Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Kenapa Kita Sebaiknya Kurangi Ketawa saat Ngobrol

ilustrasi tertawa (Unsplash.com/Timothy Dykes)

Apa yang kamu rasakan saat ngobrol dengan orang yang sering tertawa di sela-sela pembicaraan? Biasa saja atau malah merasa kesal? Gak selalu dianggap ramah, sikap ini justru dirasa mengganggu lawan bicaramu, lho. Pasalnya, terkadang ada aturan tidak tertulis yang wajib dipatuhi saat sedang mengobrol demi menjaga kenyamanan satu sama lain, termasuk urusan intensitas tertawa yang ditunjukkan.

Senyum seperlunya saja, ini lima alasan kenapa kamu gak boleh terlalu sering tertawa saat sedang ngobrol. Bakal dianggap gak serius sampai muncul dugaan punya kelainan jiwa, duh!

1. Banyak ketawa membuatmu terlihat gak serius dalam obrolan

ilustrasi ngobrol (Pexels.com/Jopwell)

Meski bisa mencairkan suasana yang terkesan kaku saat ngobrol. Namun, di sisi lain, terlalu sering tertawa juga mampu mengaburkan keseriusan yang seharusnya dibangun, terlebih untuk diskusi penting. Orang akan berpikiran kalau kamu gak serius dalam menanggapi ucapan mereka saking seringnya ketawa di sela-sela obrolan.

Imbasnya, orang bisa saja jadi tersinggung dengan perilakumu karena merasa diremehkan dan tidak dihargai. Meski niatmu cuma mau melucu dan menghibur, bisa saja orang salah mengira karena kamu tampak gagal memahami situasi, kapan harus bercanda santai dan kapan harus fokus menyimak.

2. Orang akan berpikir kalau kamu gak bisa dipercaya

ilustrasi mengobrol (Unsplash.com/Alexis Brown)
ilustrasi mengobrol (Unsplash.com/Alexis Brown)

Jangan cuma ingin menampilkan image humoris di hadapan orang lain agar nyaman, pikirkan juga bagaimana reaksi mereka terhadap sikapmu tersebut. Sebab, boleh jadi orang akan berpikir kalau kamu bukan tipe pribadi yang bisa dipercaya saat diberi tugas akibat sering merespons segala sesuatu dengan santai dan terkesan selengekan.

Apalagi jika terkait obrolan serius yang mendalam, orang akan berpikir ulang untuk mengikutsertakan dirimu, lho. Mereka mungkin terlalu khawatir rahasianya gak terjamin di tanganmu atau malah takut mendapat respons yang sekenanya saja lengkap dengan tawa renyah yang sering kamu pamerkan di semua situasi.

3. Bakal kehilangan aura kedewasaan

ilustrasi tertawa (Unsplash.com/Lidya Nada)

Bukan cuma sulit mendapat kepercayaan, kebiasaan sering tertawa dalam obrolan juga akan membuat orang gak bisa menangkap kalau sebenarnya kamu itu punya sisi dewasa dan matang dalam berpikir. Tentu saja aura kedewasaanmu ini tertutup karena sikap selengekan yang lebih sering kamu perlihatkan.

Pasalnya, orang terlanjur punya mindset kalau sosok yang dewasa itu akan paham kapan perlu tersenyum, diam, dan tegas saat berbicara maupun bersikap. Kalau obrolan selalu dikemas dalam tawa, wajar saja kalau orang gak bisa melihat sisi bijaksana dalam dirimu hingga kamu tampak kurang berkarisma.

4. Bahkan muncul dugaan kamu punya kelainan jiwa

ilustrasi tertawa (Unsplash.com/Timothy Dykes)

Parahnya lagi, orang malah akan mengira kalau kamu punya kelainan jiwa saking seringnya tertawa di hampir seluruh momen obrolan. Sebentar-sebentar tertawa dan kadang gak nyambung saat situasinya gak layak mendapat respons tawa, gak heran kalau orang jadi mikir ada gangguan mental yang kamu alami.

Bukan cuma menghindar ngobrol bareng, orang juga akan berpikir untuk mulai menjauh darimu andai dugaan kelainan jiwa benar adanya. Kalau sudah begini, tentunya kamu yang bakal rugi sendiri, bukan? Sudah dicap gak serius, selengekan, dan gak dewasa, eh masih ditambah tudingan gangguan jiwa. Duh, jangan sampai!

5. Banyak ketawa berpotensi mengganggu suasana

ilustrasi berdiskusi (Pexels.com/Thirdman)

Sebenarnya alasan untuk gak sering tertawa itu jauh lebih sederhana, yaitu menghindari potensi mengganggu obrolan yang makin tinggi. Ketawamu bisa saja terasa sangat mengganggu suasana yang sudah terbangun serius dan butuh fokus yang tinggi, terlebih saat sedang membahas sesuatu yang penting.

Atau mungkin obrolan yang terjadi sedang penuh penghayatan dan sangat mengaduk-aduk emosi hingga saat tawamu muncul auto bikin kesal orang lain. Apalagi kalau tipe tertawamu tergolong menggelegar, wajar saja jika orang jadi terdisdraksi dan memberimu tatapan frustrasi.

Dengan memahami kelima alasan tadi, setidaknya kamu jadi makin tercerahkan untuk mulai menahan diri dan hanya akan melepas tawa di saat yang tepat. Gak terlalu sering agar tidak mengganggu, tapi juga bukan pelit senyum agar suasana gak kaku. Sebaik-baiknya tawa saat mengobrol adalah senyum secukupnya asal sudah mampu membuat lawan bicaramu nyaman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
T y a s
EditorT y a s
Follow Us