Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Mengapa Uang dan Kekuasaan Bisa Mengubah Seseorang 

ilustrasi uang dan kekuasaan (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Uang dan kekuasaan sering kali dianggap sebagai dua hal yang sangat diinginkan dalam hidup sebab keduanya bisa memberikan kemudahan, kenyamanan, dan pengaruh besar dalam berbagai aspek kehidupan.

Namun, di balik segala keuntungan yang ditawarkan, uang dan kekuasaan juga memiliki sisi gelap yang bisa mengubah perilaku dan karakter seseorang. Banyak cerita tentang orang yang berubah drastis setelah memiliki uang banyak atau posisi kekuasaan, bahkan hingga membuat orang-orang di sekitarnya tidak mengenali mereka lagi.

Perubahan ini bisa terjadi secara perlahan atau tiba-tiba, tergantung pada bagaimana seseorang menghadapi kedua hal tersebut. Tidak semua orang bisa tetap menjadi diri sendiri ketika dihadapkan dengan kekayaan dan kekuasaan. Beberapa orang menjadi lebih baik, lebih dermawan, dan bijaksana, namun tidak sedikit pula yang justru menjadi arogan, egois, dan tidak peduli terhadap orang lain.

Dalam artikel ini, akan dibahas lima alasan utama mengapa uang dan kekuasaan bisa mengubah seseorang, dengan harapan kita semua bisa lebih waspada dan bijaksana dalam menghadapi godaan ini.

1. Perubahan prioritas dan nilai hidup

ilustrasi uang (unsplash.com/Alexander Grey)

Salah satu alasan utama mengapa uang dan kekuasaan bisa merubah seseorang adalah karena keduanya dapat mengubah prioritas dan nilai hidup seseorang. Ketika seseorang memiliki banyak uang atau kekuasaan, mereka mungkin mulai melihat dunia dengan cara yang berbeda.

Prioritas yang sebelumnya ada di urutan pertama, seperti keluarga, persahabatan, atau kebahagiaan, bisa saja tergeser oleh keinginan untuk mempertahankan atau menambah kekayaan dan kekuasaan yang telah dimiliki. Nilai-nilai hidup yang dulu dipegang teguh mungkin perlahan-lahan mulai pudar dan digantikan oleh ambisi yang tidak terbendung.

Misalnya, waktu berkualitas dengan keluarga bisa saja tergantikan oleh pertemuan bisnis yang tidak ada habisnya, atau waktu untuk bersosialisasi dengan teman bisa diganti dengan waktu untuk mengelola investasi.

Perubahan prioritas ini tidak hanya berdampak pada hubungan sosial, tetapi juga bisa mengubah cara seseorang memandang kehidupan itu sendiri. Apa yang dulu dianggap sebagai pencapaian utama dalam hidup bisa tergeser oleh tujuan-tujuan baru yang lebih materialistis dan kurang bermakna.

2. Perasaan superior dan ketergantungan pada kekuasaan

ilustrasi merasa superior (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ketika seseorang mendapatkan kekuasaan, ada kecenderungan untuk merasa lebih superior dibandingkan orang lain. Perasaan ini bisa tumbuh dari kepercayaan diri yang meningkat karena merasa mampu mempengaruhi atau mengendalikan orang lain.

Namun, perasaan superior ini sering kali berkembang menjadi arogansi, yang membuat seseorang lupa akan asal-usulnya dan bagaimana mereka sampai di posisi tersebut. Ketika seseorang mulai merasa bahwa mereka lebih baik atau lebih penting daripada orang lain, ini bisa merusak hubungan interpersonal dan membuat mereka sulit untuk menerima kritik atau masukan.

Selain itu, ketergantungan pada kekuasaan juga bisa membuat seseorang kehilangan perspektif. Mereka mungkin mulai merasa bahwa kekuasaan adalah satu-satunya hal yang penting, dan mereka akan melakukan apa saja untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuasaan tersebut. Ini bisa membuat mereka menjadi lebih manipulatif, tidak jujur, dan bahkan kejam terhadap orang-orang di sekitarnya.

Ketika seseorang sudah terlalu bergantung pada kekuasaan, mereka mungkin akan sulit untuk kembali ke kehidupan yang lebih sederhana dan lebih manusiawi.

3. Mengabaikan empati dan kebutuhan orang lain

ilustrasi empati (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi empati (pexels.com/Alex Green)

Uang dan kekuasaan bisa membuat seseorang lebih fokus pada dirinya sendiri dan kurang peka terhadap kebutuhan orang lain. Ketika seseorang memiliki kekayaan yang melimpah atau posisi yang tinggi, mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak lagi membutuhkan orang lain, atau setidaknya, kebutuhan orang lain tidak lagi menjadi prioritas. Ketika empati berkurang, seseorang bisa menjadi lebih egois dan tidak peduli dengan penderitaan atau kesulitan yang dialami orang lain.

Empati yang hilang ini juga bisa membuat seseorang lebih mudah untuk melakukan tindakan yang merugikan orang lain tanpa merasa bersalah. Misalnya, seseorang yang memiliki kekuasaan mungkin akan lebih mudah untuk mengambil keputusan yang merugikan bawahan mereka, tanpa mempertimbangkan dampak emosional atau psikologis dari keputusan tersebut.

Seseorang yang kaya raya mungkin tidak akan merasa perlu untuk membantu orang-orang di sekitarnya yang sedang kesulitan, karena mereka merasa bahwa itu bukan tanggung jawab mereka. Kehilangan empati ini bisa membuat seseorang menjadi lebih dingin dan tidak manusiawi dalam berinteraksi dengan orang lain.

4. Tergoda oleh kesempatan dan kemudahan

ilustrasi uang (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi uang (pexels.com/Pixabay)

Uang dan kekuasaan sering kali membuka banyak pintu kesempatan dan kemudahan yang tidak tersedia bagi orang lain yang membuat seseorang tergoda untuk mengambil jalan pintas atau melakukan hal-hal yang tidak etis untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Misalnya, seseorang yang memiliki kekuasaan mungkin tergoda untuk menggunakan pengaruhnya untuk memperkaya diri sendiri atau orang-orang terdekatnya, tanpa memikirkan dampak negatifnya terhadap orang lain.

Seseorang yang kaya raya mungkin tergoda untuk menggunakan uang mereka untuk membeli apapun yang mereka inginkan, termasuk hal-hal yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.

Kemudahan yang diberikan oleh uang dan kekuasaan ini juga bisa membuat seseorang menjadi malas dan kehilangan motivasi untuk bekerja keras atau berusaha mencapai sesuatu dengan cara yang jujur dan bermartabat. Mereka mungkin merasa bahwa mereka bisa mendapatkan apapun yang mereka inginkan tanpa harus bersusah payah, sehingga mereka kehilangan rasa penghargaan terhadap usaha dan kerja keras.

5. Tekanan sosial dan ekspektasi dari lingkungan

ilustrasi tekanan sosial (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi tekanan sosial (pexels.com/Antoni Shkraba)

Tekanan sosial dan ekspektasi dari lingkungan juga bisa menjadi faktor yang membuat seseorang berubah setelah mendapatkan uang atau kekuasaan. Ketika seseorang tiba-tiba menjadi kaya atau berkuasa, lingkungan di sekitarnya mungkin mulai menuntut lebih banyak dari mereka.

Mereka mungkin merasa harus memenuhi ekspektasi orang lain, seperti gaya hidup yang lebih mewah, sikap yang lebih percaya diri, atau kemampuan untuk memberikan bantuan finansial kepada orang-orang di sekitarnya.

Selain itu, lingkungan sosial yang berubah juga bisa membuat seseorang merasa harus menyesuaikan diri dengan standar baru yang lebih tinggi. Misalnya, mereka mungkin merasa harus membeli barang-barang mahal, menghadiri acara-acara bergengsi, atau berteman dengan orang-orang tertentu untuk menjaga citra mereka. Mereka mungkin menjadi lebih materialistis, lebih peduli pada penampilan daripada nilai-nilai yang sebenarnya penting, dan lebih terfokus pada bagaimana orang lain memandang mereka daripada apa yang mereka rasakan atau inginkan.

Uang dan kekuasaan memang bisa memberikan banyak manfaat dan kemudahan dalam hidup, tetapi keduanya juga bisa membawa perubahan besar pada kepribadian dan perilaku seseorang. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu menjaga keseimbangan dan tidak terlalu terbawa oleh godaan uang dan kekuasaan.

Dengan memiliki kesadaran serta pengendalian diri yang baik, kita bisa tetap menjadi diri sendiri, meskipun dihadapkan dengan kekayaan dan kekuasaan yang besar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Annisa Nur Fitriani
EditorAnnisa Nur Fitriani
Follow Us