ilustrasi struk gaji (pixabay.com/stevepb)

Dilihat dari gaya hidup, kebutuhan, hingga keinginan, pengeluaran lajang dan yang sudah menikah tentu saja berbeda satu dengan lainnya. Tak selalu sesuai anggapan umum, kebutuhan lajang bisa saja jauh lebih besar dari pengeluaran laki-laki yang sudah berumah tangga. 

Di luar kebutuhan primer, merintis usaha, atau tanggungan lainnya, lajang bisa jadi punya pengeluaran lain yang membutuhkan dana tidak sedikit. Jadi, penghasilan yang didapatkan seorang lajang tidak selamanya utuh seperti anggapan kebanyakan orang. 

Namanya juga kebutuhan hidup, setiap orang--baik lajang atau yang sudah menikah, sudah pasti punya prioritas pengeluarannya masing-masing. Lagi-lagi, mulai sekarang jangan bandingkan pengeluaran bujangan dengan lelaki beristri, ya. Sebab, lajang bisa jadi penghasilannya tersimpan rapi, sementara yang sudah menikah langsung habis tak bersisa meski cuma buat ngopi. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Iip Afifullah
EditorIip Afifullah
Follow Us