6 Ciri Orang yang Beretika, Gak Sembarangan Bicara dan Berbuat

Lebih mudah untukmu melihat orang yang gak beretika daripada mereka yang selalu berusaha bersikap sesuai norma. Orang yang ucapan dan kelakuannya tidak etis terlihat sangat menonjol, mengganggu, bahkan merusak tatanan. Sedang mereka yang memperhatikan persoalan etika tampak jauh lebih kalem sehingga hampir-hampir gak mendapat perhatian apalagi apresiasi.
Padahal, seharusnya pribadi yang mampu menjunjung etika memperoleh penguatan dari lingkungan. Supaya mereka tahu bahwa sikap etisnya dihargai oleh orang-orang di sekitarnya. Ini akan membantu mereka terus mempertahankan etika sekaligus membuat orang lain yang hari ini belum beretika menjadi lebih termotivasi buat berubah.
Persoalan etika tidak boleh dipandang sebelah mata mengingat pengabaiannya akan menimbulkan ketidaknyamanan bahkan kerugian bagi banyak orang. Mereka yang beretika tinggi pantas diganjar minimal dengan pujian. Kalau sikap tersebut ditunjukkan di lingkungan kerja dan berbuah meningkatnya profesionalitas serta produktivitas, bonus berupa uang atau hadiah lain juga layak diberikan. Yuk, mulai memberikan apresiasi lebih pada mereka yang menunjukkan ciri sebagai berikut.
1. Taat aturan

Etika yang tak tertulis saja diperhatikan betul oleh mereka. Apalagi berbagai peraturan yang tertulis dan mengikat, kepatuhan mereka pada aturan-aturan tersebut pasti lebih tinggi lagi. Mereka bukan semata-mata mengkhawatirkan sanksi atas pelanggaran terhadap sejumlah peraturan.
Namun, mereka menyadari bahwa aturan itu buah dari kesepakatan bersama dan ditujukan untuk kebaikan semua orang. Kalau mereka sembrono terhadap peraturan yang berlaku pasti bakal menimbulkan kekacauan. Kesadaran akan sebab dan akibat ini mendorong mereka buat ikut serta dalam penegakan aturan.
Suatu saat mereka memiliki aspirasi untuk memperbaiki peraturan yang dirasa kurang pas, ini juga dilakukan melalui mekanisme yang sudah ditetapkan. Mereka tidak sembarangan apalagi berusaha mengubahnya tanpa mengindahkan kepentingan bersama dan hanya mengutamakan keperluan pribadi atau kelompoknya. Ketaatan mereka pada peraturan membuat segala sesuatu berjalan dengan tertib dan lancar.
2. Memperhatikan kepantasan

Sebelum berbuat apa pun, orang yang paham etika selalu memikirkan perihal pantas atau tidaknya sesuatu. Misalnya, ketika mereka hendak mengkritik orang lain. Mereka pasti melihat-lihat dulu tempat serta suasananya. Mereka menghindari melontarkan kritik pada seseorang di keramaian atau menggunakan kata-kata yang kasar.
Ketika berinteraksi dengan orang yang berbeda usia, mereka juga memikirkan bahasa yang pantas untuk lawan bicara. Menyampaikan kritik pada teman sepantar tentu berbeda dengan mengutarakannya pada senior yang telah malang melintang di suatu bidang. Kritik dari mereka kalau tak disampaikan dengan amat hati-hati bakal terasa sebagai sikap kurang ajar dan sok pintar.
Begitu pula bila orang yang akan dikritik lebih muda dan kurang berpengalaman. Sebagai orang yang lebih matang, mereka pasti melakukannya dengan sebijaksana mungkin karena tidak mau mematahkan semangat juniornya dan paham akan kewajiban mereka memberi contoh yang baik. Bukan justru mereka menekannya terlalu keras sebab merasa lebih senior.
3. Jaga perasaan orang lain

Untuk sebagian orang, menjaga perasaan orang lain mungkin terasa tidak perlu dilakukan. Alasannya, orang lain juga belum tentu mampu menjaga perasaan mereka. Pun dengan berusaha menjaga perasaan orang lain berarti mereka menjadi gak bebas berekspresi. Sikap masa bodoh lebih menonjol dalam keseharian.
Namun, orang yang beretika tidak bisa bersikap begitu apa pun situasinya. Bagi mereka, menjaga perasaan orang lain tetap penting. Mereka tak membebani diri dengan tugas yang gak masuk akal seperti menyenangkan semua orang. Tapi paling tidak, mereka juga tak mau bersikap semaunya sendiri seolah-olah gak ada orang lain di sekitarnya.
Mereka bukan tipe orang yang serta-merta menyalahkan orang lain dan menyebut perasaannya saja yang terlampau sensitif. Mereka sadar bahwa fungsi hati memang buat merasakan sehingga sikap-sikap yang tidak etis dapat membuat perasaan siapa pun terganggu. Mereka berusaha untuk tak menjadi penyebab atas gangguan tersebut.
4. Pengendalian dirinya bagus

Orang yang minim etika akan bertindak seperti senapan yang terus memuntahkan peluru dan mengenai sembarang orang. Sementara itu, orang yang lebih beretika belajar buat mengendalikan dirinya dengan sebaik mungkin untuk mengurangi kemungkinan dirinya bertindak sekehendak hati. Mereka punya kesadaran tinggi buat mengontrol diri.
Tidak perlu orang lain sibuk menasihati dan menyuruh mereka untuk meningkatkan kendali diri. Kalau sampai mereka lepas kontrol, mereka sendiri yang bakal amat malu. Itu sebabnya mereka dengan sukarela belajar menahan diri demi menjaga martabatnya sendiri.
Mereka ingin membiasakan diri buat bersikap tenang sehingga tidak menimbulkan keributan di sekitarnya akibat perilakunya yang tak terkendali. Mereka melakukan hal-hal sederhana buat mengontrol diri seperti diam dulu ketika rasa marah membuatnya ingin meledak. Mereka tidak mau tampil di depan banyak orang ketika perasaannya masih bergemuruh sebab rawan bikin mereka lepas kontrol.
5. Gak terpengaruh oleh standar etika orang lain yang lebih rendah

Orang yang beretika tidak selalu dikelilingi oleh teman yang satu frekuensi. Terkadang mereka malah menjadi anomali di antara orang-orang yang suka menabrak etika. Namun, apakah mereka bakal ikut-ikutan dan mulai mengabaikan sikap-sikap etis?
Tidak, sebab sikap etisnya terbangun dalam diri dan bukan sekadar meniru orang lain. Malah orang lain memahami etika dengan baik atau gak, mereka tetap teguh pada standar etika pribadinya. Jika standar etika mereka kurang bagus, mereka dengan senang hati mau belajar meningkatkannya.
Tapi tidak sebaliknya, mereka menurunkan standar etika agar lebih sesuai dengan orang-orang di sekitarnya. Gak ada rasa tak enak dalam mereka menerapkan standar etika yang lebih tinggi karena yakin bahwa makin etis perilaku mereka, makin baik akibatnya buat semua orang. Sedangkan menurunkan standar etika hanya menambah sikap semaunya sendiri di suatu lingkungan.
6. Mudah berintrospeksi dan minta maaf saat bersalah

Pribadi yang memperhatikan etika dalam kesehariannya juga pandai melihat ke dalam diri. Mereka gak perlu banyak ditegur dan diperingatkan oleh orang lain. Berintrospeksi sudah seperti otomatis dilakukan untuk memastikan bahwa mereka tidak khilaf dalam berbuat.
Kalaupun dari hasil introspeksi tersebut diketahui bahwa sikap mereka kurang pas, minta maaf sama sekali bukan hal sulit. Tak ada rasa malu buat mengakui kesalahan serta meminta maaf. Bila hal tersebut gak dilakukan, mereka justru terbebani secara moral dan selalu merasa tidak enak.
Meminta maaf melegakan diri mereka. Maka dari itu, orang-orang yang berpedoman pada etika selalu terlihat tanpa beban. Sebab ketika hati mulai merasa gak nyaman, mereka bergegas mengecek setiap perbuatan dan mempertanggungjawabkannya.
Persoalan etika tidak boleh dianggap sepele termasuk oleh generasi muda. Etika bukan ajaran kuno yang harus ditinggalkan. Pengabaian atas etika bakal menimbulkan banyak benturan dengan orang lain. Kesadaran akan etika mesti terus diperkuat dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.